Gandeng LSM Setempat, Starbucks Buka Community Store Pertama di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Starbucks resmi membuka gerai community store pertama di Indonesia yang terletak di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pemilihan Tanah Abang dinilai tepat karena memiliki nilai sejarah dan menjadi pusat perekonomian sejak dulu, sehingga banyak hal positif yang bisa diambil.
“Semua ada di Tanah Abang. Ada pasar dengan jumlah transaksi yang besar, pendidikan, dan kehidupan sosial. Banyak hal yang bisa diceritakan dari Tanah Abang. Ada good side di sini. Banyak orang bekerja keras di sini. Kita ingin semua orang tahu jika ada banyak hal baik di Tanah Abang,” terang Direktur PT Sari Coffee Indonesia Anthony Cottan, perusahaan yang memiliki lisensi untuk mengatur dan mengoperasikan Starbucks di Indonesia.
Anthony menjelaskan, ide membangun gerai community store di Tanah Abang membutuhkan proses yang cukup panjang dan lama. Yakni hampir sepuluh tahun. Dia mengatakan, awalnya banyak yang meragukan apakah kawasan ini tepat atau tidak.
“Banyak yang bilang saya gila karena ide ini memiliki risiko yang dinilai cukup besar. Butuh waktu panjang untuk meyakinkan beberapa orang,” ujarnya.
Anthony menceritakan, gerai di Tanah Abang juga mencontoh apa yang dilakukan Starbucks saat membuka community store pertama di Amerika Serikat (AS). Kala itu, Starbucks dan mantan pebasket Magic Johnson membuka gerai community store di kawasan Bronx, New York, dengan tujuan pemberdayaan masyarakat setempat.
Indonesia menjadi negara ketiga di Asia yang mempunyai community store setelah Korea Selatan (Korsel) dan Thailand. Di sini, Starbucks ingin fokus membantu pendidikan anak-anak.
Atas dasar ini, Starbucks menggandeng dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat yakni Yayasan Komunitas Sahabat Anak dan Indonesian Street Children Organization (ISCO) untuk menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anak-anak di sekitar Tanah Abang di bidang edukasi. Kerjasama ini akan berlangsung selama satu tahun ke depan.
Ketua Yayasan Komunitas Sahabat Anak Dian Novita Elfrida mengatakan, keterlibatan Starbucks dalam beberapa kegiatan di LSM-nya sudah terjalin selama lebih dari 9 tahun. Khusus di Tanah Abang, ada sekitar 60 anak asuhan yayasan ini. Di sini nanti akan dilakukan workshop dua minggu sekali seperti workshop bahasa Inggris dan kelas menari.
Community store ini juga akan membantu anak-anak asuhan ISCO berupa beasiswa pendidikan bagi beberapa pelajar di rentang usia 5-15 tahun.
“Selama ini, Starbucks telah mendukung kami, sehingga kami sangat senang dapat kembali bekerja sama untuk mewujudkan tujuan mulia, menciptakan lebih banyak dampak positif kepada generasi mendatang,” ungkap pendiri ISCO Josef Fuchs.
Gerai community store khusus di Tanah Abang terdiri atas empat lantai dengan luas kurang lebih 250 meter persegi. Di lantai paling atas disediakan area yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan dan pengembangan diri anak-anak yang dibina oleh LSM yang bekerja sama. Di gerai ini juga ada makanan khusus yang tidak ada di gerai lain. Yakni minuman Betawi Latte yang terinspirasi minuman tradisional Indonesia, bir pletok.
Betawi Latte menyajikan cita rasa istimewa perpaduan kopi, jahe, pala, dan cengkeh yang memberikan kehangatan. Tapi, juga bisa disajikan dalam bentuk dingin. Ada pula makanan khas yakni kue gambang, puding selendang mayang, dan sarang semut cheesecake.
Selain itu, hampir semua barista Starbucks yang bekerja di gerai ini berasal dari Tanah Abang. Menjadikan mereka sebagai representasi nyata masyarakat Tanah Abang.
Gerai ini juga bakal mendonasikan sebagian dari penjualannya kepada kedua LSM yang bekerjasama, sehingga para konsumen atau pelanggan yang membeli kopi atau makanan bisa ikut serta mendanai beasiswa bagi sebagian anak Tanah Abang, serta menunjang program belajar-mengajar (bimbel) reguler kedua LSM tersebut.
Terkait rencana ke depan apakah akan membuka gerai community store di tempat lain, Senior General Manager of Public Relations and Communications PT Sari Coffee Indonesia Andrea Siahaan mengatakan, pihaknya akan terus melihat perkembangan yang terjadi di gerai community store Tanah Abang.
“Kita harus benar-benar yakin jika community store ini dibutuhkan dan mampu dijalankan. Jadi tidak asal membuka saja. Di Tanah Abang ini jika kita cari informasinya ada hampir setengah triliun tansaksi dalam sehari. Tapi, mengapa masih banyak kuli anak, banyak pekerja anak, dan masalah sosial lain? Selain itu kita juga harus melihat apakah bisnis kita juga jalan di gerai ini untuk bisa mengembangkan ke tempat lain,” ungkapnya.
Seperti diketahui, awal tahun ini Starbucks mengumumkan perluasan program community store-nya di AS. Termasuk rencana membuka 100 gerai sampai dengan tahun 2025 yang didedikasikan untuk memberi peluang peningkatan ekonomi masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan yang kurang terlayani.
