Telkom Jadi Akselerator Perusahaan Digital
A
A
A
Melalui unit bisnis Divisi Digital Business (DDB) Accelerator, PT Telekomunikasi Indonesia berharap dapat mengakselerasi perusahaan perintis (startup) lokal agar dapat berkompetisi dengan layanan asing.
Apa dan bagaimana? Disaat pengguna internet Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia, ternyata keuntungan terbesar justru di dapat oleh perusahaan asing. Padahal, sebenarnya industri kreatif digital lokal memiliki potensi dan kualitas yang tidak kalah baik. Maka, tidak salah jika apa yang terjadi di Indonesia saat ini banyak diistilahkan para penggiat industri kreatif sebagai ”penjajahan jilid dua”.
Nah, apa yang dilakukan PT Telkom Indonesia melalui unit bisnis yang disebut Digital Business Accelerator ini diharapkan bakal membawa perubahan terhadap ekosistem digital lokal ke arah yang lebih positif. Antara lain dengan menstimulasi terbentuknya ekosistem venture berkelanjutan serta membawa mindset ”Silicon Valley” kepada para DiCo (Digital Company) Indonesia.
Chief of Telkom DDB Accelerator Achmad Sugiarto menilai, pihaknya berupaya menjadi akselerator berbagai perusahaan perintis digital (startup) dalam negeri sekaligus membantu membentuk ekosistem digital lokal itu sendiri. Fungsi akselerator, disebut Antosapaan akrab Achmad Sugiarto, berbeda dengan inkubator seperti halnya program Telkom lainnya, Indigo Incubator, yang kini sedang berjalan.
Sebagai akselerator, Anto mengatakan, Telkom akan melakukan fungsi yang lebih komprehensif atau menyeluruh. Mulai standarisasi, penyaringan, positioning, maupun rekomendasi terhadap berbagai startup di Indonesia yang dinilai potensial. ”Telkom memiliki banyak sekali benefit yang tidak ada di perusahaan lain,” klaim Anto.
”Proses sesederhana mentoring saja langsung dilakukan oleh CEO dari 25 perusahaan besar yang jadi anak usaha Telkom. Mereka (startup) bisa belajar banyak sekali ilmu,” tambahnya. Tapi, benefit terbesar sekaligus program kerja jangka panjang DDB Accelerator terbagi empat. Pertama, adalah target pengguna yang sangat luas: total 200 juta pelanggan yang dimiliki Telkom Group.
”Layanan startup dapat langsung disinergikan ke produk Telkom. Sehingga mereka tidak akan kebingungan mencari user,” papar Anto. Kedua, bukan tidak mungkin Telkom akan terlibat lebih dalam. Misalnya membeli kepemilikan perusahaan yang sedang diakselerasi. Ketiga, startup dapat digandeng langsung oleh Metra Digital Investama, Corporate Venture Capital (CVC) untuk Telkom Group.
Dibentuknya Metra Digital Investama adalah bagian dari rencana PT Telkom untuk berinvestasi dalam kegiatan CVC senilai USD200 juta dengan menggandeng beberapa perusahaan modal ventura (venture capital) di Silicon Valley. Terakhir, bukan tidak mungkin startup yang diakselerasi tersebut menjadi begitu besarnya hingga melakukan proses IPO (penawaran saham perdana ke publik).
”Kita ingin startup lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkap Anto yang menyebut para startup yang diakselerasi akan dibina dan dikategorikan ke dalam tiga bagian. Yakni Digital Life, Digital Commerce, dan Machine to Machine (M2M).
Menjadi Wadah Besar Startup
Salah satu program kerja DDB Accelerator adalah menjadi wadah bagi startup lokal. Untuk mewujudkannya, mereka langsung menggandeng Komunitas digital startup terbesar di Indonesia: Start Up Lokal, yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia.
Kegiatan Startup Lokal sendiri bermula pada 2010, diawali oleh meetup yang dihadiri 33 pendiri berbagai perusahaan digital. Kini, setiap pertemuan bulanan Start Up Lokal bisa dihadiri hingga ratusan orang (termasuk investor). ”Di setiap pertemuan itu para startup belajar soal ide, kerja tim, branding, pitching, hingga rencana bisnis,” ujar salah satu pendiri Start Up Lokal Nuniek Tirta Sari.
Pendiri lainnya, Aulia Halimatussadiah, menyebut bahwa membuat startup hanya butuh tiga orang dan modal serendah Rp500 ribu. Tapi, tidak mudah bagi sebuah startup untuk dapat berakselerasi dan suksses. ”Kita sudah harus bersiap-siap untuk ASEAN Free Trade yang di depan mata. Kami harapkan kerja sama dengan Telkom ini perusahaan digital lokal bisa berkembang bahkan ke tingkat global,” ungkap gadis yang akrab disapa Ollie itu.
