Vicky Knight, Hidupnya Diselamatkan Film
A
A
A
NAMA Vicky Knight atau yang dahulu dikenal sebagai Vicky Chaundy tidak pernah menjadi seterkenal seperti saat ini.
Hidup penyintas luka bakar ini berubah ketika sutradara casting Lucy Pardee menghubungi Vicky untuk bermain menjadi pemeran utama di film ‘Dirty God’. Film ini menawarkan wawasan yang langka tentang kehidupan orang-orang yang merasa dikucilkan karena penampilan fisik mereka.
Di sini, Vicky berperan menjadi dirinya sendiri, sebagai korban luka bakar yang harus mengalami begitu banyak kepedihan dalam hidup. Vicky diketahui mengalami luka bakar saat berusia delapan tahun. Saat itu kebakaran terjadi di pub Stoke Newington, milik kakeknya di London Timur pada Juli 2003.
Satu dekade setelah tragedi kebakaran kebakaran yang dialami Vicky, yakni pada 2013, tepat ketika Vicky berusia 18 tahun, dia memosting video tentang luka bakarnya di internet. Film berdurasi lima menit ini menjadi viral dan kemudian ditonton sutradara casting film tersebut, Lucy Pardee.
Pada awalnya, Vicky mengabaikan Lucy yang terus menghubunginya. Dia tidak tertarik dengan tawaran yang disampaikan Lucy melalui email. Ini karena pengalaman pahit yang dulu pernah terjadi pada dirinya. Dulu, untuk mengatasi psikologinya karena luka bakar, dia sempat bermain di film dokumenter di televisi. Namun sayangnya, ini tidak seperti yang dibayangkannya, karena ketika ditayangkan, judulnya berubah menjadi ‘Too Ugly For Love’. “Mereka benar-benar mempermalukan saya,” ujarnya.
Dia tidak ingin ‘terhina’ untuk kedua kalinya. Butuh satu tahun penuh meyakinkan Vicky agar mau bermain film. Namun ketika dia membaca tentang naskah ‘Dirty God’ dan dikenalkan dengan sutradara asal Belanda Sacha Polak, Vicky pun menerima tawaran itu.
Sejak itu, semua pun bergerak cepat. Vicky yang kala itu bekerja sebagai asisten perawatan kesehatan di rumah sakit dan tidak memiliki pengalaman akting sebelumnya. Untuk menyiasati ini, Polak menciptakan struktur yang mendukung, yakni mengambil beberapa pengalaman kehidupan nyata yang dijalani Vicky sehingga dia bisa berimprovisasi di dialog dan melibatkannya dalam membuat keputusan sehingga dia akan memiliki koneksi otentik dengan karakternya. Vicky juga menambahkan make-up palsu untuk menambahkan bekas luka di wajahnya.
Gadis kelahiran tahun 1996 ini pun menganggap film ini ‘menyelamatkan’ hidupnya. “Film ini menyelamatkan hidup saya dengan cara tertentu. Sebelumnya, saya tidak ingin hidup dengan bekas luka saya lagi. Saya mengabaikan diri sendiri. Saya tidak akan bekerja. Saya berputar di luar kendali. Film ini memberi saya jendela baru untuk melihat keluar. Saya akhirnya bisa mengatakan saya merasa seperti manusia, dan bukan makhluk aneh,” terangnya, dikutip Screen Daily.
Film ini baru saja dirilis Juni lalu di Inggris dan menuai banyak komentar positif. Dikutip Deadline, film besutan Dark Star Pictures ini juga diputar dalam kompetisi World Cinema Dramatic di Sundance Film Festival tahun ini. Menurut rencana film ini juga akan dirilis di teater bertepatan dengan peringatan Women’s History Month pada tahun depan.
Film ini masuk nominasi Grand Jury Prize di Sundance awal tahun ini. Bahkan baru-baru ini Vicky pun tak percaya ketika mengetahui dinobatkan sebagai salah satu dari BAFTA Breakthrough Brits dan dinominasikan untuk Aktris Terbaik dan Pendatang Baru Terbaik di British Independent Film Awards. Dia pun menjerit dan dan menangis kegirangan saat mengetahui hal ini.
“Saya baru saja mendarat di Glasgow dan telepon saya mulai berbunyi. Lalu saya menjawabnya. Saya mulai menangis di pesawat, mulai berteriak dan semua orang di pesawat pun bertanya apakah saya baik-baik saja?,” tuturnya.
“Saya benar-benar sangat bersemangat, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan diri saya sendiri karena saya berada di Glasgow dan saya ingin berada di rumah dan saya ingin menjerit dan saya hanya menangis,” ungkapnya, dikutip Evening Standard.
Namanya bersanding dengan beberapa nama terkenal. Seperti penulis ‘Sex Education’ Laurie Nunn, aktor Chance Perdomo, produser Coco Jackson, desainer produksi film Chernobyl Luke Hull dan aktris Niamh Algar.
