Tak Ada Matinya, U2 Band Tersukses dalam Satu Dekade Terakhir
A
A
A
NEW YORK - Tua-tua keladi makin tua makin menjadi. Peribahasa ini tampaknya tepat untuk menggambarkan kedigdayaan U2. Walaupun generasi musisi dan genre musik datang silih berganti, grup band yang dikomandani Bono ini tetap saja eksis.
Bahkan, mereka justru semakin bersinar. Bukti konkretnya, selama satu dekade terakhir, U2 telah mencatatkan diri sebagai musisi paling sukses dengan menghasilkan USD1,038 miliar (Rp14,64 triliun) dari konsernya. Tur US “360” yang digelar pada 2009-2011 berhasil memecahkan rekor dengan pendapatan terbesar USD735 juta (Rp10,36 triliun). U2 telah menjual 9.300.500 tiket dalam 255 konsernya.
Pendapatan yang diraih U2 lebih tinggi dibandingkan band legendaris The Rolling Stone dengan nilai USD929 juta (Rp13,10 triliun) pada peringkat kedua, Ed Sheeran mencapai USD922 juta (Rp13 triliun), Taylor Swift (USD899 juta atau Rp12,6 triliun), dan Beyonce (USD857 juta atau Rp12 triliun) pada peringkat kelima.
U2 merupakan band rock asal Dublin yang terbentuk pada 1976. Sepanjang kariernya, U2 telah merilis 14 album studio dan menjual lebih dari 170 juta album di seluruh dunia. Mereka telah memenangkan 22 Grammy Awards. Majalah Rolling Stone menempatkan U2 pada peringkat ke-22 pada "100 Greatest Artists of All Time".
Kunci sukses yang mereka raih karena konsistensinya berkarya dan manggung dengan selalu melihat ke depan dan berpikir apa yang akan dilaksanakan berikutnya. Terbaru adalah The Joshua Tree Tour 2009 yang dimulai pada 5 November lalu dari Australia, Selandia Baru, Jepang, Singapura, Seoul, hingga Manila. Tur selama enam pekan itu akan berakhir di Mumbai.
Tur tersebut sebagai perayaan album 1987 dan diprediksi akan menjual tiket hingga 600.000. Kondisi tersebut di sisi lain menunjukkan konser menjadi industri yang menguntungkan bagi artis. Seperti analisis Pollstar sejak 2010, pertumbuhan bisnis konser meningkat drastis.
Harga tiket meningkat 38% sejak 210 dan pendapatan rata-rata menunjukkan kenaikan 87%. “Saat akhir ‘360’ menjadi hal terbesar yang pernah U2 lakukan. Mereka berkata, ‘apakah tidak memulai tur berikutnya dengan lampu bohlam?’” ujar Willie Williams, desainer konser U2 sejak 1982, dilansir Pollstar. “Pastinya, itu setengah bercanda. Itu memberikan kita sebagai jimat kreatif dan lampu bohlam menjadi simbol tur dan cerita kita,” paparnya.
Momen “lampu bohlam” menjadi titik penting dan metafora untuk Innocence + Experience Tour pada 2015. Band dengan anggota masih lengkap dan orisinal mulai Bono, The Edge, Larry Mullen Jr, dan Adam Clayton tampil ke panggung hanya dengan satu lampu bohlam. Berbagai konser menunjukkan bagaimana band itu memiliki kekuatan dan energi yang fokus pada pemanfaatan teknologi.
“Jika kamu mengambil semua inovasi, spiritualitas konser merupakan suatu yang sangat impresif,” kata Guy Oseary, manajer U2 sejak 2013. “Sesuatu tentang U2 adalah mereka kuat dengan segala teknologi dan inovasi yang melekat pada mereka, meskipun hanya dengan satu lampu bohlam,” ujarnya.
Melihat satu dekade terakhir secara keseluruhan, U2 memulai tur pada 2010 dengan “360” dan menjadi konser terbesar di dunia. Ditambah dengan konser “Innocence + Experience” pada 2015. Selama 10 tahun, Bono juga terus menunjukkan advokasi sosial kampanye AIDS dan antikemiskinan dan mendapatkan penghargaan George W Bush Medal For Distinguished Leadership pada i 2018. U2 juga terus menunjukkan eksistensinya.
Menjelang konser di India pada Desember mendatang, Kamis (21/11), merilis singel berjudul Ahimsa berkolaborasi dengan musisi India peraih Oscar dan Grammy, AR Rahman. Kolaborasi itu kurang dari satu bulan untuk The Joshua Tree Tour di Mumbai pada 15 Desember mendatang. Ahimsa yang berarti tanpa kekerasan sebagai upaya untuk merayakan keberagaman spiritualitas India dan mengoneksikan etos U2 dan kepiawaian AR Rahman.
Gitaris U2 The Edge mengungkapkan kebahagiaannya berkarya bersama Rahman. "India menjadi negara yang masuk daftar untuk dikunjungi sejak lama," ujarnya. Ahimsa, kata dia, menjadi pilar utama untuk bagi band itu sejak pertama kali bermain musik. "Kita tidak bisa menunggu pengalaman budaya India, tempat di mana modernitas dan tradisional berpadu," ujarnya.
Mengenai isi lagu, vokalis U2 Bono mengungkapkan perjuangan melawan ketidakadilan selalu menjadi hal penting. "India memberikan ahimsa sebagai hadiah terbaik untuk dunia. Itu lebih kuat dibandingkan energi nuklir, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Kerajaan Inggris. Ahimsa adalah kekuatan," ujarnya dilansir Variety.
