Menggambar,Melatih Kecerdasan

Selasa, 28 Oktober 2014 - 09:32 WIB
Menggambar,Melatih Kecerdasan
Menggambar,Melatih Kecerdasan
A A A
TIDAK perlu menunggu usia TK untuk melatih motorik halus anak. Sejak dini Anda bisa mengenalkan kegiatan menulis ataupun menggambar kepada buah hati. Kegiatan ini sekaligus mengasah empat kecerdasan dirinya.

Bermain-main dengan pensil, krayon, atau cat lukis di kertas tentu merupakan keasyikan tersendiri bagi anak-anak. Kegiatan menulis, menggambar, atau mewarnai ini bukan hanya menyenangkan bagi mereka semata. Lebih dari itu, ada manfaat besar di balik kertas-kertas yang berserakan, baju dan lantai yang kotor, ataupun tangan anak yang penuh jejak krayon, spidol, maupun cat lukis. Kegiatan ini berguna merangsang saraf motorik anak. Karena itu, salah satu aktivitas di taman kanak-kanak pun tak pernah absen dari belajar menggambar, melukis, ataupun mewarnai.

Psikolog Tubagus Amin menyebutkan, menggambar memberikan kesempatan bagi anak untuk memiliki ruang kreativitas yang lebih baik daripada menghafal."Jika anak-anak terlalu banyak menghafal, mereka akan cepat lupa di kemudian hari.Walaupun mereka bisa mengingat, belum tentu mereka mengerti apa yang disampaikan guru," katanya.

Lewat menulis ataupun menggambar, setidaknya ada empat kecerdasan yang dilatih, yaitu cerdas gerak, gambar, diri, dan cerdas bahasa. Cerdas gerak yakni saat anak membuat gambar, ia sedang melatih gerakan tangannya. Sementara, cerdas gambar adalah bagaimana anak bisa membuat berbagai bentuk yang mereka gambar. Cerdas diri, yakni melalui gambar anak bisa membuat gambar yang sesuai dengan imajinasi mereka.

Adapun cerdas bahasa, anak mampu mengungkapkan apa yang ingin mereka katakan lewat gambar yang mereka tuangkan. Lebih jauh Amin memaparkan, saraf motorik halus dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang berkelanjutan dan rutin.

"Dan sebaiknya dilakukan sejak dini, boleh saja memberikan bayi kertas untuk dimain-mainkan selama kita awasi. Dari situ dia belajar memegang," sebut psikolog Aminfainstitute-Lembaga Riset dan Konsultan Edukasi Berbasis Brain Nased and Holistic (Pendidikan Ramah Otak) itu.

Setiap anak merupakan pribadi yang berbeda. Mereka memiliki kecerdasan gerak (bodily kinestetik) bakat, kecenderungan, dan kecerdasan motorik halus yang juga tidak sama.

Perbedaan ini dipengaruhi oleh multiple intellegence (gaya belajar) anak dan stimulasi yang didapatkannya, terutama pada masa-masa pertama pertumbuhan atau yang lebih dikenal dengan golden age. Tentunya mengasah kecerdasan motorik ini dilakukan bertahap sesuai usia. Untuk anak usia tiga tahun misalnya, motorik anak yang lebih banyak digunakan adalah motorik kasar. Biasanya anak usia ini akan mulai menggambar mengikuti bentuk, menarik garis, dan mulai menggunting.

"Di bawah 3 tahun biasanya anak akan membuat tulisan semacam benang kusut, biarkan saja mereka tetap aktif menulis," kata Amin. Di usia empat tahun, anak mulai bisa menggambar yang lebih jelas, bermain gunting lipat, dan membuat bentuk dari lilin mainan. Ajari cara menggunting secara zig-zag misalnya. Kemudian di tahap usia lima tahun, anak sudah bisa menyusun balok permainan, mewarnai lebih rapi tanpa keluar garis dan meniru tulisan.

Di usia setelahnya, 5-12 tahun, anakanak sudah mulai mengerti dan memasuki masa sekolah. Dan jadikan kegiatan menulis atau menggambar sebagai bagian dari aktivitasnya. Pada masa ini justru mereka harus semakin sering menggambar.

Ruang kreativitas ini adalah kecerdasan yang lebih baik dibandingkan dengan menghitung dan menghafal. Karena itu, anak-anak lebih bisa memahami pelajaran mereka di sekolah. "Menggambar bukan hanya bentuk mengekspresikan diri, lebih dari itu menggambar adalah aktivitas intelektual, cara untuk memahami dunia, mengeluarkan pikiran dan gagasan anak," kata Eileen Adams, seorang pendidik yang aktif dalam kampanye menggambar, dilansir dari Guardian.co.uk.

"Visualisasi lewat menggambar yang dilakukan anak, amat vital bagi pemahaman mereka pada masa mendatang, misalnya saja untuk pelajaran geografi atau matematika. Mereka mengembangkan kemampuan membuat peta dan simbolsimbol lewat gambar, "imbuhnya. Bagi orang tua yang dengan anak suka menggambar, siap-siap saja tembok rumah menjadi sasaran mereka menuangkan kreasiny.

Meskipun Anda sudah menyiapkan kertas kosong atau buku gambar, tetap saja anak lebih suka mengincar dinding sebagai pelampiasan imajinasi. Mengapa demikian? Sebab saat menggambar di dinding, mereka merasa ikut terlibat di dalam kisah yang mereka gambarkan.

"Melalui bidang yang lebih luas, mereka lebih bebas menggambar dan masuk ke dalamnya," ujar Amin. Rasa terlibat dalam dunia di dalam gambar itu tidak akan didapat ketika anak menggambar di bidang kertas. Selain itu, menggambar di dinding memberi posisi yang lebih nyaman karena memungkinkan kontrol tangan dan mata yang lebih baik. Dengan cara ini, menggambar menjadi jauh lebih menyenangkan bagi si kecil.

Namun, di samping dengan menggambar, saraf motorik halus juga bisa dilatih melalui kegiatan menyusun balok, memasukkan benda ke dalam lubang, membuat garis, melipat dan merobek kertas, atau mewarnai. Semua aktivitas ini dapat mengeksplorasi kreativitas anakanak, merangsang motoriknya, dan fungsi kerja otak dalam belajar karena otak dan otot merupakan hal yang saling sinergis.

Sri noviarni
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0390 seconds (0.1#10.140)