Masker Kain Jadi Pilihan Terakhir Cegah Penularan Covid-19
A
A
A
JAKARTA - Pandemi COVID-19 menyebabkan kelangkaan masker bedah. Tidak hanya di Indonesia, dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSPU) Persahabatan, dr Erlina Burhan, Sp.P(K), M.Sc, pH.D mengatakan kelangkaan juga terjadi di berbagai negara lainnya.
"Bukan hanya di Indonesia, tapi juga negara lain di dunia, dengan adanya wabah COVID-19 ini kelangkaan masker. Karena itu, saya minta masyarakat jangan panic buying karena masker diperlukan untuk tenaga kesehatan dan yang sakit," kata dr Erlina saat konfrensi pers daring, Rabu (1/4/2020).
Untuk mengatasi kelangkaan masker bedah, masker kain bisa digunakan sebagai pencegahan penularan COVID-19. Kendati demikian, dr. Erlina menekankan bahwa masker kain hanya digunakan sebagai pilihan terakhir.
"Masker kain jadi pilihan terakhir untuk cegah penularan virus dan kalau tidak ada masker bedah, bisa pakai masker kain," imbuhnya.
Lebih lanjut, dr. Erlina menjelaskan bahwa masker kain bisa digunakan oleh masyarakat sehat, baik di tempat umum dan fasilitas lainnya. Namun, dalam hal ini tetap dibutuhkan menjaga jarak sejauh 1—2 meter karena masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel.
"Tidak disaranin digunakan tenaga medis dengan alasan 40—90% partikel bisa tembus masker dan tentunya saja idealnya dikombinasikan dengan pelindung wajah," kata dia.
"Masker kain, perlindungan terhadap droplet ada tapi tidak ada perlindungan pada aerosol atau partikel airborne. Jadi pencegahan keluarnya droplet dari bersin atau batuk pada pemakai kalo dropletnya besar bisa (melindungi) tapi kalau kecil masker kain ini enggak bisa," tambahnya.
Adapun efektivitas filter masker kain mampu menyaring sebesar 10—60% partikel sebesar 3 mikron. Sayangnya, masker kain bisa menyebabkan kebocoran. Namun, masker jenis ini bisa digunakan berulang dengan dicuci menggunakan deterjen dan air panas karena deterjen dan air panas bisa mematikan virus.
"Masker kain bisa dipakai tapi tidak seefektif masker bedah karena filterasi lebih rendah," ujar dia.
"Bukan hanya di Indonesia, tapi juga negara lain di dunia, dengan adanya wabah COVID-19 ini kelangkaan masker. Karena itu, saya minta masyarakat jangan panic buying karena masker diperlukan untuk tenaga kesehatan dan yang sakit," kata dr Erlina saat konfrensi pers daring, Rabu (1/4/2020).
Untuk mengatasi kelangkaan masker bedah, masker kain bisa digunakan sebagai pencegahan penularan COVID-19. Kendati demikian, dr. Erlina menekankan bahwa masker kain hanya digunakan sebagai pilihan terakhir.
"Masker kain jadi pilihan terakhir untuk cegah penularan virus dan kalau tidak ada masker bedah, bisa pakai masker kain," imbuhnya.
Lebih lanjut, dr. Erlina menjelaskan bahwa masker kain bisa digunakan oleh masyarakat sehat, baik di tempat umum dan fasilitas lainnya. Namun, dalam hal ini tetap dibutuhkan menjaga jarak sejauh 1—2 meter karena masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel.
"Tidak disaranin digunakan tenaga medis dengan alasan 40—90% partikel bisa tembus masker dan tentunya saja idealnya dikombinasikan dengan pelindung wajah," kata dia.
"Masker kain, perlindungan terhadap droplet ada tapi tidak ada perlindungan pada aerosol atau partikel airborne. Jadi pencegahan keluarnya droplet dari bersin atau batuk pada pemakai kalo dropletnya besar bisa (melindungi) tapi kalau kecil masker kain ini enggak bisa," tambahnya.
Adapun efektivitas filter masker kain mampu menyaring sebesar 10—60% partikel sebesar 3 mikron. Sayangnya, masker kain bisa menyebabkan kebocoran. Namun, masker jenis ini bisa digunakan berulang dengan dicuci menggunakan deterjen dan air panas karena deterjen dan air panas bisa mematikan virus.
"Masker kain bisa dipakai tapi tidak seefektif masker bedah karena filterasi lebih rendah," ujar dia.
(alv)