Perbesar Harapan Hidup dengan Sel Punca, Mampu Sembuhkan Penyakit Berat

Sabtu, 18 Januari 2020 - 07:35 WIB
Perbesar Harapan Hidup...
Perbesar Harapan Hidup dengan Sel Punca, Mampu Sembuhkan Penyakit Berat
A A A
JAKARTA - Di era modern pola gaya hidup tak sehat menjadi salah satu pemicu timbulnya sejumlah penyakit berbahaya seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker yang bisa menyerang siapa saja. Namun, teknologi kedokteran telah menemukan alternatif pengobatan, yaitu sel punca (stem cell).

Stem cell adalah sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun ke seluruh tubuh organisme. Sel punca dikenal sebagai sel-sel terdiferensiasi dan mampu membentuk jaringan ata organ yang lebih spesifik. Sel punca juga memiliki potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di dalam tubuh. Sel punca juga berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak demi keberlangsungan hidup organisme.

Sel yang baru memiliki potensi untuk tetap menjadi sel punca atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih khusus lagi. Kemampuan inilah yang menjadikan stem cell sebagai pilihan utama untuk penyembuhan beberapa macam penyakit dengan tingkat kesembuhan yang menjanjikan.

Terapi stem cell berkemungkinan memberi kesembuhan untuk penyakit berat seperti jantung koroner, diabetes, patah tulang, glukoma, luka bakar, hingga kanker darah.

Dengan begitu, harapan hidup seseorang pun menjadi lebih besar. “Stem cell diambil dari dua bagian. Pertama yang berasal dari tali pusat bayi atau sel punca mesenkimal (MSCs) dan sel punca yang diambil dari sumsum tulang atau lemak yang ada di bawah perut atau pinggul (ADSCs),” ujar Dr IvanSini SpOG di Jakarta kemarin.

Beberapa penyakit bisa diatasi dengan terapi stem cell karena sifat sel ini cepat mengisi dan memperbaharui sel jaringan yang rusak. “Untuk penderita kanker darah, penyakit kekebalan, dan penyakit metabolisme bisa disembuhkan dengan terapi sel punca atau yang menggunakan darah tali pusat. Adapun penderita stroke, diabetes tipe1, penyakit tulang dan sendi, dan penyakit degenerasi organ bisa diterapi menggunakan sel punca dewasa yang diambil dari sumsum tulang dan lemak,” papar Ivan.

Terapi sel punca juga bisa digunakan untuk penyembuhan kanker darah (leukimia). Namun, pada penderita kanker lain seperti kanker payudara dan serviks, terapi stem cell belum bisa dilakukan. “Untuk kanker yang bukan dari darah sudah sering dilakukan uji coba, namun gagal. Jadi tidak semua kanker bisa diterapi dengan stem cell, hanya yang berasal dari sel darah saja yang bisa, seperti leukimia,” ujar dr Dody Ranuhardy SPPd, Ketua Tim Peripheral Blood Stem Cell pada Rumah Sakit Dharmais Jakarta.

Pada penderita kanker darah, pemberian stem cell dilakukan pada remisi atau tahap pertama untukmendapatkan hasil yang baik. Jika dilakukan pada remisi kedua hasilnya akan tidak memuaskan. Dalam pemberian terapi stem cell ini, harus melihat kondisi pasien dan usianya. “Setelah dilakukan kemoterapi pertama dan hasilnya masih kambuh, penderita kanker darah bisa menggunakan stem cell,” ungkap Dody.

Stem cell yang digunakan untuk kanker darah sudah termasuk dalam pelayanan, bukan lagi pada penelitian. Tapikalau stem cell yang menggunakan organ sifatnya masih penelitian. Hanya dokter tertentu saja yang memang sudah memiliki spesialis khusus dalam stem cell.

