Perangi Corona, Prancis Tutup Restoran dan Tempat Hiburan
A
A
A
PARIS - Dalam upayanya memerangi penyebaran virus corona baru (Covid-19) di negaranya, pemerintah Prancis menutup toko-toko, restoran, dan fasilitas hiburan sejak akhir pekan kemarin. Sebanyak 67 juta penduduk Prancis diperintahkan untuk tetap tinggal di dalam rumah guna mengatasi permasalahan coronavirus tersebut.
Dengan jumlah kasus yang mencapai dua kali lipat dalam 72 jam, pemerintah Prancis tidak mempunya pilihan lain. Dalam konferensi persnya, Perdana Menteri, Edouard Philippe mengatakan bahwa lebih dari 90 orang telah meninggal di Prancis, dan sekitar 4.000 orang sekarang terinfeksi.
"Saya telah memutuskan untuk menutup semua lokasi yang tidak penting, terutama kafe, restoran, bioskop, klub malam dan toko. Kita harus benar-benar membatasi gerakan kita," kata sang Perdana Menteri seperti dikutip Channel News Asia.
Prancis pun sudah menutup sekolah dan menyarankan orang-orang yang berusia di atas 70 tahun untuk tinggal di rumah sejak pekan lalu. Meskipun sejumlah besar tempat ditutup, namun masih ada beberapa yang menjadi pengecualian seperti toko makanan, apotek, pom bensin dan penjual tembakau. Angkutan umum pun akan tetap berjalan.
"Kami tidak mengira itu akan begitu cepat. Kami sedikit terkejut karena kami akan menemukan diri kami tanpa pekerjaan," kata Jason Holt, seorang Manajer Cafe Montparnasse di salah satu tempat di Prancis.
Sementara itu, Philippe mengatakan, pemerintah tidak punya pilihan karena terlalu banyak orang masih keluar dan berjalan-jalan serta tidak menjaga jarak satu sama lain.
Seusai pengumuman dari pemerintah tersebut dikumandangkan, di salah satu bar di Rue Oberkampf, masyarakat setempat menyanyikan lagu Gloria Gaynor berjudul I Will Survive di malam terakhir sebelum semua kawasan ditutup. "Kami agak tertekan karena kami tidak mengharapkannya, tetapi kami mengatakan baik-baik saja, mari kita lakukan malam terakhir kami hari ini," ujar siswa berusia 18 tahun, Nadia Abd-Ali.
(Deslita Krissanta Sibuea)
Dengan jumlah kasus yang mencapai dua kali lipat dalam 72 jam, pemerintah Prancis tidak mempunya pilihan lain. Dalam konferensi persnya, Perdana Menteri, Edouard Philippe mengatakan bahwa lebih dari 90 orang telah meninggal di Prancis, dan sekitar 4.000 orang sekarang terinfeksi.
"Saya telah memutuskan untuk menutup semua lokasi yang tidak penting, terutama kafe, restoran, bioskop, klub malam dan toko. Kita harus benar-benar membatasi gerakan kita," kata sang Perdana Menteri seperti dikutip Channel News Asia.
Prancis pun sudah menutup sekolah dan menyarankan orang-orang yang berusia di atas 70 tahun untuk tinggal di rumah sejak pekan lalu. Meskipun sejumlah besar tempat ditutup, namun masih ada beberapa yang menjadi pengecualian seperti toko makanan, apotek, pom bensin dan penjual tembakau. Angkutan umum pun akan tetap berjalan.
"Kami tidak mengira itu akan begitu cepat. Kami sedikit terkejut karena kami akan menemukan diri kami tanpa pekerjaan," kata Jason Holt, seorang Manajer Cafe Montparnasse di salah satu tempat di Prancis.
Sementara itu, Philippe mengatakan, pemerintah tidak punya pilihan karena terlalu banyak orang masih keluar dan berjalan-jalan serta tidak menjaga jarak satu sama lain.
Seusai pengumuman dari pemerintah tersebut dikumandangkan, di salah satu bar di Rue Oberkampf, masyarakat setempat menyanyikan lagu Gloria Gaynor berjudul I Will Survive di malam terakhir sebelum semua kawasan ditutup. "Kami agak tertekan karena kami tidak mengharapkannya, tetapi kami mengatakan baik-baik saja, mari kita lakukan malam terakhir kami hari ini," ujar siswa berusia 18 tahun, Nadia Abd-Ali.
(Deslita Krissanta Sibuea)
(nug)