Perangi Covid-19, Burberry Produksi Masker untuk Tenaga Medis di Inggris
A
A
A
LONDON - Rumah mode mewah Burberry bergabung dengan daftar merek fesyen dan perusahaan mewah yang sedang berkembang menggunakan sumber dayanya untuk memerangi penyebaran Covid-19. Burberry akan memanfaatkan jaringan rantai pasokan globalnya untuk mempercepat pengiriman lebih dari 100.000 masker bedah ke Layanan Kesehatan Nasional Inggris untuk digunakan tenaga medis.
Selain itu, Burberry akan memperlengkapi kembali pabrik mantel di Yorkshire untuk membuat baju dan masker nonbedah untuk pasien. Produksi dan distribusi akan sesuai pada persetujuan dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Produk Kesehatan (MHRA). Burberry juga akan mendukung masyarakat dengan menyumbang ke badan amal termasuk FareShare dan The Felix Project, yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan pangan di Inggris.
Ketika Inggris terus memerangi virus corona, badan amal telah memperluas upaya untuk membantu mereka yang berjuang akibat wabah tersebut. Upaya-upaya termasuk seperti mendirikan pusat-pusat produksi masyarakat, mengantarkan makanan kepada orang-orang muda yang bergantung pada makanan sekolah gratis, dan meningkatkan paket makanan kemasan untuk membantu bank makanan mengatasi permintaan dan menjaga kebijakan social distancing.
Seperti dilansir Channel News Asia, dalam hal dukungan jangka panjang, rumah mode mendanai penelitian ke dalam vaksin dosis tunggal yang dikembangkan Universitas Oxford yang akan memulai uji coba ke manusia, bulan depan. Universitas ini memiliki salah satu rekam jejak terbaik dunia dalam pengembangan vaksin darurat, dengan keberhasilan di masa lalu dalam memerangi Ebola dan MERS.
"Di masa-masa sulit, kita harus bekerja sama. Seluruh tim di Burberry sangat bangga dapat mendukung mereka yang bekerja tanpa lelah untuk memerangi Covid-19, baik dengan merawat pasien, bekerja untuk menemukan solusi vaksin atau membantu menyediakan pasokan makanan bagi mereka yang membutuhkan saat ini," kata CEO Burberry, Marco Gobbetti.
Upaya Burberry datang di tengah-tengah pengumuman bahwa penjualan merek ternama terkena dampak besar akibat Covid-19. Burberry mengatakan bahwa penjualan pada minggu-minggu terakhir Maret turun hingga 80% karena dampak virus corona yang kali pertama muncul di China dan menyebar ke Eropa serta AS. Pandemi global ini pun menyebabkan toko-toko tutup dan belanja mewah berkurang.
Selain itu, Burberry akan memperlengkapi kembali pabrik mantel di Yorkshire untuk membuat baju dan masker nonbedah untuk pasien. Produksi dan distribusi akan sesuai pada persetujuan dari Badan Pengawas Obat-obatan dan Produk Kesehatan (MHRA). Burberry juga akan mendukung masyarakat dengan menyumbang ke badan amal termasuk FareShare dan The Felix Project, yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan pangan di Inggris.
Ketika Inggris terus memerangi virus corona, badan amal telah memperluas upaya untuk membantu mereka yang berjuang akibat wabah tersebut. Upaya-upaya termasuk seperti mendirikan pusat-pusat produksi masyarakat, mengantarkan makanan kepada orang-orang muda yang bergantung pada makanan sekolah gratis, dan meningkatkan paket makanan kemasan untuk membantu bank makanan mengatasi permintaan dan menjaga kebijakan social distancing.
Seperti dilansir Channel News Asia, dalam hal dukungan jangka panjang, rumah mode mendanai penelitian ke dalam vaksin dosis tunggal yang dikembangkan Universitas Oxford yang akan memulai uji coba ke manusia, bulan depan. Universitas ini memiliki salah satu rekam jejak terbaik dunia dalam pengembangan vaksin darurat, dengan keberhasilan di masa lalu dalam memerangi Ebola dan MERS.
"Di masa-masa sulit, kita harus bekerja sama. Seluruh tim di Burberry sangat bangga dapat mendukung mereka yang bekerja tanpa lelah untuk memerangi Covid-19, baik dengan merawat pasien, bekerja untuk menemukan solusi vaksin atau membantu menyediakan pasokan makanan bagi mereka yang membutuhkan saat ini," kata CEO Burberry, Marco Gobbetti.
Upaya Burberry datang di tengah-tengah pengumuman bahwa penjualan merek ternama terkena dampak besar akibat Covid-19. Burberry mengatakan bahwa penjualan pada minggu-minggu terakhir Maret turun hingga 80% karena dampak virus corona yang kali pertama muncul di China dan menyebar ke Eropa serta AS. Pandemi global ini pun menyebabkan toko-toko tutup dan belanja mewah berkurang.
(nug)