Danang arradian
Apa dan bagaimana? Disaat pengguna internet Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia, ternyata keuntungan terbesar justru di dapat oleh perusahaan asing. Padahal, sebenarnya industri kreatif digital lokal memiliki potensi dan kualitas yang tidak kalah baik. Maka, tidak salah jika apa yang terjadi di Indonesia saat ini banyak diistilahkan para penggiat industri kreatif sebagai ”penjajahan jilid dua”.
Nah, apa yang dilakukan PT Telkom Indonesia melalui unit bisnis yang disebut Digital Business Accelerator ini diharapkan bakal membawa perubahan terhadap ekosistem digital lokal ke arah yang lebih positif. Antara lain dengan menstimulasi terbentuknya ekosistem venture berkelanjutan serta membawa mindset ”Silicon Valley” kepada para DiCo (Digital Company) Indonesia.
Chief of Telkom DDB Accelerator Achmad Sugiarto menilai, pihaknya berupaya menjadi akselerator berbagai perusahaan perintis digital (startup) dalam negeri sekaligus membantu membentuk ekosistem digital lokal itu sendiri. Fungsi akselerator, disebut Antosapaan akrab Achmad Sugiarto, berbeda dengan inkubator seperti halnya program Telkom lainnya, Indigo Incubator, yang kini sedang berjalan.
Sebagai akselerator, Anto mengatakan, Telkom akan melakukan fungsi yang lebih komprehensif atau menyeluruh. Mulai standarisasi, penyaringan, positioning, maupun rekomendasi terhadap berbagai startup di Indonesia yang dinilai potensial. ”Telkom memiliki banyak sekali benefit yang tidak ada di perusahaan lain,” klaim Anto.
”Proses sesederhana mentoring saja langsung dilakukan oleh CEO dari 25 perusahaan besar yang jadi anak usaha Telkom. Mereka (startup) bisa belajar banyak sekali ilmu,” tambahnya. Tapi, benefit terbesar sekaligus program kerja jangka panjang DDB Accelerator terbagi empat. Pertama, adalah target pengguna yang sangat luas: total 200 juta pelanggan yang dimiliki Telkom Group.
”Layanan startup dapat langsung disinergikan ke produk Telkom. Sehingga mereka tidak akan kebingungan mencari user,” papar Anto. Kedua, bukan tidak mungkin Telkom akan terlibat lebih dalam. Misalnya membeli kepemilikan perusahaan yang sedang diakselerasi. Ketiga, startup dapat digandeng langsung oleh Metra Digital Investama, Corporate Venture Capital (CVC) untuk Telkom Group.
Dibentuknya Metra Digital Investama adalah bagian dari rencana PT Telkom untuk berinvestasi dalam kegiatan CVC senilai USD200 juta dengan menggandeng beberapa perusahaan modal ventura (venture capital) di Silicon Valley. Terakhir, bukan tidak mungkin startup yang diakselerasi tersebut menjadi begitu besarnya hingga melakukan proses IPO (penawaran saham perdana ke publik).
”Kita ingin startup lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ungkap Anto yang menyebut para startup yang diakselerasi akan dibina dan dikategorikan ke dalam tiga bagian. Yakni Digital Life, Digital Commerce, dan Machine to Machine (M2M).
Menjadi Wadah Besar Startup
Salah satu program kerja DDB Accelerator adalah menjadi wadah bagi startup lokal. Untuk mewujudkannya, mereka langsung menggandeng Komunitas digital startup terbesar di Indonesia: Start Up Lokal, yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia.
Kegiatan Startup Lokal sendiri bermula pada 2010, diawali oleh meetup yang dihadiri 33 pendiri berbagai perusahaan digital. Kini, setiap pertemuan bulanan Start Up Lokal bisa dihadiri hingga ratusan orang (termasuk investor). ”Di setiap pertemuan itu para startup belajar soal ide, kerja tim, branding, pitching, hingga rencana bisnis,” ujar salah satu pendiri Start Up Lokal Nuniek Tirta Sari.
Pendiri lainnya, Aulia Halimatussadiah, menyebut bahwa membuat startup hanya butuh tiga orang dan modal serendah Rp500 ribu. Tapi, tidak mudah bagi sebuah startup untuk dapat berakselerasi dan suksses. ”Kita sudah harus bersiap-siap untuk ASEAN Free Trade yang di depan mata. Kami harapkan kerja sama dengan Telkom ini perusahaan digital lokal bisa berkembang bahkan ke tingkat global,” ungkap gadis yang akrab disapa Ollie itu.
Danang arradian
(bbg)