Harapan Baru Pasien Kanker Kolorektal
A
A
A
PENGOBATAN pasien kanker usus besar stadium lanjut memasuki babak baru. Kini telah hadir obat teranyar yang memiliki molekul yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker dan mampu menekan risiko kematian hingga 23%.
Kanker kolorektal sepertinya penyakit yang harus menjadi perhatian masyarakat. Di Indonesia, kanker kolorektal juga menempati urutan kanker nomor tiga paling banyak ditemui, setelah kanker payudara dan paru.
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dari sel-sel di usus besar dan rektum. Prof Dr dr Arry Harryanto SpPD KHOM, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik dari FKUI-RSCM mengatakan, penyebab kanker kolorektal yang banyak dijumpai di usia lebih dari 50 tahun ke atas ini umumnya berkaitan dengan sejumlah faktor.
Pada saat kekebalan tubuh seseorang tinggi, sel-sel kanker akan dihancurkan dan dicegah sehingga tidak dapat bertambah banyak dan membentuk tumor. “Makanya, penderita kanker umumnya berusia lanjut karena daya tahan tubuh mereka yang sudah menurun dan banyak kekurangan nutrisi,” tutur Arry dalam acara temu media bertajuk “Harapan Baru bagi Pengidap Kanker Kolorektal Stadium Lanjut Melalui Pengobatan Oral” oleh Bayer Indonesia di Hotel InterContinental Jakarta MidPlaza, Sudirman, Jakarta, Rabu, (29/10).
Gejala kanker mematikan ini, ujar Arry, umumnya beragam. Selain memperhatikan faktor risiko gejala yang dapat dikenali, terbagi antara gejala non-gastrointestinal dan gastrointestinal. Gejala nongastroinstestinal antara lain kelelahan, anemia (kurang darah), palpitasi (denyut jantung yang tidak teratur), selera makan menurun, berat badan turun, warna kulit memudar, dan terjadi penyumbatan darah.
Bila terdiagnosis di stadium awal, tingkat harapan hidup penderita kanker kolorektal cukup menggembirakan. “Bahkan 6% dari penderita yang terdiagnosis di stadium 4 bertahan hingga lima tahun,” sebutnya. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik dari FKUI-RSCM, Prof Dr Abdul Muthalib SpPD-KHOM mengemukakan, rata-rata survival rate lima tahun untuk pasien yang terdiagnosis di stadium awal mencapai 74% dengan perawatan yang tepat.
Berdasarkan panduan European Society For Medical Oncology (ESMO) dan National Comprehensive Cancer Network (NCCN) apabila pengobatan pada lini 1 dan 2 tidak berhasil dengan baik, pada pasien dengan kanker kolorektal stadium lanjut akan dilakukan terapi paliatif. Terapi ini mencakup terapi target, pemberian obat atau substansi yang dapat menghambat pertumbuhan dan penyebaran kanker dengan cara menghambat molekul spesifik yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan tumor.
Maka dari itu, kini telah hadir Regorafenib yang merupakan pengobatan terbaru untuk pasien kanker kolorektal yang terbukti mampu menekan risiko kematian hingga 23%. Regorafenib memiliki molekul yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker VEGF, PDGF, TIE, KIT, RET, RAF, dan BRAF.
“Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup sambil mempertahankan kualitas hidup sebaik mungkin,” katanya. Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Ashraf Al-Ouf mengutarakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah memberikan izin dan persetujuan atas penggunaan Regorafenib untuk terapi pasien dengan mCRC (metastatic colorectal cancer atau kanker kolorektal yang sudah menyebar) pada 2012.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin edar pada 16 Oktober lalu.
Rendra Hanggara
Kanker kolorektal sepertinya penyakit yang harus menjadi perhatian masyarakat. Di Indonesia, kanker kolorektal juga menempati urutan kanker nomor tiga paling banyak ditemui, setelah kanker payudara dan paru.
Kanker kolorektal adalah kanker yang berasal dari sel-sel di usus besar dan rektum. Prof Dr dr Arry Harryanto SpPD KHOM, dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik dari FKUI-RSCM mengatakan, penyebab kanker kolorektal yang banyak dijumpai di usia lebih dari 50 tahun ke atas ini umumnya berkaitan dengan sejumlah faktor.
Pada saat kekebalan tubuh seseorang tinggi, sel-sel kanker akan dihancurkan dan dicegah sehingga tidak dapat bertambah banyak dan membentuk tumor. “Makanya, penderita kanker umumnya berusia lanjut karena daya tahan tubuh mereka yang sudah menurun dan banyak kekurangan nutrisi,” tutur Arry dalam acara temu media bertajuk “Harapan Baru bagi Pengidap Kanker Kolorektal Stadium Lanjut Melalui Pengobatan Oral” oleh Bayer Indonesia di Hotel InterContinental Jakarta MidPlaza, Sudirman, Jakarta, Rabu, (29/10).
Gejala kanker mematikan ini, ujar Arry, umumnya beragam. Selain memperhatikan faktor risiko gejala yang dapat dikenali, terbagi antara gejala non-gastrointestinal dan gastrointestinal. Gejala nongastroinstestinal antara lain kelelahan, anemia (kurang darah), palpitasi (denyut jantung yang tidak teratur), selera makan menurun, berat badan turun, warna kulit memudar, dan terjadi penyumbatan darah.
Bila terdiagnosis di stadium awal, tingkat harapan hidup penderita kanker kolorektal cukup menggembirakan. “Bahkan 6% dari penderita yang terdiagnosis di stadium 4 bertahan hingga lima tahun,” sebutnya. Dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medik dari FKUI-RSCM, Prof Dr Abdul Muthalib SpPD-KHOM mengemukakan, rata-rata survival rate lima tahun untuk pasien yang terdiagnosis di stadium awal mencapai 74% dengan perawatan yang tepat.
Berdasarkan panduan European Society For Medical Oncology (ESMO) dan National Comprehensive Cancer Network (NCCN) apabila pengobatan pada lini 1 dan 2 tidak berhasil dengan baik, pada pasien dengan kanker kolorektal stadium lanjut akan dilakukan terapi paliatif. Terapi ini mencakup terapi target, pemberian obat atau substansi yang dapat menghambat pertumbuhan dan penyebaran kanker dengan cara menghambat molekul spesifik yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan tumor.
Maka dari itu, kini telah hadir Regorafenib yang merupakan pengobatan terbaru untuk pasien kanker kolorektal yang terbukti mampu menekan risiko kematian hingga 23%. Regorafenib memiliki molekul yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker VEGF, PDGF, TIE, KIT, RET, RAF, dan BRAF.
“Pengobatan ini bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup sambil mempertahankan kualitas hidup sebaik mungkin,” katanya. Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Ashraf Al-Ouf mengutarakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah memberikan izin dan persetujuan atas penggunaan Regorafenib untuk terapi pasien dengan mCRC (metastatic colorectal cancer atau kanker kolorektal yang sudah menyebar) pada 2012.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin edar pada 16 Oktober lalu.
Rendra Hanggara
(ars)