Polusi Picu Anak Jadi Hiperaktif
A
A
A
Wanita yang tengah mengandung sebaiknya menjauhi paparan polusi udara. Sebuah studi terbaru melaporkan, ibu hamil yang terkena polusi udara lima kali lebih mungkin untuk memiliki anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Berdasarkan laporan para peneliti di Columbia University, New York, Amerika Serikat, risiko anak dengan gejala ADHD pada usia sembilan tahun tampaknya meningkat secara drastis jika mereka terpapar tingkat tinggi polusi udara yang disebut dengan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) saat di dalam rahim.
“Dibandingkan dengan anak yang mendapatkan paparan PAH rendah, anak yang terkena paparan tingkat tinggi lebih mungkin untuk memiliki peningkatan jumlah gejala dan gejala yang lebih intens,” kata pemimpin peneliti Frederica Perera, profesor ilmu kesehatan lingkungan di Columbia Mailman School of Public Health di New York seperti dilansir laman Health Day.
Stephen Faraone, seorang profesor psikiatri di SUNY Upstate Medical University di Syracuse, New York yang mengkaji temuan penelitian ini mengutarakan, polutan dan faktor lingkungan lainnya kemungkinan berinteraksi dengan genetika anak yang belum lahir untuk meningkatkan risiko ADHD pada kemudian hari.
“Kami pikir ketika otak anak berkembang, racun ini mengubah sesuatu dalam konektivitas fungsional atau struktur otak yang berujung menyebabkan ADHD,” ujarnya. Faraone mencatat bahwa penelitian seperti ini membuktikan sebuah asosiasi, tetapi tidak terkait sebab-akibat langsung antara polusi udara dan ADHD.
Studi ini diterbitkan pada 5 November 2014 pada edisi online jurnal PLoS One. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US Centers for Disease Control and Prevention/CDC), PAH adalah bahan kimia yang terbentuk selama pembakaran batu bara, minyak, gas, kayu, sampah atau zat organik lainnya yang tidak tuntas.
Lalu lintas, tungku pemanas rumah, dan pembangkit listrik pembakaran batu bara merupakan sumber utama dari PAH, catat para peneliti. Di daerah perkotaan, PAH terutama dihasilkan oleh kendaraan bermotor. “Anak-anak yang terpapar PAH ketika berada di dalam rahim sangat mungkin untuk menampilkan tanda-tanda gangguan pemusatan perhatian yang terkait dengan ADHD,” sebut Perera.
Gejala ini termasuk keengganan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental, kesulitan mempertahankan perhatian di kelas, ketidakmampuan untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain kepada mereka serta kurangnya tindak lanjut atau penyelesaian sebuah tugas.
Temuan dari studi ini mengembangkan penelitian sebelumnya di Columbia University yang menghubungkan paparan PAH prenatal dengan masalah perilaku dan mental, menurut sebuah rilis berita kampus ini. Ini termasuk keterkaitan dengan keterlambatan perkembangan pada usia tiga tahun, mengurangi IQ pada usia lima tahun dan gejala kecemasan, depresi dan masalah perhatian pada usia 6 dan 7 tahun.
Penelitian teranyar ini melibatkan lebih dari 230 wanita hamil yang tidak merokok dari New York dan anak-anak mereka. Para peneliti menguji paparan PAH dengan menelusuri bahan kimia baik di dalam darah ibu maupun darah dari tali pusar. Para peneliti kemudian menguji perilaku masing-masing anak dan sang orang tua mengisi kuesioner yang ditujukan mendeteksi gejala ADHD.
Para peneliti menemukan bahwa anak yang lahir dari ibu yang terpapar tingkat tinggi PAH selama kehamilan memiliki lima kali kemungkinan mengembangkan banyak dan lebih parah gejala ADHD, dibandingkan dengan ibu yang sedikit atau tidak terkena paparan.
“Wanita hamil yang prihatin dengan dampak PAH harus menghindari menjadi perokok pasif atau terkena paparan asap rokok, berhenti membakar lilin atau dupa di rumah dan menggunakan ventilasi yang tepat saat memasak,” kata Perera.
Bisa juga dengan membeli dan memasang perangkat penyaring udara di rumah, yang telah terbukti mengurangi PAH di udara. Perera mengemukakan, sumbersumber tersebut menjadi pudar ketika wanita hamil terpapar polusi udara. “Polusi udara adalah salah satu eksposur yang tidak disengaja atau bukan kehendak sendiri. Dan polusi udara di luar ruangan tidak hanya tinggal di luar rumah. Zat kimia tersebut bisa menembus ke lingkungan dalam rumah,” lanjutnya.
