Biaya Capai Rp20 Miliar, Jeritan Malam Jadi Salah Satu Film Termahal di Indonesia
A
A
A
Jeritan Malam menjadi salah satu film dengan biaya produksi termahal di Indonesia. Bagaimana film horor itu bisa menjadi salah satu yang termahal?Rumah produksi Soraya Intercine Films segera merilis film terbaru bergenre horor, Jeritan Malam. Film yang diperankan Herjunot Ali, Winky Wiryawan, Indra Brasco, dan Cinta Laura Kiehl itu diklaim Soraya Intercine Film sebagai salah satu film horor dengan biaya produksi termahal di Indonesia.
Sutradara Jeritan Malam, Rocky Soraya, mengatakan, biaya produksi film itu mencapai Rp20 miliar. Biaya sebesar itu terjadi karena mereka berusaha membuat film ini semirip cerita adaptasinya, Jeritan Malam. Diketahui, Jeritan Malam merupakan adaptasi dari kisah populer yang ada di situs Kaskus karya @morfosis_meta.
"Semuanya harus sesuai dengan cerita yang ditulis. Kebanyakan kita syuting di luar, di Banyuwangi, di Jawa, di mana-mana. Pastinya dengan syuting 54 hari dengan ratusan kru itu butuh biaya yang lumayan besar,” kata Rocky.
Selain itu, mereka enggan menggunakan efek buatan computer generated imagery (CGI). Alhasil, seluruh gambar yang diambil merupakan hasil rekaman dari lokasi yang sebenarnya. Tidak mengherankan jika biaya produksinya sangat besar. “Pastinya di film ini kami usaha nggak pakai banyak CGI, harus pakai real set. Real set itu sebetulnya lebih mahal daripada bayar CGI dan background-nya diganti," tutur Rocky.
Hal itu juga diakui salah satu pemeran Jeritan Malam, Cinta Laura Kiehl. Cinta membenarkan film ini sebagai salah satu film horor termahal di Indonesia. "Biasanya film horor di Indonesia itu (syutingnya) 7 hari, 14 hari, 20 hari tuh sudah wow, mewah. Tapi, film ini 54 hari kami syuting karena setiap scene mikirin detailnya, nggak ada yang diburu-buru. Kami memang ngelakuin semuanya serealistis mungkin dan sepenuh hati," ungkapnya.
Selain itu, keterlibatan para aktor dan aktris tergolong wah. Selain Cinta, juga hadir tiga aktor papan atas seperti Herjunot Ali, Winky Wiryawan, dan Indra Brasco. Film Jeritan Malam bercerita tentang Reza yang diperankan Herjunot Ali, seorang pemuda yang ingin mandiri. Reza memutuskan menerima tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan di Jakarta.
Seiring penugasan kerja yang diterimanya, Reza menempati sebuah mes di Banyuwangi, Jawa Timur. Sejak tinggal di mes tersebut, banyak kejadian aneh yang dialami Reza bersama teman-temannya. Hal itu membuat mereka ingin menggali lebih jauh sejarah masa lalu mes yang mereka tempati itu. Junot, panggilan akrab Herjunot Ali, mengaku senang bisa terlibat dalam film tersebut. Dia mengatakan, film Jeritan Malam menyuguhkan kisah budaya lokal setempat dengan pesan menarik di dalamnya.
"Film ini kisah nyata diangkat dari Kaskus, di mana tidak menampilkan sosok hantu tapi menghadirkan kisah mitos bercampur budaya setempat Indonesia. Hal menarik lain, pesannya membuat penonton mempertanyakan kembali tujuan hidup mereka. Film ini berusaha mengingatkan untuk respek kepada mitos budaya di Indonesia meski kini jaman modern," ujar Junot.
Aktor yang sebelumnya terlibat dalam film horor lain, The Doll dan Suzzana, ini mengaku mengambil film ini karena ceritanya terukur. Selain itu, cerita yang diangkat menjadi film layar lebar oleh Soraya Intercine Film tentu membuat genre film apa pun pasti serius dari production value, bukan setengah hati.
