Diet Keto Dapat Bahayakan Kesehatan Tulang dalam Jangka Panjang
A
A
A
JAKARTA - Diet keto merupakan salah satu metode diet yang populer. Diet jenis ini dipercaya dapat membantu menurunkan berat badan. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa diet keto dapat membahayakan kesehatan tulang dalam jangka panjang.
Penelitian Australia telah menemukan bahwa para atlet yang menjalani diet keto menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan tulang. Hal ini diduga karena peradangan yang disebabkan oleh asupan karbohidrat yang rendah.
Terkait temuan ini, para peneliti dari Australian Institute of Sport (AIS) dan Australian Catholic University (ACU) melibatkan 28 atlet kelas dunia. Mereka direkrut saat mempersiapkan Olimpiade Musim Panas 2016 dan Kejuaraan Dunia 2017.
Para atlet dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok dimasukkan ke dalam diet keto yang diawasi secara ketat (di mana lemak terdiri dari sekitar 70% dari asupan energi harian), sementara kelompok atlet lain menjalani diet karbohidrat tinggi.
Dilansir dari laman The Sydney Morning Herald, tiga setengah minggu kemudian kelompok itu diuji untuk penanda tulang setelah puasa, makan, berolahraga, dan sekali lagi setelah asupan pemulihan karbohidrat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para atlet yang menjalani diet keto mengalami peningkatan tanda-tanda kerusakan tulang dan pengurangan tanda-tanda pembentukan tulang. Para peneliti yang karyanya diterbitkan dalam Frontiers in Endocrinology itu percaya bahwa kondisi tersebut merupakan hasil dari respons peradangan.
"Ketika ada ketersediaan karbohidrat rendah selama latihan, ada peningkatan respons inflamasi untuk berolahraga dan ada sejumlah kegiatan yang merupakan hasil dari itu. Salah satunya menjadi perubahan tulang," kata Louise Burke selaku kepala nutrisi olahraga di AIS.
"Anda akan memprediksi bahwa jika ini terjadi sehari-hari di mana mereka mendapatkan lebih banyak pengeroposan tulang, maka seiring waktu, itu akan menyebabkan kehilangan tulang atau kehilangan kepadatan mineral tulang," lanjutnya.
Menurut Profesor Amanda Salis dari School of Human Sciences, University of Western Australia, penelitian ini menunjukkan bahwa atlet yang menjalani diet keto mengalami lebih banyak kerusakan tulang serta pembentukan tulang yang lebih sedikit daripada atlet yang menjalani diet nonketo.
“Ini adalah bukti kuat bahwa diet keto bisa memiliki efek buruk untuk kesehatan tulang pada atlet. Tidak jelas apakah hasil yang sama ini juga berlaku untuk orang yang bukan atlet," jelas Profesor Salis.
Sementara itu, diet keto mungkin tetap populer di kalangan tertentu, tapi tidak lagi populer di kalangan atlet yang bekerja bersama Burke di AIS. Penelitian mereka telah menemukan bahwa bagi atlet yang perlu bekerja pada intensitas tinggi (80%-85% dari VO2 max) diet keto tidak menguntungkan.
Burke mengungkapkan, ini karena lemak membutuhkan lebih banyak oksigen untuk membakar daripada karbohidrat. "Dalam penelitian kami, kami menemukan itu mungkin hal yang oke untuk dilakukan dalam latihan ultra-daya tahan yang sangat moderat. Tapi ketika kita berurusan dengan atlet dengan intensitas latihan tinggi, itu sebenarnya merupakan kerugian," pungkas Burke.
Penelitian Australia telah menemukan bahwa para atlet yang menjalani diet keto menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan tulang. Hal ini diduga karena peradangan yang disebabkan oleh asupan karbohidrat yang rendah.
Terkait temuan ini, para peneliti dari Australian Institute of Sport (AIS) dan Australian Catholic University (ACU) melibatkan 28 atlet kelas dunia. Mereka direkrut saat mempersiapkan Olimpiade Musim Panas 2016 dan Kejuaraan Dunia 2017.
Para atlet dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok dimasukkan ke dalam diet keto yang diawasi secara ketat (di mana lemak terdiri dari sekitar 70% dari asupan energi harian), sementara kelompok atlet lain menjalani diet karbohidrat tinggi.
Dilansir dari laman The Sydney Morning Herald, tiga setengah minggu kemudian kelompok itu diuji untuk penanda tulang setelah puasa, makan, berolahraga, dan sekali lagi setelah asupan pemulihan karbohidrat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para atlet yang menjalani diet keto mengalami peningkatan tanda-tanda kerusakan tulang dan pengurangan tanda-tanda pembentukan tulang. Para peneliti yang karyanya diterbitkan dalam Frontiers in Endocrinology itu percaya bahwa kondisi tersebut merupakan hasil dari respons peradangan.
"Ketika ada ketersediaan karbohidrat rendah selama latihan, ada peningkatan respons inflamasi untuk berolahraga dan ada sejumlah kegiatan yang merupakan hasil dari itu. Salah satunya menjadi perubahan tulang," kata Louise Burke selaku kepala nutrisi olahraga di AIS.
"Anda akan memprediksi bahwa jika ini terjadi sehari-hari di mana mereka mendapatkan lebih banyak pengeroposan tulang, maka seiring waktu, itu akan menyebabkan kehilangan tulang atau kehilangan kepadatan mineral tulang," lanjutnya.
Menurut Profesor Amanda Salis dari School of Human Sciences, University of Western Australia, penelitian ini menunjukkan bahwa atlet yang menjalani diet keto mengalami lebih banyak kerusakan tulang serta pembentukan tulang yang lebih sedikit daripada atlet yang menjalani diet nonketo.
“Ini adalah bukti kuat bahwa diet keto bisa memiliki efek buruk untuk kesehatan tulang pada atlet. Tidak jelas apakah hasil yang sama ini juga berlaku untuk orang yang bukan atlet," jelas Profesor Salis.
Sementara itu, diet keto mungkin tetap populer di kalangan tertentu, tapi tidak lagi populer di kalangan atlet yang bekerja bersama Burke di AIS. Penelitian mereka telah menemukan bahwa bagi atlet yang perlu bekerja pada intensitas tinggi (80%-85% dari VO2 max) diet keto tidak menguntungkan.
Burke mengungkapkan, ini karena lemak membutuhkan lebih banyak oksigen untuk membakar daripada karbohidrat. "Dalam penelitian kami, kami menemukan itu mungkin hal yang oke untuk dilakukan dalam latihan ultra-daya tahan yang sangat moderat. Tapi ketika kita berurusan dengan atlet dengan intensitas latihan tinggi, itu sebenarnya merupakan kerugian," pungkas Burke.
(tsa)