Pemilihan Tanah Abang dinilai tepat karena memiliki nilai sejarah dan menjadi pusat perekonomian sejak dulu, sehingga banyak hal positif yang bisa diambil.
“Semua ada di Tanah Abang. Ada pasar dengan jumlah transaksi yang besar, pendidikan, dan kehidupan sosial. Banyak hal yang bisa diceritakan dari Tanah Abang. Ada good side di sini. Banyak orang bekerja keras di sini. Kita ingin semua orang tahu jika ada banyak hal baik di Tanah Abang,” terang Direktur PT Sari Coffee Indonesia Anthony Cottan, perusahaan yang memiliki lisensi untuk mengatur dan mengoperasikan Starbucks di Indonesia.
Anthony menjelaskan, ide membangun gerai community store di Tanah Abang membutuhkan proses yang cukup panjang dan lama. Yakni hampir sepuluh tahun. Dia mengatakan, awalnya banyak yang meragukan apakah kawasan ini tepat atau tidak.
“Banyak yang bilang saya gila karena ide ini memiliki risiko yang dinilai cukup besar. Butuh waktu panjang untuk meyakinkan beberapa orang,” ujarnya.
Anthony menceritakan, gerai di Tanah Abang juga mencontoh apa yang dilakukan Starbucks saat membuka community store pertama di Amerika Serikat (AS). Kala itu, Starbucks dan mantan pebasket Magic Johnson membuka gerai community store di kawasan Bronx, New York, dengan tujuan pemberdayaan masyarakat setempat.
Indonesia menjadi negara ketiga di Asia yang mempunyai community store setelah Korea Selatan (Korsel) dan Thailand. Di sini, Starbucks ingin fokus membantu pendidikan anak-anak.
Atas dasar ini, Starbucks menggandeng dua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat yakni Yayasan Komunitas Sahabat Anak dan Indonesian Street Children Organization (ISCO) untuk menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anak-anak di sekitar Tanah Abang di bidang edukasi. Kerjasama ini akan berlangsung selama satu tahun ke depan.
Ketua Yayasan Komunitas Sahabat Anak Dian Novita Elfrida mengatakan, keterlibatan Starbucks dalam beberapa kegiatan di LSM-nya sudah terjalin selama lebih dari 9 tahun. Khusus di Tanah Abang, ada sekitar 60 anak asuhan yayasan ini. Di sini nanti akan dilakukan workshop dua minggu sekali seperti workshop bahasa Inggris dan kelas menari.
Community store ini juga akan membantu anak-anak asuhan ISCO berupa beasiswa pendidikan bagi beberapa pelajar di rentang usia 5-15 tahun.
“Selama ini, Starbucks telah mendukung kami, sehingga kami sangat senang dapat kembali bekerja sama untuk mewujudkan tujuan mulia, menciptakan lebih banyak dampak positif kepada generasi mendatang,” ungkap pendiri ISCO Josef Fuchs.
Gerai community store khusus di Tanah Abang terdiri atas empat lantai dengan luas kurang lebih 250 meter persegi. Di lantai paling atas disediakan area yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan dan pengembangan diri anak-anak yang dibina oleh LSM yang bekerja sama. Di gerai ini juga ada makanan khusus yang tidak ada di gerai lain. Yakni minuman Betawi Latte yang terinspirasi minuman tradisional Indonesia, bir pletok.
Betawi Latte menyajikan cita rasa istimewa perpaduan kopi, jahe, pala, dan cengkeh yang memberikan kehangatan. Tapi, juga bisa disajikan dalam bentuk dingin. Ada pula makanan khas yakni kue gambang, puding selendang mayang, dan sarang semut cheesecake.
Selain itu, hampir semua barista Starbucks yang bekerja di gerai ini berasal dari Tanah Abang. Menjadikan mereka sebagai representasi nyata masyarakat Tanah Abang.
Gerai ini juga bakal mendonasikan sebagian dari penjualannya kepada kedua LSM yang bekerjasama, sehingga para konsumen atau pelanggan yang membeli kopi atau makanan bisa ikut serta mendanai beasiswa bagi sebagian anak Tanah Abang, serta menunjang program belajar-mengajar (bimbel) reguler kedua LSM tersebut.
Terkait rencana ke depan apakah akan membuka gerai community store di tempat lain, Senior General Manager of Public Relations and Communications PT Sari Coffee Indonesia Andrea Siahaan mengatakan, pihaknya akan terus melihat perkembangan yang terjadi di gerai community store Tanah Abang.
“Kita harus benar-benar yakin jika community store ini dibutuhkan dan mampu dijalankan. Jadi tidak asal membuka saja. Di Tanah Abang ini jika kita cari informasinya ada hampir setengah triliun tansaksi dalam sehari. Tapi, mengapa masih banyak kuli anak, banyak pekerja anak, dan masalah sosial lain? Selain itu kita juga harus melihat apakah bisnis kita juga jalan di gerai ini untuk bisa mengembangkan ke tempat lain,” ungkapnya.
Seperti diketahui, awal tahun ini Starbucks mengumumkan perluasan program community store-nya di AS. Termasuk rencana membuka 100 gerai sampai dengan tahun 2025 yang didedikasikan untuk memberi peluang peningkatan ekonomi masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan yang kurang terlayani.
(tsa)