Waspadai Benjolan di Leher

Senin, 17 November 2014 - 11:53 WIB
Waspadai Benjolan di Leher
Waspadai Benjolan di Leher
A A A
JIKA Anda mendapatkan benjolan tanpa nyeri yang permanen atau membesar di bagian leher, sebaiknya waspada. Bisa jadi itu gejala kanker kelenjar getah bening.

Cukup lama menghilang dari ingarbingar dunia keartisan, aktris film Ria Irawan ternyata tengah berjuang melawan penyakit limfoma stadium 3. Pengakuannya itu diungkapkan kepada awak media pekan ini.

Meski menderita penyakit serius, tak tampak guratan kesedihan di wajahnya. Selain Ria, komedian dan presenter Olga Syahputra juga dikabarkan tengah menderita limfoma stadium 4 dan hingga kini masih dirawat di Singapura. Insiden kasus limfoma memang diketahui terus meningkat beberapa tahun belakangan. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan sekitar 1,5 juta orang di dunia saat ini hidup dengan limfoma, dan 300.000 orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya.

Di Indonesia, angka penderitanya masih belum jelas. Namun yang pasti, limfoma menduduki peringkat keenam kejadian kanker terbanyak. Dokter spesialďs penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik dari FKUIRSCM Dr dr Djumhana Atmakusuma SpPD KHOM mengutarakan, limfoma diketahui merupakan jenis kanker tercepat ketiga pertumbuhannya setelah kanker kulit dan paru-paru.

Penderita bisa meninggal dunia dalam waktu enam bulan, bila tak dilakukan kemoterapi secara kontinu. “Angka kejadian limfoma saat ini meningkat 80% dibandingkan pada 1973 hingga 1990,” tuturnya. Penyakit ini banyak terjadi pada orang dewasa dengan angka tertinggi pada rentang usia 45–60 tahun. Makin tua usia makin tinggi risiko terkena limfoma karena daya tahan tubuhnya menurun.

Limfoma merupakan jenis kanker yang menyerang sistem limfatik tubuh dan tumbuh akibat mutasi sel limfosit (sel darah putih) yang sebelumnya normal. Hal ini kemudian menyebabkan sel-sel tersebut menjadi ganas. Seperti halnya limfosit normal, limfosit ganas dapat tumbuh pada berbagai organ dalam tubuh termasuk kelenjar getah bening, limfa, sumsum tulang darah, dan organ lainnya.

Sistem limfatik merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh dan bertugas dalam membentuk pertahanan alamiah tubuh melawan infeksi dan kanker. Gejala klinis pasien penyakit ini biasanya terdapat benjolan yang kenyal, tidak terasa nyeri, mudah digerakkan, dan tidak ada tanda-tanda radang yang biasanya terdapat di leher, ketiak, atau pangkal paha. Apabila kankernya sudah menyebar, pasien umumnya akan merasakan demam tanpa sebab, berkeringat pada malam hari dan kelelahan secara berlebihan.

Juga berat badan turun drastis tanpa penyebab yang jelas, batuk terusmenerus, sesak napas, dan kesulitan menyingkirkan infeksi. Beberapa orang mengalami gatal persisten dari kulit di seluruh tubuh dan sensitivitas dari alkohol. Saat ini ada sekitar 43 jenis limfoma yang dikategorikan ke dalam limfoma hodgkin dan limfoma nonhodgkin (NHL), yang paling banyak penderitanya.

Klasifikasi biasanya didasarkan atas jenis sel yang mengalami mutasi yaitu B cell, T cell, dan natural killer celltumor. Sampai saat ini, penyebab limfoma masih belum diketahui pasti. Namun, beberapa faktor yang diketahui terkait dengan perkembangan limfoma, di antaranya virus seperti HIV (human immunodeficiency virus), virus epstein barr (EBV), HTLV-1, dan HHV-8.

Faktor lainnya yang menjadi pemicu adalah keturunan atau genetika, kelainan sistem kekebalan, serta toksin dari lingkungan seperti paparan herbisida, pengawet, dan pewarna kimia. Sementara itu, sebuah penelitian menyebutkan, program diet juga meningkatkan risiko limfoma. Tongzhang Zheng ScD, Kepala Divisi Ilmu Kesehatan Lingkungan di Yale School of Public Health di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat, mengumpulkan data pola diet terperinci dari 601 orang wanita di Connecticut yang terserang NHL dan 717 orang wanita lain tanpa kanker.

“Apa yang kami temukan, jika seseorang memiliki asupan tinggi protein hewani, mereka akan memiliki risiko lebih tinggi terkena NHL,” ujarnya seperti dilansir laman WebMD.

“Orangorang yang memiliki asupan tinggi lemak jenuh memiliki peningkatan risiko juga. Di sisi lain, jika Anda memiliki asupan lebih tinggi dari ratarata asupan serat dari makanan, terutama jika Anda sering mengonsumsi sayur dan buah-buahan dengan kandungan serat yang tinggi, risiko menderita NHL akan turun,” lanjutnya.

Rendra hanggara
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6849 seconds (0.1#10.140)