Kesiapan Pemain Edtech Bantu Siswa Belajar di Rumah

Selasa, 17 Maret 2020 - 10:30 WIB
Kesiapan Pemain Edtech Bantu Siswa Belajar di Rumah
Kesiapan Pemain Edtech Bantu Siswa Belajar di Rumah
A A A
JAKARTA - Demi mencegah makin meluasnya wadah corona, sejak Senin (16/3) lalu sejumlah daerah telah menerapkan kebijakan menutup sekolah dan memindahkan kegiatan belajar mengajar ke rumah dengan sistem daring. Kebijakan ini direspon baik oleh pemain education technology (edtech) di Tanah Air.

Menurut data PBB, sebanyak 22 negara telah memberlakukan atau berencana menutup sekolah serta kegiatan belajar mengajar. Setidaknya ada 290 juta siswa di seluruh dunia yang akan terdampak. Negara-negara seperti Arab Saudi, China, dan Italia telah menutup sekolahnya secara nasional. Beberapa daerah di Indonesia pun sudah melakukan hal yang sama seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sebagai solusi, proses belajar mengajar dapat dilakukan dari rumah dengan cara online.

Menanggapi kondisi tersebut, Cakap sebagai salah satu pemain ​edtech di Indonesia, menyatakan kesiapannya untuk menyediakan online platform sebagai alternatif kegiatan belajar mengajar di Tanah Air. Dengan menggunakan metode interaksi dua-arah dan didukung oleh teknologi, Cakap mengembangkan solusi layanan untuk pendidikan atau biasa disebut ​Education As A Service (EAAS).

"Kesehatan harus diutamakan di tengah merebaknya pandemi COVID-19. Dengan teknologi di bidang pendidikan yang kami kembangkan, diharapkan dapat membantu kegiatan belajar mengajar secara aman melalui pembelajaran jarak jauh. Kami siap membantu pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat Indonesia untuk melawan COVID-19 dengan menyediakan teknologi serta akses belajar secara daring," ujar Tomy Yunus, CEO Cakap, melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.

Beberapa negara diketahui telah menerapkan sistem belajar secara daring untuk tetap menunjang aktivitas belajar mengajar. Misalnya Hong Kong. Saat ini semua murid belum kembali ke sekolah sejak libur Imlek. Pemerintah Hong Kong menyatakan sekolah akan tutup setidaknya sampai 20 April 2020 sehingga proses pembelajaran pun berpindah ke sistem e-learning.

Lalu Arab Saudi, yang mulai menutup sekolah pada 9 Maret lalu. Untuk memastikan proses belajar tetap berlanjut, pemerintah setempat menerapkan pembelajaran secara daring.

Ada juga Amerika Serikat yang turut meliburkan sekolah dan universitas akibat dampak penyebaran virus corona. Sekolah di New York telah menerapkan sistem pembelajaran secara daring. Para murid kini belajar via platform video conference. Diikuti pula oleh sejumlah universitas di New York.

Sementara Italia sudah menutup sekolah sejak 5 Maret 2020. Sejumlah sekolah telah menerapkan pembelajaran online dengan merekam seluruh pelajaran melalui WhatsApp. Beberapa sekolah lain juga menggunakan web-learning untuk memastikan pelajaran tetap bisa berlanjut.

Dampak penyebaran virus corona juga dialami oleh Sarah Shen, salah satu pengajar Bahasa Mandarin di Cakap yang tinggal di ChongQing, China. Dengan segala keterbatasan yang terjadi, berbagai cara dilakukan untuk tetap bisa beraktivitas. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi.

“Teknologi dan internet membantu saya untuk tetap bisa mengajar serta bertatap muka dengan murid-murid tanpa harus keluar rumah” ujar Sarah, yang lulusan Master dari​ Beijing Language Culture University.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5867 seconds (0.1#10.140)