Polusi Pemicu Autis

Selasa, 28 Oktober 2014 - 09:57 WIB
Polusi Pemicu Autis
Polusi Pemicu Autis
A A A
LAGI-lagi sebuah penelitian mengungkapkan hubungan antara paparan polusi udara dan autis. Zat-zat kimia berbahaya pada udara disinyalir meningkatkan risiko gangguan spektrum autis (autism spectrum disorder / ASD).

"Gangguan spektrum autis telah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Prevalensinya meningkat dramatis," sebut Evelyn Talbott, salah seorang tim peneliti dari Pitt Public Health. Sejauh ini meski dampak sosial serius, penyebab autis kurang dipahami. Masalahnya sangat sedikit penelitian tentang autis yang menyertakan paparan lingkungan dengan memperhatikan faktor-faktor risiko pribadi dan perilaku lainnya.

Dia dan rekan-rekannya melakukan penelitian berbasis populasi keluarga dengan dan tanpa autis yang tinggal di enam wilayah Pennsylvania, Amerika Serikat. Mereka menemukan hubungan antara peningkatan kadar kromium, stirena dengan gangguan spektrum autis masa kanak-kanak, suatu kondisi yang memengaruhi satu dari 68 anak-anak.

"Studi tersebut membawa selangkah lebih dekat pemahaman mengapa autis memengaruhi begitu banyak keluarga. Itu terkait pentingnya kualitas udara," katanya.

Meskipun beberapa studi sebelumnya menunjukkan peningkatan karena perubahan dalam praktik diagnostik dan kesadaran publik lebih besar terhadap autis, hal itu tidak sepenuhnya menjelaskan peningkatan prevalensi. Faktor genetik dan lingkungan diyakini ikut bertanggung jawab.

Gangguan spektrum autis adalah kondisi yang ditandai gangguan interaksi sosial dan kesulitan komunikasi. Kondisi tersebut biasanya sudah terlihat pada awal masa kanakkanak. Kasus yang dilaporkan ASD telah meningkat hampir delapan kali lipat dalam dua dekade terakhir. Beberapa studi sebelumnya telah menunjukkan peningkatan kesadaran publik yang lebih besar terhadap autis, tetapi tidak sepenuhnya menjelaskan peningkatan prevalensi.

Dr Talbott dan timnya mewawancarai 217 keluarga dari anakanak dengan ASD dan dibandingkannya dengan keluarga tanpa anak-anak dengan ASD yang lahir selama periode waktu yang sama dalam enam wilayah. Penelitian mengambil sampel anak-anak yang lahir antara tahun 2005 dan 2009. Mereka tinggal di Allegheny, Armstrong, Beaver, Butler, Washington, dan Westmoreland."Salah satu kekuatan dari penelitian ini adalah kemampuan untuk memiliki dua jenis kontrol, yang bisa memberikan perbandingan racun udara di lingkungan anak-anak itu dengan dan tanpa ASD," kata Dr Talbott.

Untuk setiap keluarga, tim menggunakan national air toxics assessment (NATA) untuk memperkirakan paparan 30 polutan yang menyebabkan gangguan endokrin atau masalah perkembangan saraf. Penelitian mengungkapkan, anak yang terpapar polusi selama dalam kandungan dan pada dua tahun pertama usianya, masuk dalam kelompok yang terpapar styrene dan kromium. Mereka berada pada risiko 1,4 sampai dua kali lipat risiko lebih besar mengalami ASD. Hasil ini juga mempertimbangkan usia ibu, faktor merokok selama kehamilan, ras, dan pendidikan.

"Hasil kami menambah bukti-bukti yang menghubungkan paparan lingkungan, seperti polusi udara, untuk ASD," kata Dr Talbott. Sebelumnya penelitian yang mengaitkan hubungan antara autis dan paparan zat kimia juga pernah dilakukan tim penelitian dari Universitas Southern California, di Los Angeles, AS. Para peneliti mengungkapkan, zat-zat kimia dalam polutan akan memicu perubahan genetik yang akhirnya menimbulkan autis. Meski tidak menyebabkan autis secara langsung, hal tersebut meningkatkan risiko.

"Ada bukti bahwa sistem imun berkaitan dengan autis dan polusi berpengaruh dengan cara yang sama," kata ketua peneliti Heather Volk, asisten profesor dari Universitas Southern California, di Los Angeles, AS.

Dalam penelitiannya, Volks dan timnya menganalisis kaitan antara paparan polusi udara pada 279 anak autis dibandingkan dengan 245 anak sehat. Anak-anak itu berpartisipasi dalam studi mengenai risiko autis, genetik, dan lingkungan. Anak-anak yang terpapar polusi dalam kadar tinggi selama di kandungan berisiko dua kali lebih besar menderita autis dibandingkan dengan anak yang paparannya rendah. Sementara itu, anak yang terpapar polutan sejak lahir sampai usia setahun, terutama polusi jalan raya, berisiko 3 kali lebih besar mengembangkan autis. Kaitan paling kuat diduga terdapat pada nitrogen dioksida atau yang lebih dikenal dengan smog (kabut yang mengandung zat-zat pencemar udara).

Racun-racun dari lingkungan itu menyebabkan ketidaknormalan pada fungsi sistem imun yang dikaitkan dengan autis. Menurut Geraldine Dawson, pakar autis, beberapa riset menunjukkan pada penderita autis ditemukan adanya sistem imun yang abnormal.

Wuri/dailymail.co.uk
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5324 seconds (0.1#10.140)