Kemenkes RI Siap Hadapi Wabah Pneumonia dari China
A
A
A
JAKARTA - Dunia sedang dikejutkan oleh kabar mengenai wabah penyakit pneumonia akibat coronavirus yang ditemukan di Wuhan, China. Menanggapi hal ini, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siswanto menyatakan bahwa Indonesia siap untuk mengantisipasi wabah tersebut.
''Siap (mengidentifikasi), kan punya lab. Lab-labnya sederhana, itukan labnya biomonokuler, pemeriksaannya dengan PCR yakni suatu reaksi untuk mengidentifikasi DNA dan RNA. Udah siap itu,'' kata Siswanto.
Siswanto menambahkan, untuk mengantisipasi wabah tersebut, dapat dilakukan dengan mengedepankan pendekatan 3 pilar yakni kemampuan mencegah dengan memperbaiki perilaku dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut. Kemampuan mendeteksi ditingkatkan terutama lewat pintu-pintu masuk negara.
Hal ini harus adanya dukungan oleh kemampuan rumah sakit maupun klinik-klinik untuk dikirim ke laboratorium yang mampu. Kemampuan merespon penting kaitannya dengan penanganan layanan kesehatan, dan tentunya harus proporsional sehingga tidak menimbulkan ketakutan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setiawaty bahwa laboratorium untuk mengantisipasi new emegency telah siap. Hingga kini, jejaring juga sudah dibentuk, diperkuat dan diperluas mulai dari universitas, lembaga penelitian dan rumah sakit yang akan membantu mengambil spesimen-spesimen dari kasus yang dicurigai.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Pemerintah China melaporkan kasus tersebut ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) Western Pacific Regional Office di Manila. Pada 5 Januari, WHO mengeluarkan statemen pertama, saat ini beberapa kasus sudah muncul tapi belum diketahui penyebabnya. Pada tanggal 12 Januari disebutkan bahwa penyebabnya adalah Novel Coronavirus.
Virus korona bisa menyebabkan penyakit yang ringan sampai berat. Saat ini paling banyak dibicarakan adalah MERS-CoV dan SARS-CoV yang masih dalam satu kelurga. Virus korona pada dasarnya berasal dari hewan kemudian pindah ke manusia, dan 80% penyakit baru berasal dari zoonosis.
Pemerintah China yang menyelidiki wabah pneumonia ini telah menyebutkan bahwa penyakit itu bisa menular melalui manusia. Namun, penularan itu bisa dicegah jika semua orang meningkatkan kewaspadaan mereka. Sejauh ini, penyakit tersebut telah menewaskan 4 orang. Salah satu pejabat China yang menangani kasus itu, Zhong Nanshan, mengatakan, selama pencegahan dilakukan, tidak ada bahaya berulangnya epidemi SARS yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia pada 2002—2003. Wabah itu awalnya berasal dari China.
“Butuh dua pekan untuk mengidentifikasi novel coronavirus,” ujar Zhong yang dikutip Xinhua.
Sampai saat ini, wabah itu masih dalam tahap awal. Dia menambahkan, China memiliki sistem pengawasan dan karantina yang baik untuk membantu mengontrolnya.
Pada Senin (20/1), WHO menyebutkan, wabah itu sepertinya berasal dari sumber hewan. Menurut mereka, penularan terbatas antarmanusia bisa terjadi jika ada kontak secara dekat. Sejauh ini, WHO belum merekomendasikan larangan perdagangan atau perjalanan. Namun, ssatu panel pakar independen bisa membuat rekomendasi lain untuk membatasi penularannya.
''Siap (mengidentifikasi), kan punya lab. Lab-labnya sederhana, itukan labnya biomonokuler, pemeriksaannya dengan PCR yakni suatu reaksi untuk mengidentifikasi DNA dan RNA. Udah siap itu,'' kata Siswanto.
Siswanto menambahkan, untuk mengantisipasi wabah tersebut, dapat dilakukan dengan mengedepankan pendekatan 3 pilar yakni kemampuan mencegah dengan memperbaiki perilaku dan pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tersebut. Kemampuan mendeteksi ditingkatkan terutama lewat pintu-pintu masuk negara.
Hal ini harus adanya dukungan oleh kemampuan rumah sakit maupun klinik-klinik untuk dikirim ke laboratorium yang mampu. Kemampuan merespon penting kaitannya dengan penanganan layanan kesehatan, dan tentunya harus proporsional sehingga tidak menimbulkan ketakutan.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Vivi Setiawaty bahwa laboratorium untuk mengantisipasi new emegency telah siap. Hingga kini, jejaring juga sudah dibentuk, diperkuat dan diperluas mulai dari universitas, lembaga penelitian dan rumah sakit yang akan membantu mengambil spesimen-spesimen dari kasus yang dicurigai.
Pada tanggal 31 Desember 2019, Pemerintah China melaporkan kasus tersebut ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) Western Pacific Regional Office di Manila. Pada 5 Januari, WHO mengeluarkan statemen pertama, saat ini beberapa kasus sudah muncul tapi belum diketahui penyebabnya. Pada tanggal 12 Januari disebutkan bahwa penyebabnya adalah Novel Coronavirus.
Virus korona bisa menyebabkan penyakit yang ringan sampai berat. Saat ini paling banyak dibicarakan adalah MERS-CoV dan SARS-CoV yang masih dalam satu kelurga. Virus korona pada dasarnya berasal dari hewan kemudian pindah ke manusia, dan 80% penyakit baru berasal dari zoonosis.
Pemerintah China yang menyelidiki wabah pneumonia ini telah menyebutkan bahwa penyakit itu bisa menular melalui manusia. Namun, penularan itu bisa dicegah jika semua orang meningkatkan kewaspadaan mereka. Sejauh ini, penyakit tersebut telah menewaskan 4 orang. Salah satu pejabat China yang menangani kasus itu, Zhong Nanshan, mengatakan, selama pencegahan dilakukan, tidak ada bahaya berulangnya epidemi SARS yang menewaskan hampir 800 orang di seluruh dunia pada 2002—2003. Wabah itu awalnya berasal dari China.
“Butuh dua pekan untuk mengidentifikasi novel coronavirus,” ujar Zhong yang dikutip Xinhua.
Sampai saat ini, wabah itu masih dalam tahap awal. Dia menambahkan, China memiliki sistem pengawasan dan karantina yang baik untuk membantu mengontrolnya.
Pada Senin (20/1), WHO menyebutkan, wabah itu sepertinya berasal dari sumber hewan. Menurut mereka, penularan terbatas antarmanusia bisa terjadi jika ada kontak secara dekat. Sejauh ini, WHO belum merekomendasikan larangan perdagangan atau perjalanan. Namun, ssatu panel pakar independen bisa membuat rekomendasi lain untuk membatasi penularannya.
(alv)