"Saya jarang melihat film Indonesia, terutama genre horor dengan script dipikirkan. Saya dan pemain lain diberikan keleluasaan sehingga tercipta ensamble yang apik antarpemain. Sebagai film maker, semua pemain menunjukkan dedikasi tinggi,” ungkap Junot.
Sutradara Jeritan Malam, Rocky Soraya, mengatakan, biaya produksi film itu mencapai Rp20 miliar. Biaya sebesar itu terjadi karena mereka berusaha membuat film ini semirip cerita adaptasinya, Jeritan Malam. Diketahui, Jeritan Malam merupakan adaptasi dari kisah populer yang ada di situs Kaskus karya @morfosis_meta.
"Semuanya harus sesuai dengan cerita yang ditulis. Kebanyakan kita syuting di luar, di Banyuwangi, di Jawa, di mana-mana. Pastinya dengan syuting 54 hari dengan ratusan kru itu butuh biaya yang lumayan besar,” kata Rocky.
Selain itu, mereka enggan menggunakan efek buatan computer generated imagery (CGI). Alhasil, seluruh gambar yang diambil merupakan hasil rekaman dari lokasi yang sebenarnya. Tidak mengherankan jika biaya produksinya sangat besar. “Pastinya di film ini kami usaha nggak pakai banyak CGI, harus pakai real set. Real set itu sebetulnya lebih mahal daripada bayar CGI dan background-nya diganti," tutur Rocky.
Hal itu juga diakui salah satu pemeran Jeritan Malam, Cinta Laura Kiehl. Cinta membenarkan film ini sebagai salah satu film horor termahal di Indonesia. "Biasanya film horor di Indonesia itu (syutingnya) 7 hari, 14 hari, 20 hari tuh sudah wow, mewah. Tapi, film ini 54 hari kami syuting karena setiap scene mikirin detailnya, nggak ada yang diburu-buru. Kami memang ngelakuin semuanya serealistis mungkin dan sepenuh hati," ungkapnya.
Selain itu, keterlibatan para aktor dan aktris tergolong wah. Selain Cinta, juga hadir tiga aktor papan atas seperti Herjunot Ali, Winky Wiryawan, dan Indra Brasco. Film Jeritan Malam bercerita tentang Reza yang diperankan Herjunot Ali, seorang pemuda yang ingin mandiri. Reza memutuskan menerima tawaran pekerjaan dari sebuah perusahaan di Jakarta.
Seiring penugasan kerja yang diterimanya, Reza menempati sebuah mes di Banyuwangi, Jawa Timur. Sejak tinggal di mes tersebut, banyak kejadian aneh yang dialami Reza bersama teman-temannya. Hal itu membuat mereka ingin menggali lebih jauh sejarah masa lalu mes yang mereka tempati itu. Junot, panggilan akrab Herjunot Ali, mengaku senang bisa terlibat dalam film tersebut. Dia mengatakan, film Jeritan Malam menyuguhkan kisah budaya lokal setempat dengan pesan menarik di dalamnya.
"Film ini kisah nyata diangkat dari Kaskus, di mana tidak menampilkan sosok hantu tapi menghadirkan kisah mitos bercampur budaya setempat Indonesia. Hal menarik lain, pesannya membuat penonton mempertanyakan kembali tujuan hidup mereka. Film ini berusaha mengingatkan untuk respek kepada mitos budaya di Indonesia meski kini jaman modern," ujar Junot.
Aktor yang sebelumnya terlibat dalam film horor lain, The Doll dan Suzzana, ini mengaku mengambil film ini karena ceritanya terukur. Selain itu, cerita yang diangkat menjadi film layar lebar oleh Soraya Intercine Film tentu membuat genre film apa pun pasti serius dari production value, bukan setengah hati.
"Saya jarang melihat film Indonesia, terutama genre horor dengan script dipikirkan. Saya dan pemain lain diberikan keleluasaan sehingga tercipta ensamble yang apik antarpemain. Sebagai film maker, semua pemain menunjukkan dedikasi tinggi,” ungkap Junot.
(tsa)