“Ini film pertama saya dan saya pikir saya sudah memiliki impian saya. Saya akan mengambil setiap kesempatan yang bisa saya dapatkan. Sebelum saya syuting film ini, saya berada pada tahap kehidupan saya di mana saya tidak ingin hidup dengannya lagi, saya sangat tertekan dan sangat ingin bunuh diri dan saya hanya sampai pada titik di mana orang mengatakan apa pun bagi saya tidak masuk ke kepala saya,” terangnya.
Syuting penuh perjuangan
Vicky berperan sebagai Jade, ibu muda yang disiram air keras oleh mantan pacarnya. Wajah dan tubuhnya hancur akibat luka bakar, demikian pula hidupnya. Dia harus berjuang mendapatkan kehidupannya kembali.
Meski jalan ceritanya berbeda dengan apa yang dialaminya. Namun ada kesamaan, yakni sama-sama menjadi korban luka bakar. Melalui filmnya ini, Vicky ingin orang orang melihat jika ada kehidupan setelah ‘luka’.
Dilansir Time Out, syuting film dilakukan di Maroko dan Belanda. Termasuk di Hackney dan di patch Knight sendiri di Dagenham. Independent
Syuting pun tidak berjalan dengan mudah, karena Vicky harus ‘menghidupkan kembali’ kenangan buruk yang terjadi dahulu kala. “Saya seperti tidak punya harapan sama sekali di lokasi syuting. melakukan syuting dengan kru besar dan para pemain, dan kemudian harus kembali 15 tahun ke pengalaman saya sendiri - itu sulit, sangat sulit,” terangnya, dikutip The Guardian.
Lalu jika Vicky mulai menangis karena mengingat kenangan di masa lalu, ia akan istirahat selama sepuluh menit untuk menenangkan diri. “Aku telah menyembunyikan bekas lukaku selama 15 tahun, dan aku telah disebut monster selama 15 tahun. Jadi, untuk bisa sedekat itu dengan kamera, aku mengalami kesulitan saat syuting. Saya hampir menyerah,” ujarnya.
Dia pun sempat merasa takut dimarahi sutradara. Di salah satu adegan mengharuskan Vicky berenang. Sedangkan Vicky tidak pernah belajar berenang karena luka-lukanya itu. Dia pun belajar berenang di kolam renang lokal.
Namun menurut sang sutradara Polak, Vicky membuat semua orang tersenyum setiap hari di lokasi karena semuanya begitu baru baginya. “Tetapi ada saat-saat yang benar-benar sulit baginya.Semua rasa sakit ada di layar, euforia juga, dalam penampilan debut yang terbuka,” kata Polak. (Susi Susanti)
Hidup penyintas luka bakar ini berubah ketika sutradara casting Lucy Pardee menghubungi Vicky untuk bermain menjadi pemeran utama di film ‘Dirty God’. Film ini menawarkan wawasan yang langka tentang kehidupan orang-orang yang merasa dikucilkan karena penampilan fisik mereka.
Di sini, Vicky berperan menjadi dirinya sendiri, sebagai korban luka bakar yang harus mengalami begitu banyak kepedihan dalam hidup. Vicky diketahui mengalami luka bakar saat berusia delapan tahun. Saat itu kebakaran terjadi di pub Stoke Newington, milik kakeknya di London Timur pada Juli 2003.
Satu dekade setelah tragedi kebakaran kebakaran yang dialami Vicky, yakni pada 2013, tepat ketika Vicky berusia 18 tahun, dia memosting video tentang luka bakarnya di internet. Film berdurasi lima menit ini menjadi viral dan kemudian ditonton sutradara casting film tersebut, Lucy Pardee.
Pada awalnya, Vicky mengabaikan Lucy yang terus menghubunginya. Dia tidak tertarik dengan tawaran yang disampaikan Lucy melalui email. Ini karena pengalaman pahit yang dulu pernah terjadi pada dirinya. Dulu, untuk mengatasi psikologinya karena luka bakar, dia sempat bermain di film dokumenter di televisi. Namun sayangnya, ini tidak seperti yang dibayangkannya, karena ketika ditayangkan, judulnya berubah menjadi ‘Too Ugly For Love’. “Mereka benar-benar mempermalukan saya,” ujarnya.
Dia tidak ingin ‘terhina’ untuk kedua kalinya. Butuh satu tahun penuh meyakinkan Vicky agar mau bermain film. Namun ketika dia membaca tentang naskah ‘Dirty God’ dan dikenalkan dengan sutradara asal Belanda Sacha Polak, Vicky pun menerima tawaran itu.
Sejak itu, semua pun bergerak cepat. Vicky yang kala itu bekerja sebagai asisten perawatan kesehatan di rumah sakit dan tidak memiliki pengalaman akting sebelumnya. Untuk menyiasati ini, Polak menciptakan struktur yang mendukung, yakni mengambil beberapa pengalaman kehidupan nyata yang dijalani Vicky sehingga dia bisa berimprovisasi di dialog dan melibatkannya dalam membuat keputusan sehingga dia akan memiliki koneksi otentik dengan karakternya. Vicky juga menambahkan make-up palsu untuk menambahkan bekas luka di wajahnya.
