Tes Darah Bisa Prediksi Menopause dengan Akurasi Lebih Baik
A
A
A
JAKARTA - Pola siklus menstruasi umumnya digunakan sebagai indikator untuk memprediksi timbulnya menopause pada wanita. Namun, pendekatan ini sangat tidak akurat dan dapat menunjukkan dengan tepat awal menopause hanya dalam rentang waktu empat tahun.
Dalam sebuah studi baru yang telah diterbitkan dalam Jurnal Endokrinologi & Metabolisme Klinik Masyarakat Endokrin, para peneliti telah mengembangkan tes darah yang dapat memperkirakan dimulainya menopause dengan akurasi yang relatif lebih baik.
Studi ini menemukan bahwa mengukur kadar hormon anti-Mullerian (AMH) dapat memprediksi kapan periode menstruasi terakhir seorang wanita akan terjadi. AMH berfungsi sebagai indikator berapa banyak telur yang tersisa dari seorang wanita. Wanita dilahirkan dengan pasokan telur seumur hidup mereka, dan pasokan berkurang ketika wanita mendekati menopause.
"Membangun cara untuk mengukur waktu hingga periode akhir menstruasi telah lama menjadi cawan suci penelitian menopause," kata rekan penulis Nanette Santoro, MD, dari University of Colorado Medical School di Aurora, Colorado seperti dilansir Times Now News.
"Menggunakan pola pendarahan atau tes yang tersedia sebelumnya untuk memprediksi waktu menopause hanya dapat membantu kita mempersempit periode empat tahun, yang tidak berguna secara klinis. Wanita dapat membuat keputusan medis yang lebih baik dengan informasi yang lebih lengkap yang ditawarkan oleh yang baru, lebih lanjut pengukuran hormon anti-Mullerian sensitif," lanjutnya.
Santoro menjelaskan, untuk wanita yang menentukan apakah akan menjalani operasi untuk mengelola fibroid atau apakah aman untuk berhenti menggunakan KB, pengukuran AMH dapat memberikan informasi tambahan tentang waktu menopause. Tingkat AMH yang rendah pada wanita yang berusia lebih dari 48 tahun menunjukkan bahwa menopause kemungkinan mendekati.
Sebagai bagian dari Studi Kesehatan Wanita di Seluruh Bangsa (SWAN), penelitian ini menganalisis tes darah yang dilakukan pada 1.537 wanita berusia antara 42 dan 63 tahun.
Studi SWAN jangka panjang memantau perubahan dalam kesehatan wanita saat mereka melewati masa transisi menopause. Untuk penelitian ini, sampel darah partisipan diuji kadar AMH serta hormon perangsang folikel, hormon reproduksi lain.
Para peneliti menggunakan tes yang lebih sensitif daripada apa yang telah tersedia sebelumnya untuk mengukur tingkat AMH peserta. Proses ini memungkinkan untuk memprediksi waktu akhir periode menstruasi dalam 12 hingga 24 bulan pada wanita di akhir usia 40-an dan awal 50-an.
"Para peneliti telah lama berpikir AMH akan menjadi penanda yang unggul saat menopause, tetapi tes belum cukup sensitif untuk mendeteksi tingkat yang sangat rendah yang terjadi pada satu atau dua tahun menjelang menopause," papar co-lead penulis Joel S. Finkelstein dari Massachusetts General Hospital di Boston, Mass.
Dalam sebuah studi baru yang telah diterbitkan dalam Jurnal Endokrinologi & Metabolisme Klinik Masyarakat Endokrin, para peneliti telah mengembangkan tes darah yang dapat memperkirakan dimulainya menopause dengan akurasi yang relatif lebih baik.
Studi ini menemukan bahwa mengukur kadar hormon anti-Mullerian (AMH) dapat memprediksi kapan periode menstruasi terakhir seorang wanita akan terjadi. AMH berfungsi sebagai indikator berapa banyak telur yang tersisa dari seorang wanita. Wanita dilahirkan dengan pasokan telur seumur hidup mereka, dan pasokan berkurang ketika wanita mendekati menopause.
"Membangun cara untuk mengukur waktu hingga periode akhir menstruasi telah lama menjadi cawan suci penelitian menopause," kata rekan penulis Nanette Santoro, MD, dari University of Colorado Medical School di Aurora, Colorado seperti dilansir Times Now News.
"Menggunakan pola pendarahan atau tes yang tersedia sebelumnya untuk memprediksi waktu menopause hanya dapat membantu kita mempersempit periode empat tahun, yang tidak berguna secara klinis. Wanita dapat membuat keputusan medis yang lebih baik dengan informasi yang lebih lengkap yang ditawarkan oleh yang baru, lebih lanjut pengukuran hormon anti-Mullerian sensitif," lanjutnya.
Santoro menjelaskan, untuk wanita yang menentukan apakah akan menjalani operasi untuk mengelola fibroid atau apakah aman untuk berhenti menggunakan KB, pengukuran AMH dapat memberikan informasi tambahan tentang waktu menopause. Tingkat AMH yang rendah pada wanita yang berusia lebih dari 48 tahun menunjukkan bahwa menopause kemungkinan mendekati.
Sebagai bagian dari Studi Kesehatan Wanita di Seluruh Bangsa (SWAN), penelitian ini menganalisis tes darah yang dilakukan pada 1.537 wanita berusia antara 42 dan 63 tahun.
Studi SWAN jangka panjang memantau perubahan dalam kesehatan wanita saat mereka melewati masa transisi menopause. Untuk penelitian ini, sampel darah partisipan diuji kadar AMH serta hormon perangsang folikel, hormon reproduksi lain.
Para peneliti menggunakan tes yang lebih sensitif daripada apa yang telah tersedia sebelumnya untuk mengukur tingkat AMH peserta. Proses ini memungkinkan untuk memprediksi waktu akhir periode menstruasi dalam 12 hingga 24 bulan pada wanita di akhir usia 40-an dan awal 50-an.
"Para peneliti telah lama berpikir AMH akan menjadi penanda yang unggul saat menopause, tetapi tes belum cukup sensitif untuk mendeteksi tingkat yang sangat rendah yang terjadi pada satu atau dua tahun menjelang menopause," papar co-lead penulis Joel S. Finkelstein dari Massachusetts General Hospital di Boston, Mass.
(nug)