Lotek, Sensasi Rasa Khas Tatar Pasundan

Sabtu, 30 November 2019 - 09:08 WIB
Lotek, Sensasi Rasa...
Lotek, Sensasi Rasa Khas Tatar Pasundan
A A A
BANDUNG - Salah satu kuliner tradisional dari Tatar Pasundan yang paling terkenal dan digemari masyarakat adalah lotek. Di Kota Bandung, lotek dapat ditemukan hampir di setiap sudut kawasan.

Lotek terbagi menjadi dua jenis, lotek asak atau matang dan lotek atah atau karedok. Kuliner ini terbuat dari bahan baku kacang tanah dan sayuran baik yang matang dengan cara direbus maupun mentah. Sayuran yang ada di dalam lotek antara lain, kacang panjang, kol, kangkung, waluh atau labu siam, taoge.

Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, lotek mirip dengan pecal. Namun, lotek berbeda dalam penyajiannya. Bumbu-bumbu diolah dadakan atau dibuat saat itu juga sesaat setelah pembeli memesan.

Bumbu yang membalut sayuran baik lotek masak maupun mentah, cukup kuleut atau sangat kental. Sedangkan bumbu pecal umumnya encer. Pecal disajikan dengan porsi sedikit dengan bumbu yang sedikit pula.

Khusus untuk yang menggunakan sayuran mentah atau atah, di Bandung dan beberapa daerah di Jawa Barat, disebut karedok. Namun ada juga yang menyebutnya dengan sebutan lotek atah atau lotek mentah.

Di Kota Bandung, salah satu penjual lotek yang sudah cukup dikenal adalah, Lotek Lilis. Sebelum pindah ke Jalan Makroni, Kelurahan Braga, Kecamatan Sumur Bandung, lokasi saat ini, Lotek Lilis berlokasi di Jalan Naripan. Karenanya, Lotek Lilis kadang disebut juga dengan Lotek Naripan.

Baru satu tahun Lotek Lilis pindah ke Jalan Markoni, menempati sebuah ruangan sederhana berukuran 3X5 meter persegi. Meski tak mewah dan berada di dalam jalan lingkungan, namun tetap diburu penyuka kuliner khas Sunda buatan Ibu Lilis.

"Saya sudah jualan lotek sejak 15 tahun lalu. Sebelum pindah ke sini, saya menempati ruko di Jalan Braga dan Naripan. Karena masa sewa tempat di sana habis, makanya saya pindah ke sini," kata Lilis (49), pemilik usaha Lotek Lilis ditemui KORAN SINDO di tempatnya berjualan Jalan Makroni, Jumat (29/11/2019).

Menurut Lilis, lotek masih digemari masyarakat. Buktinya, dia bisa menjual 50 bungkus lotek per hari. Bahkan jika sedang ramai, dia bisa menjual sampai 100 bungkus lotek per hari.

Untuk satu bungkus lotek asak dan karedok, Lilis memasang harga Rp15.000 per bungkus. Jika bersama nasi, harganya menjadi Rp20.000. "Penggemarnya masih banyak. Apalagi kalau lagi musim kemarau, banyak yang datang untuk menikmati lotek," ujar Lilis.

Ditanya tentang resep hingga lotek buatannya diburu pecinta lotek, Lilis menuturkan, kuncinya satu, bumbu. Kacang harus benar-benar bersih dan dalam kondisi bagus. Kemudian, sayuran pun harus segar dan kualitas baik.

"Kuncinya jangan pelit bumbu. Harus berani. Jangan encer. Kalau encer gak kerasa. Agar bumbu lebih kuleut (sangat kental), tambahkan potongan kentang rebus," tutur Lilis.

Lilis menceritakan, saat mangkal di Jalan Naripan-Braga, pelanggannya wisatawan mancanegara. Tak sedikit wisatawan Belanda yang mencicipi lotek buatannya.

Wisatawan Belanda datang ke kedai Lotek Lilis, selain ingin mencicipi lotek juga kuliner lain khas Sunda, seperti karedok leunca, gepuk, dan lain-lain. Kebetulan di kedai Lotek Lilis, tersedia pula menu kuliner khas Sunda.

Selain wisatawan Belanda, banyak pula yang berasal dari Malaysia dan Singapura. "Banyak wisatawan Belanda. Selain ingin mencicipi kuliner khas Sunda, mereka ingin mengenang kakek buyut mereka yang dulu pernah tinggal di Bandung. Tapi lebih sering wisatawan dari Malaysia dan Singapura yang ke sini," tutur Lilis. (Agus Warsudi)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1159 seconds (0.1#10.140)