Sambut Hari Disabilitas Internasional, Yura Yunita Gelar Workshop Khusus
A
A
A
JAKARTA - Menyambut Hari Disabilitas Internasional yang jatuh setiap 3 Desember, penyanyi wanita Yura Yunita menghadirkan sebuah rangkaian kegiatan positif berupa workshop bertajuk Merakit Ruang Kolaborasi. Kegiatan itu rencananya digelar di M Bloc Space, Jakarta pada 15 dan 20 Desember 2019.
Penyanyi kelahiran Bandung, 9 Juni 1991 itu mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut berangkat dari keinginannya untuk melibatkan dan menyampaikan pesan lagunya Merakit (2018) ke semua orang, termasuk tunanetra dan tunarungu. "Proses selama 3,5 tahun dari titik rendah ke titik terbaik, saya rangkum di lagu-lagu Merakit," kata Yara Yunita saat jumpa pers di Jakarta, Senin (2/12).
"Saya orang yang tidak mudah bercerita kepada orang lain, saya lebih nyaman menuangkannya ke dalam tulisan dan karya. Lewat lagu Merakit itu, aku dipertemukan banyak orang-orang hebat seperti Bunda Galuh (praktisi tuna rungu). Teman-teman tunarungu juga bisa menikmati lagu itu dengan cara bahasa isyarat karena musik seharusnya adalah bahasa universal," paparnya.
Yura menilai bahwa bahasa isyarat yang dipelajari untuk bisa berkomunikasi dengan penyandang disabilitas ini memiliki sesuatu yang magis dan bisa mendorong baik penyandang tuna rungu maupun dirinya ketika menyelami makna sebuah lagu. "Magis, karena bagaimana mereka bisa tahu temponya, teman-teman tunarungu juga bisa mendengarkan lagu ini dan kolaborasi ini jadi kesempatan untuk memberikan edukasi tentang bentuk bahasa isyarat sastra," ungkapnya.
Merakit, menurut Yura, menggambarkan makna tentang keterbatasan yang tidak menghalangi siapapun merakit mimpi. "Merakit, memiliki energi yang kuat, tiap-tiap elemen dari karya lagu tersebut memberikan pemahaman bahwa titik terendah dalam hidup akan selalu menjadi penguat di hidup kita, untuk terus maju dan bangkit melanjutkan hidup, merakit mimpi-mimpi kita. Pesan bersifat universal bisa ditujukan kepada siapa saja tidak terkecuali teman-teman disabilitas," terangnya.
Sementara itu, proyek sosial Merakit Ruang Kolaborasi nantinya akan menghadirkan berbagai pelatihan bagi tunanetra dan tunarungu, yang terdiri dari empat pelatihan, mulai dari kelas memasak, kecantikan, fotografi dan videografi, hingga perkusi. Pelatihan ini diisi praktisi terbaik dari masing-masing bidang antara lain Touch and Play (perkusi), Parti Gastronomi (memasak), Wardah (kecantikan), dan sutradara Raditya Bramantya (videografi).
Tak hanya berisi kegiatan pelatihan atau workshop saja, Yura juga akan mengajak peserta untuk berkolaborasi dengan beberapa musikus nasional untuk berkolaborasi. "Banyak doa yang kami titipkan melalui workshop sederhana ini, salah satunya adalah harapan agar terciptanya sebuah ruang kolaborasi yang lebih banyak lagi dan saling menghubungkan kita semua dalam Merakit Ruang," kata Yura.
Penyanyi kelahiran Bandung, 9 Juni 1991 itu mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut berangkat dari keinginannya untuk melibatkan dan menyampaikan pesan lagunya Merakit (2018) ke semua orang, termasuk tunanetra dan tunarungu. "Proses selama 3,5 tahun dari titik rendah ke titik terbaik, saya rangkum di lagu-lagu Merakit," kata Yara Yunita saat jumpa pers di Jakarta, Senin (2/12).
"Saya orang yang tidak mudah bercerita kepada orang lain, saya lebih nyaman menuangkannya ke dalam tulisan dan karya. Lewat lagu Merakit itu, aku dipertemukan banyak orang-orang hebat seperti Bunda Galuh (praktisi tuna rungu). Teman-teman tunarungu juga bisa menikmati lagu itu dengan cara bahasa isyarat karena musik seharusnya adalah bahasa universal," paparnya.
Yura menilai bahwa bahasa isyarat yang dipelajari untuk bisa berkomunikasi dengan penyandang disabilitas ini memiliki sesuatu yang magis dan bisa mendorong baik penyandang tuna rungu maupun dirinya ketika menyelami makna sebuah lagu. "Magis, karena bagaimana mereka bisa tahu temponya, teman-teman tunarungu juga bisa mendengarkan lagu ini dan kolaborasi ini jadi kesempatan untuk memberikan edukasi tentang bentuk bahasa isyarat sastra," ungkapnya.
Merakit, menurut Yura, menggambarkan makna tentang keterbatasan yang tidak menghalangi siapapun merakit mimpi. "Merakit, memiliki energi yang kuat, tiap-tiap elemen dari karya lagu tersebut memberikan pemahaman bahwa titik terendah dalam hidup akan selalu menjadi penguat di hidup kita, untuk terus maju dan bangkit melanjutkan hidup, merakit mimpi-mimpi kita. Pesan bersifat universal bisa ditujukan kepada siapa saja tidak terkecuali teman-teman disabilitas," terangnya.
Sementara itu, proyek sosial Merakit Ruang Kolaborasi nantinya akan menghadirkan berbagai pelatihan bagi tunanetra dan tunarungu, yang terdiri dari empat pelatihan, mulai dari kelas memasak, kecantikan, fotografi dan videografi, hingga perkusi. Pelatihan ini diisi praktisi terbaik dari masing-masing bidang antara lain Touch and Play (perkusi), Parti Gastronomi (memasak), Wardah (kecantikan), dan sutradara Raditya Bramantya (videografi).
Tak hanya berisi kegiatan pelatihan atau workshop saja, Yura juga akan mengajak peserta untuk berkolaborasi dengan beberapa musikus nasional untuk berkolaborasi. "Banyak doa yang kami titipkan melalui workshop sederhana ini, salah satunya adalah harapan agar terciptanya sebuah ruang kolaborasi yang lebih banyak lagi dan saling menghubungkan kita semua dalam Merakit Ruang," kata Yura.
(nug)