Untuk konser The Joshua Tree Tour, U2 masih menggunakan layar besar dengan resolusi 7600 dengan pencahayaan super canggih. “Jika kamu melihat konser itu, kamu mengetahui ada sesuatu yang spesial dan menakjubkan,” kata Williams.
Bahkan, mereka justru semakin bersinar. Bukti konkretnya, selama satu dekade terakhir, U2 telah mencatatkan diri sebagai musisi paling sukses dengan menghasilkan USD1,038 miliar (Rp14,64 triliun) dari konsernya. Tur US “360” yang digelar pada 2009-2011 berhasil memecahkan rekor dengan pendapatan terbesar USD735 juta (Rp10,36 triliun). U2 telah menjual 9.300.500 tiket dalam 255 konsernya.
Pendapatan yang diraih U2 lebih tinggi dibandingkan band legendaris The Rolling Stone dengan nilai USD929 juta (Rp13,10 triliun) pada peringkat kedua, Ed Sheeran mencapai USD922 juta (Rp13 triliun), Taylor Swift (USD899 juta atau Rp12,6 triliun), dan Beyonce (USD857 juta atau Rp12 triliun) pada peringkat kelima.
U2 merupakan band rock asal Dublin yang terbentuk pada 1976. Sepanjang kariernya, U2 telah merilis 14 album studio dan menjual lebih dari 170 juta album di seluruh dunia. Mereka telah memenangkan 22 Grammy Awards. Majalah Rolling Stone menempatkan U2 pada peringkat ke-22 pada "100 Greatest Artists of All Time".
Kunci sukses yang mereka raih karena konsistensinya berkarya dan manggung dengan selalu melihat ke depan dan berpikir apa yang akan dilaksanakan berikutnya. Terbaru adalah The Joshua Tree Tour 2009 yang dimulai pada 5 November lalu dari Australia, Selandia Baru, Jepang, Singapura, Seoul, hingga Manila. Tur selama enam pekan itu akan berakhir di Mumbai.
Tur tersebut sebagai perayaan album 1987 dan diprediksi akan menjual tiket hingga 600.000. Kondisi tersebut di sisi lain menunjukkan konser menjadi industri yang menguntungkan bagi artis. Seperti analisis Pollstar sejak 2010, pertumbuhan bisnis konser meningkat drastis.
Harga tiket meningkat 38% sejak 210 dan pendapatan rata-rata menunjukkan kenaikan 87%. “Saat akhir ‘360’ menjadi hal terbesar yang pernah U2 lakukan. Mereka berkata, ‘apakah tidak memulai tur berikutnya dengan lampu bohlam?’” ujar Willie Williams, desainer konser U2 sejak 1982, dilansir Pollstar. “Pastinya, itu setengah bercanda. Itu memberikan kita sebagai jimat kreatif dan lampu bohlam menjadi simbol tur dan cerita kita,” paparnya.
Momen “lampu bohlam” menjadi titik penting dan metafora untuk Innocence + Experience Tour pada 2015. Band dengan anggota masih lengkap dan orisinal mulai Bono, The Edge, Larry Mullen Jr, dan Adam Clayton tampil ke panggung hanya dengan satu lampu bohlam. Berbagai konser menunjukkan bagaimana band itu memiliki kekuatan dan energi yang fokus pada pemanfaatan teknologi.
“Jika kamu mengambil semua inovasi, spiritualitas konser merupakan suatu yang sangat impresif,” kata Guy Oseary, manajer U2 sejak 2013. “Sesuatu tentang U2 adalah mereka kuat dengan segala teknologi dan inovasi yang melekat pada mereka, meskipun hanya dengan satu lampu bohlam,” ujarnya.
Melihat satu dekade terakhir secara keseluruhan, U2 memulai tur pada 2010 dengan “360” dan menjadi konser terbesar di dunia. Ditambah dengan konser “Innocence + Experience” pada 2015. Selama 10 tahun, Bono juga terus menunjukkan advokasi sosial kampanye AIDS dan antikemiskinan dan mendapatkan penghargaan George W Bush Medal For Distinguished Leadership pada i 2018. U2 juga terus menunjukkan eksistensinya.
Menjelang konser di India pada Desember mendatang, Kamis (21/11), merilis singel berjudul Ahimsa berkolaborasi dengan musisi India peraih Oscar dan Grammy, AR Rahman. Kolaborasi itu kurang dari satu bulan untuk The Joshua Tree Tour di Mumbai pada 15 Desember mendatang. Ahimsa yang berarti tanpa kekerasan sebagai upaya untuk merayakan keberagaman spiritualitas India dan mengoneksikan etos U2 dan kepiawaian AR Rahman.
Gitaris U2 The Edge mengungkapkan kebahagiaannya berkarya bersama Rahman. "India menjadi negara yang masuk daftar untuk dikunjungi sejak lama," ujarnya. Ahimsa, kata dia, menjadi pilar utama untuk bagi band itu sejak pertama kali bermain musik. "Kita tidak bisa menunggu pengalaman budaya India, tempat di mana modernitas dan tradisional berpadu," ujarnya.
Mengenai isi lagu, vokalis U2 Bono mengungkapkan perjuangan melawan ketidakadilan selalu menjadi hal penting. "India memberikan ahimsa sebagai hadiah terbaik untuk dunia. Itu lebih kuat dibandingkan energi nuklir, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Kerajaan Inggris. Ahimsa adalah kekuatan," ujarnya dilansir Variety.
Untuk konser The Joshua Tree Tour, U2 masih menggunakan layar besar dengan resolusi 7600 dengan pencahayaan super canggih. “Jika kamu melihat konser itu, kamu mengetahui ada sesuatu yang spesial dan menakjubkan,” kata Williams.
(don)