Waspada! Gaya Hidup Bisa Jadi Penyebab Serangan Jantung
A
A
A
JAKARTA - Data World Heart Federation (WHF) menetapkan penyakit jantung sebagai pembunuh nomor satu di dunia dengan korban meninggal lebih dari 17 juta jiwa setiap tahunnya. Angka ini diestimasi masih akan meningkat menjadi 23,3 juta jiwa di tahun 2030. Hal tersebut sejalan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan bahwa 31% dari seluruh kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung koroner.
Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, Sp.PD, KKV, FACC, FESC Spesialis Kardiovaskular dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC) menjelaskan penyakit jantung koroner bermula dari penumpukan plak pada pembuluh darah koroner. Plak ini disebut aterosklerosis. Akibatnya aliran darah tidak lancar dan otot-otot jantung tidak menerima oksigen dan nutrisi lainnya.
Kondisi tersebut menyebabkan otot-otot jantung tak berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya memompa darah ke seluruh tubuh. Sehingga, ketika otot jantung berhenti memompa maka akan timbul komplikasi, yaitu serangan jantung atau bahkan gagal jantung.
Ada berbagai faktor yang menjadi penyebabnya. Sebut saja kebiasaan merokok, diabetes, kolesterol tinggi, obesitas, hingga kurang bergerak. Dr. Idrus menyoroti tren gaya hidup masyarakat ditambah kemajuan teknologi yang membuat semua serba mudah, membuat seseorang kurang dalam bergerak, kurang olah raga, stres, belum lagi kebiasaan merokok dan minuman alkohol. "Gaya hidup semacam ini menyumbang tingginya kasus penyakit jantung," bebernya.
Di RS MMC, kata dia, dari keseluruhan pasien penyakit jantung, sebagian besar adalah pasien yang menderita penyakit jantung dikarenakan gaya hidup, bukan karena genetik. Gejala penyakit jantung koroner diantaranya nyeri dada yang bisa disertai dengan keringat dingin dan mual maupun sesak napas.
"Nyeri yang dirasakan seperti dihimpit atau ditimpa beban berat. Nyeri bisa menjalar ke leher atau punggung dan rasa sakitnya tidak tajam, bisa menjalar ke bagian lain bisa juga tidak," terang dr. Idrus.
Nyeri biasanya dipicu adanya aktivitas misalnya setelah berolahraga atau bekerja berat dan akan membaik kalau istirahat. Senada dengan dr. Idrus, pengamat Gaya Hidup masyarakat metropolitan dr. Sonia Wibisono juga menekankan bahwa kehidupan masyarakat metropolitan sangat rawan untuk terkena penyakit jantung. Selain kurang berolahraga, faktor yang sangat berperan adalah stress serta pola makan. Kemacetan yang ditemui setiap hari, dapat mengundang stres.
Belum lagi kebiasaan makan yang kurang sehat / junk food karena masalah kepraktisan. Peningkatan penderita penyakit jantung yang dikarenakan gaya hidup ini sebenarnya bisa dilakukan pencegahan.
"Tentu dengan menjaga kualitas hidup, menjaga kesehatan, dan yang paling penting adalah kesadaran terhadap kesehatan, yang harus dimiliki oleh setiap individu," papar dr. Sonia.
Prof. Dr. dr. Idrus Alwi, Sp.PD, KKV, FACC, FESC Spesialis Kardiovaskular dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC) menjelaskan penyakit jantung koroner bermula dari penumpukan plak pada pembuluh darah koroner. Plak ini disebut aterosklerosis. Akibatnya aliran darah tidak lancar dan otot-otot jantung tidak menerima oksigen dan nutrisi lainnya.
Kondisi tersebut menyebabkan otot-otot jantung tak berfungsi dengan baik dalam melakukan tugasnya memompa darah ke seluruh tubuh. Sehingga, ketika otot jantung berhenti memompa maka akan timbul komplikasi, yaitu serangan jantung atau bahkan gagal jantung.
Ada berbagai faktor yang menjadi penyebabnya. Sebut saja kebiasaan merokok, diabetes, kolesterol tinggi, obesitas, hingga kurang bergerak. Dr. Idrus menyoroti tren gaya hidup masyarakat ditambah kemajuan teknologi yang membuat semua serba mudah, membuat seseorang kurang dalam bergerak, kurang olah raga, stres, belum lagi kebiasaan merokok dan minuman alkohol. "Gaya hidup semacam ini menyumbang tingginya kasus penyakit jantung," bebernya.
Di RS MMC, kata dia, dari keseluruhan pasien penyakit jantung, sebagian besar adalah pasien yang menderita penyakit jantung dikarenakan gaya hidup, bukan karena genetik. Gejala penyakit jantung koroner diantaranya nyeri dada yang bisa disertai dengan keringat dingin dan mual maupun sesak napas.
"Nyeri yang dirasakan seperti dihimpit atau ditimpa beban berat. Nyeri bisa menjalar ke leher atau punggung dan rasa sakitnya tidak tajam, bisa menjalar ke bagian lain bisa juga tidak," terang dr. Idrus.
Nyeri biasanya dipicu adanya aktivitas misalnya setelah berolahraga atau bekerja berat dan akan membaik kalau istirahat. Senada dengan dr. Idrus, pengamat Gaya Hidup masyarakat metropolitan dr. Sonia Wibisono juga menekankan bahwa kehidupan masyarakat metropolitan sangat rawan untuk terkena penyakit jantung. Selain kurang berolahraga, faktor yang sangat berperan adalah stress serta pola makan. Kemacetan yang ditemui setiap hari, dapat mengundang stres.
Belum lagi kebiasaan makan yang kurang sehat / junk food karena masalah kepraktisan. Peningkatan penderita penyakit jantung yang dikarenakan gaya hidup ini sebenarnya bisa dilakukan pencegahan.
"Tentu dengan menjaga kualitas hidup, menjaga kesehatan, dan yang paling penting adalah kesadaran terhadap kesehatan, yang harus dimiliki oleh setiap individu," papar dr. Sonia.
(tdy)