Spider-Man, Superhero Terkaya

Jum'at, 14 November 2014 - 11:39 WIB
Spider-Man, Superhero Terkaya
Spider-Man, Superhero Terkaya
A A A
LOS ANGELES - Superhero dalam film tidak hanya memerangi penjahat, tapi juga saling bersaing satu sama lain dalam hal pendapatan. Lantas, superhero mana yang paling kaya? Jawabannya adalah Spider-Man.

Selama 2013, manusia laba-laba produksi Marvel Studio itu mampu meraup pendapatan dari penjualan ritel global hingga USD1,3 miliar (Rp15,8 triliun). Tokoh bernama asli Peter Parker itu jauh mengungguli pendapatan manusia kelelawar alias Batman keluaran DC Comics yang tahun lalu “hanya” meraih pendapatan sekitar USD494 juta (Rp6 triliun).

Menurut The Licensing Letter, dalam penjualan ritel global, tokoh Marvel masih unggul dibandingkan DC Comics. Selain Spider-Man, superhero yang tergabung dalam Avengers juga meraih keuntungan besar selama 2013. Mereka mencatatkan pendapatan USD325 juta (Rp3,9 triliun) dan berhasil mengalahkan Superman yang meraup USD277 juta (Rp3,3 triliun).

Tidak dipungkiri lagi, sampai saat ini Marvel Studios—Disney dan DC Comics—Warner Bros. terus bersaing untuk menciptakan film superhero sampai 2020. Bisnis ini tak hanya mampu memuaskan para penggemar film tapi juga menghasilkan pundi-pundi uang yang cukup menggiurlan. Tak hanya lewat penjualan tiket, kedua rumah produksi besar itu juga saling bersaing dalam pendapatan lisensi yang menghasilkan miliaran dolar bagi mereka. DC Comics tampaknya membutuhkan usaha heroik untuk mengejar ketinggalannya dalam laba lisensi.

Pada 15 Oktober lalu, CEO Warner Kevin Tsujihara menyatakan kalau dia bisa mendekati selisih saat ini hingga separuhnya, Marvel bisa meraup laba tahunan tambahan USD150 juta.

Berapa besar selisihnya? Mei lalu, License Global menempatkan Disney di tempat pertama di antara para pemegang lisensi dengan penjualan sekitar USD41 miliar (Rp500 triliun) pada 2013. Warner berada di tempat ketujuh dengan USD6 miliar. Baik Disney atau Warner punya properti kuat.

“Marvel punya awal yang besar. Bukan karena Warner tidak bisa melakukannya. Tapi mereka akan menghabiskan banyak waktu, uang dan tenaga untuk mewujudkannya,” papar Ira Mayer, publisher The Licensing Letter, yang dikutip The Hollywood Reporter.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8652 seconds (0.1#10.140)