Gadis kelahiran tahun 1996 ini pun menganggap film ini ‘menyelamatkan’ hidupnya. “Film ini menyelamatkan hidup saya dengan cara tertentu. Sebelumnya, saya tidak ingin hidup dengan bekas luka saya lagi. Saya mengabaikan diri sendiri. Saya tidak akan bekerja. Saya berputar di luar kendali. Film ini memberi saya jendela baru untuk melihat keluar. Saya akhirnya bisa mengatakan saya merasa seperti manusia, dan bukan makhluk aneh,” terangnya, dikutip Screen Daily.
Film ini baru saja dirilis Juni lalu di Inggris dan menuai banyak komentar positif. Dikutip Deadline, film besutan Dark Star Pictures ini juga diputar dalam kompetisi World Cinema Dramatic di Sundance Film Festival tahun ini. Menurut rencana film ini juga akan dirilis di teater bertepatan dengan peringatan Women’s History Month pada tahun depan.
Film ini masuk nominasi Grand Jury Prize di Sundance awal tahun ini. Bahkan baru-baru ini Vicky pun tak percaya ketika mengetahui dinobatkan sebagai salah satu dari BAFTA Breakthrough Brits dan dinominasikan untuk Aktris Terbaik dan Pendatang Baru Terbaik di British Independent Film Awards. Dia pun menjerit dan dan menangis kegirangan saat mengetahui hal ini.
“Saya baru saja mendarat di Glasgow dan telepon saya mulai berbunyi. Lalu saya menjawabnya. Saya mulai menangis di pesawat, mulai berteriak dan semua orang di pesawat pun bertanya apakah saya baik-baik saja?,” tuturnya.
“Saya benar-benar sangat bersemangat, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan diri saya sendiri karena saya berada di Glasgow dan saya ingin berada di rumah dan saya ingin menjerit dan saya hanya menangis,” ungkapnya, dikutip Evening Standard.
Namanya bersanding dengan beberapa nama terkenal. Seperti penulis ‘Sex Education’ Laurie Nunn, aktor Chance Perdomo, produser Coco Jackson, desainer produksi film Chernobyl Luke Hull dan aktris Niamh Algar.
“Ini film pertama saya dan saya pikir saya sudah memiliki impian saya. Saya akan mengambil setiap kesempatan yang bisa saya dapatkan. Sebelum saya syuting film ini, saya berada pada tahap kehidupan saya di mana saya tidak ingin hidup dengannya lagi, saya sangat tertekan dan sangat ingin bunuh diri dan saya hanya sampai pada titik di mana orang mengatakan apa pun bagi saya tidak masuk ke kepala saya,” terangnya.
Syuting penuh perjuangan
Vicky berperan sebagai Jade, ibu muda yang disiram air keras oleh mantan pacarnya. Wajah dan tubuhnya hancur akibat luka bakar, demikian pula hidupnya. Dia harus berjuang mendapatkan kehidupannya kembali.
Meski jalan ceritanya berbeda dengan apa yang dialaminya. Namun ada kesamaan, yakni sama-sama menjadi korban luka bakar. Melalui filmnya ini, Vicky ingin orang orang melihat jika ada kehidupan setelah ‘luka’.
Dilansir Time Out, syuting film dilakukan di Maroko dan Belanda. Termasuk di Hackney dan di patch Knight sendiri di Dagenham. Independent
Syuting pun tidak berjalan dengan mudah, karena Vicky harus ‘menghidupkan kembali’ kenangan buruk yang terjadi dahulu kala. “Saya seperti tidak punya harapan sama sekali di lokasi syuting. melakukan syuting dengan kru besar dan para pemain, dan kemudian harus kembali 15 tahun ke pengalaman saya sendiri - itu sulit, sangat sulit,” terangnya, dikutip The Guardian.
Lalu jika Vicky mulai menangis karena mengingat kenangan di masa lalu, ia akan istirahat selama sepuluh menit untuk menenangkan diri. “Aku telah menyembunyikan bekas lukaku selama 15 tahun, dan aku telah disebut monster selama 15 tahun. Jadi, untuk bisa sedekat itu dengan kamera, aku mengalami kesulitan saat syuting. Saya hampir menyerah,” ujarnya.
Dia pun sempat merasa takut dimarahi sutradara. Di salah satu adegan mengharuskan Vicky berenang. Sedangkan Vicky tidak pernah belajar berenang karena luka-lukanya itu. Dia pun belajar berenang di kolam renang lokal.
Namun menurut sang sutradara Polak, Vicky membuat semua orang tersenyum setiap hari di lokasi karena semuanya begitu baru baginya. “Tetapi ada saat-saat yang benar-benar sulit baginya.Semua rasa sakit ada di layar, euforia juga, dalam penampilan debut yang terbuka,” kata Polak. (Susi Susanti)
(nfl)