Melalui Mendobrak Sunyi, Grab Rangkul Para Penyandang Disabilitas
A
A
A
JAKARTA - Setiap 3 Desember, dunia memperingati Hari Disabilitas Internasional. Peringatan ini bertujuan untuk memberikan dukungan dan perhatian kepada perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas. Tahun ini, puncak Hari Disabilitas Internasional dipusatkan di Plaza Barat Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Berbagai pihak turut merayakan momen ini dengan beragam cara.
Salah satunya seperti yang dilakukan Grab dengan memperkenalkan program Mendorak Sunyi, yang diluncurkan sejak September lalu. Sebagai bagian dari komitmen GrabforGood, Grab menambahkan teks terjemahan pada materi video pendaftaran dan pelatihan bagi pengemudi tunarungu, dan melatih tim layanan pelanggan Grab dengan kemampuan bahasa isyarat Indonesia dasar untuk membantu mitra pengemudi tunarungu.
"Kami percaya bahwa setiap orang harus memiliki akses yang sama untuk mendapatkan peluang terlepas dari latar belakang atau kemampuan mereka. Setelah meluncurkan program Mendobrak Sunyi, September lalu, kami juga ingin melayani komunitas disabilitas lain, selain komunitas teman tunarungu," kata Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi saat jumpa pers di The Westin, Jakarta, Selasa (3/12).
Grab juga meningkatkan kapasitas GrabKios untuk bisa merangkul lebih banyak lagi mitra dari komunitas disabilitas agar memiliki peluang penghasilan tambahan. Pada program ini, Grab memperluas layanan GrabGerak, layanan transportasi untuk penumpang dengan kebutuhan mobilitas khusus.
Untuk melengkapi program ini, Grab menjalin kerja sama dengan Jangkau, platform online nirlaba yang mengumpulkan dana untuk membantu memenuhi kebutuhan aksesibilitas manula dan anak-anak yang memerlukan. Selain itu, juga menggandeng Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), organisasi yang memayungi beragam asosiasi sosial disabilitas Indonesia.
"Hal ini telah membuka mata kami pada kenyataan pahit bahwa terdapat banyak tantangan yang nyata bagi para penyandang disabilitas di Indonesia, untuk mencari peluang mendapatkan penghasilan," jelasnya.
Sementara, Gufroni Sakaril dari PPDI mengungkapkan bahwa kurangnya kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mandiri secara ekonomi merupakan masalah yang masih dihadapi di Indonesia.
"Para penyandang disabilitas masih kesulitan dalam memaskui dunia kerja karena kurangnya materi komunikasi nonverbal untuk penyandang disabilitas sensorik rungu, tidak adanya akses mobilitas yang memadai di banyak fasilitas umum dan trasportasi publik serta terbatasnya kesempatan kerja yang inklusif," ungkap Gufroni.
Salah satunya seperti yang dilakukan Grab dengan memperkenalkan program Mendorak Sunyi, yang diluncurkan sejak September lalu. Sebagai bagian dari komitmen GrabforGood, Grab menambahkan teks terjemahan pada materi video pendaftaran dan pelatihan bagi pengemudi tunarungu, dan melatih tim layanan pelanggan Grab dengan kemampuan bahasa isyarat Indonesia dasar untuk membantu mitra pengemudi tunarungu.
"Kami percaya bahwa setiap orang harus memiliki akses yang sama untuk mendapatkan peluang terlepas dari latar belakang atau kemampuan mereka. Setelah meluncurkan program Mendobrak Sunyi, September lalu, kami juga ingin melayani komunitas disabilitas lain, selain komunitas teman tunarungu," kata Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi saat jumpa pers di The Westin, Jakarta, Selasa (3/12).
Grab juga meningkatkan kapasitas GrabKios untuk bisa merangkul lebih banyak lagi mitra dari komunitas disabilitas agar memiliki peluang penghasilan tambahan. Pada program ini, Grab memperluas layanan GrabGerak, layanan transportasi untuk penumpang dengan kebutuhan mobilitas khusus.
Untuk melengkapi program ini, Grab menjalin kerja sama dengan Jangkau, platform online nirlaba yang mengumpulkan dana untuk membantu memenuhi kebutuhan aksesibilitas manula dan anak-anak yang memerlukan. Selain itu, juga menggandeng Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), organisasi yang memayungi beragam asosiasi sosial disabilitas Indonesia.
"Hal ini telah membuka mata kami pada kenyataan pahit bahwa terdapat banyak tantangan yang nyata bagi para penyandang disabilitas di Indonesia, untuk mencari peluang mendapatkan penghasilan," jelasnya.
Sementara, Gufroni Sakaril dari PPDI mengungkapkan bahwa kurangnya kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mandiri secara ekonomi merupakan masalah yang masih dihadapi di Indonesia.
"Para penyandang disabilitas masih kesulitan dalam memaskui dunia kerja karena kurangnya materi komunikasi nonverbal untuk penyandang disabilitas sensorik rungu, tidak adanya akses mobilitas yang memadai di banyak fasilitas umum dan trasportasi publik serta terbatasnya kesempatan kerja yang inklusif," ungkap Gufroni.
(nug)