Mengenal Toxic Positivity di Era Digital

Sabtu, 21 Desember 2019 - 13:03 WIB
Mengenal Toxic Positivity di Era Digital
Mengenal Toxic Positivity di Era Digital
A A A
JAKARTA - Hidup di era media sosial, kita sering menemukan banyak tulisan yang berbicara tentang menyebarkan kepositifan atau Toxic Positivity, seperti memiliki sikap positif apapun dan menekankan untuk menghilangkan pikiran negative.

Toxic Positivity atau kepositifan toksik menjadi wadahnya. Toxic Positivity adalah istilah atau konsep yang berfokus pada diri dengan pikiran positif dan menolak apapun yang memicu emosi negatif. Konsep ini sering terjadi sebagai bentuk tanggapan atau bahkan dukungan terhadap situasi orang lain.

Menyebarkan kepositifan adalah hal yang baik, tetapi menekannya ke orang lain pada titik terendah mereka, hal ini dapat membuat mereka memanipulasi perasaan mereka yang menghasilkan periode emosi negatif yang lebih lama. (Baca juga: Ahmad Abdul Tunjukkan Tingkat Musikalitas Berbeda di Single Terbaru ).

Seperti dilansir The F Thing , orang yang mengalami momen negatif ingin didengarkan, mereka ingin perasaan mereka divalidasi. Jadi, jika Anda mencoba untuk membantu seseorang, hal terpenting adalah tidak menyelesaikan masalah, tetapi mendengarkan dengan penuh perhatian pada cerita mereka.

Menurut studi yang dilakukan University of California dan tertuang dalam The Journal of Personality and Social Psychology, mereka yang menerima emosi negatif daripada terburu-buru untuk merasakan ‘lebih baik’ mengalami lebih sedikit emosi negatif dari waktu ke waktu yang mengarah pada kesehatan psikologis yang lebih besar dan lebih emosional.

Mengacu pada penelitian, ternyata menerima emosi negatif, menciptakan lingkungan yang sehat bagi jiwa, menenangkan diri tanpa harus memaksakan perasaan yang baik ketika Anda tidak merasakannya sama sekali.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5978 seconds (0.1#10.140)