Rendra hanggara
Berdasarkan laporan para peneliti di Columbia University, New York, Amerika Serikat, risiko anak dengan gejala ADHD pada usia sembilan tahun tampaknya meningkat secara drastis jika mereka terpapar tingkat tinggi polusi udara yang disebut dengan polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH) saat di dalam rahim.
“Dibandingkan dengan anak yang mendapatkan paparan PAH rendah, anak yang terkena paparan tingkat tinggi lebih mungkin untuk memiliki peningkatan jumlah gejala dan gejala yang lebih intens,” kata pemimpin peneliti Frederica Perera, profesor ilmu kesehatan lingkungan di Columbia Mailman School of Public Health di New York seperti dilansir laman Health Day.
Stephen Faraone, seorang profesor psikiatri di SUNY Upstate Medical University di Syracuse, New York yang mengkaji temuan penelitian ini mengutarakan, polutan dan faktor lingkungan lainnya kemungkinan berinteraksi dengan genetika anak yang belum lahir untuk meningkatkan risiko ADHD pada kemudian hari.
“Kami pikir ketika otak anak berkembang, racun ini mengubah sesuatu dalam konektivitas fungsional atau struktur otak yang berujung menyebabkan ADHD,” ujarnya. Faraone mencatat bahwa penelitian seperti ini membuktikan sebuah asosiasi, tetapi tidak terkait sebab-akibat langsung antara polusi udara dan ADHD.
Studi ini diterbitkan pada 5 November 2014 pada edisi online jurnal PLoS One. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US Centers for Disease Control and Prevention/CDC), PAH adalah bahan kimia yang terbentuk selama pembakaran batu bara, minyak, gas, kayu, sampah atau zat organik lainnya yang tidak tuntas.
Lalu lintas, tungku pemanas rumah, dan pembangkit listrik pembakaran batu bara merupakan sumber utama dari PAH, catat para peneliti. Di daerah perkotaan, PAH terutama dihasilkan oleh kendaraan bermotor. “Anak-anak yang terpapar PAH ketika berada di dalam rahim sangat mungkin untuk menampilkan tanda-tanda gangguan pemusatan perhatian yang terkait dengan ADHD,” sebut Perera.
Gejala ini termasuk keengganan untuk terlibat dalam tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental, kesulitan mempertahankan perhatian di kelas, ketidakmampuan untuk mendengarkan apa yang dikatakan orang lain kepada mereka serta kurangnya tindak lanjut atau penyelesaian sebuah tugas.
Temuan dari studi ini mengembangkan penelitian sebelumnya di Columbia University yang menghubungkan paparan PAH prenatal dengan masalah perilaku dan mental, menurut sebuah rilis berita kampus ini. Ini termasuk keterkaitan dengan keterlambatan perkembangan pada usia tiga tahun, mengurangi IQ pada usia lima tahun dan gejala kecemasan, depresi dan masalah perhatian pada usia 6 dan 7 tahun.
Penelitian teranyar ini melibatkan lebih dari 230 wanita hamil yang tidak merokok dari New York dan anak-anak mereka. Para peneliti menguji paparan PAH dengan menelusuri bahan kimia baik di dalam darah ibu maupun darah dari tali pusar. Para peneliti kemudian menguji perilaku masing-masing anak dan sang orang tua mengisi kuesioner yang ditujukan mendeteksi gejala ADHD.
Para peneliti menemukan bahwa anak yang lahir dari ibu yang terpapar tingkat tinggi PAH selama kehamilan memiliki lima kali kemungkinan mengembangkan banyak dan lebih parah gejala ADHD, dibandingkan dengan ibu yang sedikit atau tidak terkena paparan.
“Wanita hamil yang prihatin dengan dampak PAH harus menghindari menjadi perokok pasif atau terkena paparan asap rokok, berhenti membakar lilin atau dupa di rumah dan menggunakan ventilasi yang tepat saat memasak,” kata Perera.
Bisa juga dengan membeli dan memasang perangkat penyaring udara di rumah, yang telah terbukti mengurangi PAH di udara. Perera mengemukakan, sumbersumber tersebut menjadi pudar ketika wanita hamil terpapar polusi udara. “Polusi udara adalah salah satu eksposur yang tidak disengaja atau bukan kehendak sendiri. Dan polusi udara di luar ruangan tidak hanya tinggal di luar rumah. Zat kimia tersebut bisa menembus ke lingkungan dalam rumah,” lanjutnya.
Rendra hanggara
(bbg)