Studi: Kehilangan Pasangan Percepat Penurunan Otak

Selasa, 03 Maret 2020 - 10:30 WIB
Studi: Kehilangan Pasangan Percepat Penurunan Otak
Studi: Kehilangan Pasangan Percepat Penurunan Otak
A A A
JAKARTA - Penelitian terbaru menunjukkan, kehilangan pasangan bisa mempercepat penurunan otak. Studi ini menemukan bahwa ketika seorang suami atau istri meninggal, ketajaman mental pasangan yang masih hidup dapat mulai menurun.

Faktanya, orang yang menjanda dan memiliki tingkat plak beta-amiloid yang tinggi, ciri khas penyakit alzheimer, akan mengalami penurunan kognitif tiga kali lebih cepat daripada orang yang tidak kehilangan pasangan.

"Janda dan amiloid diperparah, tidak hanya aditif, menunjukkan bahwa janda adalah faktor risiko spesifik untuk penurunan kognitif akibat penyakit alzheimer," jelas Ketua Peneliti sekaligus Kepala Divisi Psikiatri Geriatri di Brigham and Women's, Boston, Dr. Nancy Donovan.

Dilansir dari laman WebMD, Rebecca Edelmayer selaku Direktur Keterlibatan Ilmiah di Alzheimer's Association, mengkaji temuan tersebut dan mengatakan bahwa studi kecil ini tidak dapat membuktikan bahwa menjadi janda menyebabkan penurunan kognitif. Tetapi, itu mungkin merupakan faktor.

Donovan mengatakan, mekanisme spesifik di mana janda meningkatkan risiko penurunan kognitif tidak diketahui. "Beberapa penelitian menunjukkan bahwa memiliki hubungan dekat seperti saudara kandung atau anak dewasa, membantu melindungi terhadap penurunan kognitif di antara para janda, meskipun kami tidak menemukan ini dalam penelitian kami," katanya.

Peneliti menemukan, menikah memiliki efek menguntungkan dengan memberi dukungan emosional setiap hari, merangsang persahabatan, perilaku kesehatan yang lebih baik, dan jejaring sosial yang lebih besar. Bagi orang yang kehilangan pasangan, Donovan merekomendasikan kegiatan yang bermanfaat seperti olahraga, keterlibatan sosial, aktivitas yang merangsang secara kognitif, diet sehat, mengelola tingkat stres, dan mengurangi faktor risiko kardiovaskular.

Sementara Marzena Gieniusz, seorang geriatri dan ahli penyakit dalam di Northwell Health di Manhasset, New York, mengungkapkan bahwa dia sering melihat penurunan kognitif pada seseorang yang ditinggal mati pasangannya.

"Saya pikir menikah kemungkinan merupakan faktor pelindung yang hilang ketika pasangan meninggal," ungkap Gieniusz.

"Mungkin saja awal dari penurunan pemikiran sudah ada pada pasangan yang masih hidup, tetapi disembunyikan. Meninggalnya pasangan kemungkinan mengarah pada gangguan kognitif ringan, yang sebelumnya tidak diperhatikan," tambah Gieniusz.

Menurut Gieniusz, memiliki pasangan menjadi lapisan tambahan dukungan sepanjang hidup secara umum. Di mana dua orang yang menangani kehidupan bersama-sama akan merasa lebih mudah dibandingkan sendiri. Dan, menikah berfungsi untuk membantu memperlambat penurunan kognitif. Sedangkan orang akan menjadi lebih terisolasi ketika pasangan meninggal dunia.

Untuk penelitian ini, Donovan dan rekan-rekannya mengumpulkan data dari hampir 260 manula yang ikut serta dalam Harvard Aging Brain Study. Semua peserta memiliki kadar beta-amiloid otak yang ditentukan pada awal penelitian. Para peneliti memonitor kinerja kognitif para peserta setiap tahun selama empat tahun. Mereka menemukan bahwa kinerja kognitif menurun di antara mereka yang janda, sementara tidak ada perbedaan terlihat di antara mereka yang menikah atau lajang.

Di sisi lain, penurunan kognitif di antara orang-orang dengan kadar beta-amiloid tertinggi adalah tiga kali lebih cepat pada mereka yang menjanda. Temuan ini tetap signifikan setelah para peneliti memperhitungkan usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dan depresi. Laporan ini diterbitkan secara online pada 26 Februari 2020 di jurnal JAMA Network Open.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6650 seconds (0.1#10.140)