Perawatan Khusus Lansia
A
A
A
MERAWATorang dengan lanjut usia (lansia) memang kompleks dan membutuhkan perhatian khusus.
Hal ini karena gejala penyakit yang diderita para lansia tersebut tidak khas dan fungsi organ yang sudah menurun. Adapun yang mesti menjadi perhatian masyarakat banyak, masalah kesehatan pada mereka yang berusia lanjut, secara kuantitatif dan kualitatif, sedemikian kompleksnya yang membutuhkan perhatian khusus.
Sebab, menua secara otomatis menurunkan fungsi hampir semua organ tubuh seperti kepala dan otak, wajah, kulit, rambut, mata, telinga, paru-paru jantung, tulang, dan otot, sistem perkemihan, serta sistem reproduksi. Menurut dr Aulia Rizka SpPD MPdKed dari Senior Clinic RSU Bunda Jakarta, selama ini masih banyak salah persepsi di masyarakat terkait lansia.
Misalnya, wajar jika mereka makan sedikit. Sering lupa juga dipikir biasa, namanya orang tua. Juga, apabila lansia sakit- sakitan, nyeri lutut, atau susah jalan, hal itu dianggap enteng dan tidak ditangani dengan serius. “Pemikiran seperti itu justru akan membuat lansia mengalami penurunan kondisi kesehatan. Misalnya saja karena nafsu makan turun tetapi dibiarkan akhirnya dia menjadi malnutrisi dan gampang sakit,” katanya dalam acara media gathering bertajuk “Kualitas Hidup Lansia Tanggung Jawab Bersama” di Auditorium RSU Bunda, Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Aulia mengemukakan, sebenarnya lansia dengan pasien geriatri berbeda definisi. Persamaannya, lansia dan pasien geriatri adalah mereka yang berusia di atas 60 tahun, tetapi pasien geriatri adalah lansia dengan beberapa penyakit dan masalah biopsikososial. Pasien geriatri biasanya memiliki penyakit lebih dari dua dengan gejala tidak khas, menggunakan banyak obat dan fungsi organ menurun. “Mereka juga umumnya mengalami gangguan status fungsional dan gangguan nutrisi,” sebutnya.
Namun, kata dia, menua bukan berarti harus sakit. Banyak juga orang yang sudah renta, tapi tetap hidup aktif dengan tubuh bugar dan sehat (successful ageing ). Memang lebih banyak lagi lansia yang lemah dan sakit-sakitan (frail elderly ). “Jadi, keadaan ini tidak ditentukan oleh usia kronologis seseorang,” kata Aulia. Aulia mengatakan, perawatan penyakit pada pasien geriatri membutuhkan pendekatan khusus karena biasanya gejala penyakitnya tidak khas dan fungsi organ sudah menurun sehingga pemberian banyak obat pada pasien geriatri yang biasanya terdiri atas banyak obat, harus dilakukan dengan pengawasan.
“Pada penyakit infeksi paru misalnya, pasien geriatri tidak mengalami demam seperti pasien lain. Gejalanya hanya tidak mau makan, jatuh, atau mengantuk terus. Serangan jantung juga mereka kadang tidak merasakan nyeri dan tidak gelisah,” ujarnya. Secara umum, kata dia, permasalahan pada pasien geriatri dibedakan menjadi masalah fisik atau jasmani, mental atau jiwa, sosial dan lingkungan, serta iatrogenik atau salah obat atau rawat.
Misalnya nafsu makan menurun yang berakibat pada kondisi malnutrisi. Bisa juga mengalami luka tekan akibat berbaring lama atau imobilisasi dan terjatuh atau instabilitas.
Rendra hanggara
Hal ini karena gejala penyakit yang diderita para lansia tersebut tidak khas dan fungsi organ yang sudah menurun. Adapun yang mesti menjadi perhatian masyarakat banyak, masalah kesehatan pada mereka yang berusia lanjut, secara kuantitatif dan kualitatif, sedemikian kompleksnya yang membutuhkan perhatian khusus.
Sebab, menua secara otomatis menurunkan fungsi hampir semua organ tubuh seperti kepala dan otak, wajah, kulit, rambut, mata, telinga, paru-paru jantung, tulang, dan otot, sistem perkemihan, serta sistem reproduksi. Menurut dr Aulia Rizka SpPD MPdKed dari Senior Clinic RSU Bunda Jakarta, selama ini masih banyak salah persepsi di masyarakat terkait lansia.
Misalnya, wajar jika mereka makan sedikit. Sering lupa juga dipikir biasa, namanya orang tua. Juga, apabila lansia sakit- sakitan, nyeri lutut, atau susah jalan, hal itu dianggap enteng dan tidak ditangani dengan serius. “Pemikiran seperti itu justru akan membuat lansia mengalami penurunan kondisi kesehatan. Misalnya saja karena nafsu makan turun tetapi dibiarkan akhirnya dia menjadi malnutrisi dan gampang sakit,” katanya dalam acara media gathering bertajuk “Kualitas Hidup Lansia Tanggung Jawab Bersama” di Auditorium RSU Bunda, Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Aulia mengemukakan, sebenarnya lansia dengan pasien geriatri berbeda definisi. Persamaannya, lansia dan pasien geriatri adalah mereka yang berusia di atas 60 tahun, tetapi pasien geriatri adalah lansia dengan beberapa penyakit dan masalah biopsikososial. Pasien geriatri biasanya memiliki penyakit lebih dari dua dengan gejala tidak khas, menggunakan banyak obat dan fungsi organ menurun. “Mereka juga umumnya mengalami gangguan status fungsional dan gangguan nutrisi,” sebutnya.
Namun, kata dia, menua bukan berarti harus sakit. Banyak juga orang yang sudah renta, tapi tetap hidup aktif dengan tubuh bugar dan sehat (successful ageing ). Memang lebih banyak lagi lansia yang lemah dan sakit-sakitan (frail elderly ). “Jadi, keadaan ini tidak ditentukan oleh usia kronologis seseorang,” kata Aulia. Aulia mengatakan, perawatan penyakit pada pasien geriatri membutuhkan pendekatan khusus karena biasanya gejala penyakitnya tidak khas dan fungsi organ sudah menurun sehingga pemberian banyak obat pada pasien geriatri yang biasanya terdiri atas banyak obat, harus dilakukan dengan pengawasan.
“Pada penyakit infeksi paru misalnya, pasien geriatri tidak mengalami demam seperti pasien lain. Gejalanya hanya tidak mau makan, jatuh, atau mengantuk terus. Serangan jantung juga mereka kadang tidak merasakan nyeri dan tidak gelisah,” ujarnya. Secara umum, kata dia, permasalahan pada pasien geriatri dibedakan menjadi masalah fisik atau jasmani, mental atau jiwa, sosial dan lingkungan, serta iatrogenik atau salah obat atau rawat.
Misalnya nafsu makan menurun yang berakibat pada kondisi malnutrisi. Bisa juga mengalami luka tekan akibat berbaring lama atau imobilisasi dan terjatuh atau instabilitas.
Rendra hanggara
(ars)