Biaya masih menjadi kendala bagi pasien yang ingin melakukan terapi sel punca. Setiap satu stem cell dihargai Rp2,2 per sel. Terlihat murah memang, namun jumlah sel yang diberikan cukup besar dalam organ atau tubuh pasien sehingga biaya yang dikeluarkan tak sedikit. “Takaran sel punca yang diberikan tiap pasien berbeda, tergantung jenis penyakitnya. Penderita kanker darah, misalnya, jika pasien memiliki berat badan 50 kilogram berarti banyaknya stem cell yang disuntikkan bisamencapai 250 juta,” kata Dody.

Maka, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp550 juta untuk sekali terapi, sedangkan total keseluruhan yang harus dikeluarkan bisa mencapai Rp800 juta. “Biaya obat dan transfusi darah sudah membutuhkan biaya yang mahal, ditambah terapi stem cell sendiri. Untuk peserta yang ikut Badan Penyelenggara JaminanSosial (BPJS) hanya ditanggung Rp120 juta,” ujar Dody.

Sayangnya, tidak semua rumah sakit menyediakan layanan terapi sel punca. Hanya beberapa rumah sakit yang sudah memiliki izin resmisesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor32/2014 tentang Penetapan Rumah Sakit Pusat Pengembangan Pelayanan Medis Penelitian dan Pendidikan Bank Jaringan dan Sel Punca.

Dody mengatakan, terhadap penderita kanker payudara pernah dilakukan tindakan terapi stem cell, namun hasilnya tidak memuaskan sehingga tidak dipakai lagi. “Sekarang untuk kanker payudara dilakukan perawatan seperti biasa seperti kemoterapi, terapi hormonal, hingga terapi gen. Jadi,memang tidak semua kanker dapat disembuhkan denganstem cell,” katanya.

Tindakan hematopoietic stemcell transplant (HSCT) sudahmerupakan bagian pelayanan yang esensial dan lazim diberbagai rumah sakit rujukan, termasuk di banyak negara berkembang dalam dua dasawarsa terakhir. Termasukdi RS Dharmais, Jakarta, yang dilakukan sejak 2015 silam. Namun, tindakan ini tidak selalu menjadi pelayanan utama. Stem cell dilakukan jika pasien setelah menjalani kemoterapi lalu kambuh dikemudian hari.

Dody berharap pemerintah dapat meringankan beban pasien kanker yang dapat disembuhkan dengan HSCT. Hal yang membuat mahal ialah obat yang masih impor.

Tidak hanya rumah sakit di Indonesia yang membanderol terapi stem cell dengan harga mahal. Dikutip dari Scince Direct, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat menawarkan biaya transplantasi sel punca sebesar USD55.000 atau setara dengan Rp784 jutaan. Adapun biaya transplantasi stem cell dengan metode alogenik dibanderol sekitar USD105.300 atau setara Rp1,4 milia

Tak hanya Amerika Serikat, di Jerman pun harga terapi ini tak kalah mahal. Seperti dikutip dari Future Medicine, tarif terendah yang dikeluarkan pasien untuk transplantasi stemcell autologus di Jerman sekitar Rp551 jutaan. Biaya transplantasi sel punca alogenik memakan biaya setidaknya Rp912 jutaan. Angka-angka tersebut adalah biaya terendah untuk penyakit limfoma non-Hodgkin.

Di India, biaya transplanta sistem cell lebih murah bila dibandingkan dengan Amerika, Indonesia, dan Jerman. Biaya transplantasi sel punca kategori autologus berkisar antara Rp146 juta hingga Rp556jutaan, Sedangkan untukt ransplantasi sel punca alogenik, biaya yang dikenakan antara Rp153 juta-632 jutaan. Data ini diambil dari 162 pasienyang melakukan transplantasisumsum tulang di BLKSuperspeciality Hospital, NewDelhi, India.

Di Thailand harganya paling terjangkau. Umumnya, pasien yang melakukan terapi sel punca di negara ini “hanya” menghabiskan dana Rp212juta sampai Rp1 miliar.
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1183 seconds (0.1#10.140)