Jahe, Sehat dan Menyegarkan

Minggu, 23 November 2014 - 11:39 WIB
Jahe, Sehat dan Menyegarkan
Jahe, Sehat dan Menyegarkan
A A A
Siapa yang tidak mengenal tumbuhan yang satu ini. Di daerah perkotaan maupun pedesaan dapat dengan mudah menemukannya.

Jenis tumbuhan rempah ini wajib ada di rumah-rumah untuk pengobatan secara tradisional atau untuk bumbu dapur untuk memasak berbagai masakan yang tak kalah enak tentunya.

Jahe juga kerap digunakan sebagai penghangat tubuh, terutama saat cuaca dingin atau musim hujan. Caranya pun cukup simpel. Ambil jahe, kemudian kupas kulitnya, cuci bersih, kemudian potong-potong kecil. Lalu seduh dengan air mendidih, minum selagi hangat. Anda akan merasakan perbedaannya.

Jahe yang memiliki nama latin Zingiber officinale adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas karena senyawa keton bernama zingeron.

Nama Zingiber berasal dari bahasa Sanskerta, singabera, dan Yunani, zingiberi, yang berarti tanduk karena bentuk rimpang jahe mirip dengan tanduk rusa. Officinale merupakan bahasa Latin (officina ) yang berarti digunakan dalam farmasi atau pengobatan. Jahe diperkirakan berasal dari India.

Namun, ada pula yang mempercayai jahe berasal dari Republik Rakyat Tiongkok Selatan. Dari India, jahe dibawa sebagai rempah perdagangan hingga Asia Tenggara, Tiongkok, Jepang, hingga Timur Tengah. Kemudian pada zaman kolonialisme, jahe yang bisa memberikan rasa hangat dan pedas pada makanan segera menjadi komoditas yang populer di Eropa.

Jahe dikenal dengan nama umum (Inggris) ginger atau garden ginger. Nama ginger berasal dari bahasa Prancis: gingembre, bahasa Inggris lama: gingifere, Latin: ginginer , dan Yunani (Greek ): zingiberis.

Namun, kata asli dari zingiber berasal dari bahasa Tamil. Istilah botani untuk akar dalam bahasa Tamil adalah ver, jadi akar inji adalah inji ver. Di Indonesia, jahe memiliki berbagai nama daerah. Di Sumatra disebut halia (Aceh), beuing (Gayo), bahing (Karo), pege (Toba), sipode (Mandailing), lahia (Nias), sipodeh (Minangkabau), page (Lubu), dan jahi (Lampung). Di Jawa, jahe dikenal dengan jahe (Sunda), jae (Jawa), jhai (Madura), dan jae (Kangean).

Di Sulawesi, jahe dikenal dengan nama layu (Mongondow), moyuman (Poros), melito (Gorontalo), yuyo (Buol), siwei (Baree), laia (Makassar), dan pace (Bugis). Di Nusa Tenggara, disebut jae (Bali), reja (Bima), alia (Sumba), dan lea (Flores). Di Kalimantan (Dayak), jahe dikenal dengan sebutan lai, di Banjarmasin disebut tipakan.

Di Maluku, jahe disebut hairalo (Amahai), pusu, seeia, sehi (Ambon), sehi (Hila), sehil (Nusalaut), siwew (Buns), garaka (Ternate), gora (Tidore), dan laian (Aru). Di Papua, jahe disebut tali (Kalanapat) dan marman (Kapaur). Adanya nama daerah jahe di berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan penyebaran jahe meliputi seluruh wilayah Indonesia.

Karena jahe hanya bisa bertahan hidup di daerah tropis, penanamannya hanya bisa dilakukan di daerah khatulistiwa seperti Asia Tenggara, Brasil, dan Afrika. Saat ini Ekuador dan Brasil menjadi pemasok jahe terbesar di dunia. Di Asia Tenggara ditemukan sekitar 80-90 jenis zingiber yang diperkirakan dari India, Malaya, dan Papua.

Namun, hingga saat ini, daerah asal tanaman jahe belum diketahui. Jahe kemungkinan berasal dari China dan India. Namun, keragaman genetik yang luas ditemukan di Myanmar dan India, yang diduga merupakan pusat keragaman jahe. Adanya variasi pada jumlah kromosom merupakan suatu mekanisme adaptasi dan pembentukan spesies pada tanaman. Hal ini juga menjadi penyebab terjadinya variasi genetik pada jahe.

Selain itu ditemukannya struktur pindah silang diduga menjadi penyebab rendahnya fertilitas tepung sari yang menyebabkan pembentukan buah dan biji pada jahe jarang terjadi. Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm.

Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23 mm dan panjang 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus. Bunga jahe tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar 1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah.

Bunga berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik berjumlah dua. Rimpang jahe, terutama yang dipanen pada umur yang masih muda, tidak bertahan lama disimpan di gudang. Untuk itu diperlukan pengolahan secepatnya agar tetap layak dikonsumsi.

Untuk mendapatkan rimpang jahe yang berkualitas, jahe dipanen pada umur tidak terlalu muda, juga tidak terlalu tua. Selain dipasarkan dalam bentuk olahan jahe, juga dipasarkan dalam bentuk jahe segar, yaitu setelah panen, jahe dibersihkan dan dijual ke pasaran.

Terdapat beberapa hasil pengolahan jahe yang terdapat di pasaran, yaitu jahe kering, awetan jahe, jahe bubuk, minyak jahe, dan oleoresin jahe. Jahe kering merupakan potongan jahe yang dikeringkan dengan irisan memotong serat irisan tipis (digebing ). Jenis ini sangat populer di pasar tradisional. Awetan jahe merupakan hasil pengolahan tradisional dari jahe segar.

Nah yang paling sering ditemui di pasaran adalah, tingting jahe (permen jahe), acar, asinan, sirup, dan jahe instan. Beberapa jenis olahan jahe ini disukai konsumen dari daerah Asia dan Australia. Bubuk jahe merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dari jahe menggunakan teknologi industri.

Jahe dikeringkan, selanjutnya digiling dengan kehalusan butiran bubuk yang ditentukan. Bubuk jahe diperlukan untuk keperluan farmasi, minuman, alkohol, dan jamu. Biasanya menggunakan bahan baku jahe kering. Oleoresin jahe adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe. Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.

Di masyarakat Barat, ginger ale merupakan produk yang digemari. Sementara Jepang dan Tiongkok sangat menyukai asinan jahe. Sirup jahe disenangi masyarakat Tiongkok, Eropa, dan Jepang. Di Indonesia, sekoteng, bandrek, dan wedang jahe merupakan minuman yang digemari karena mampu memberikan rasa hangat pada malam hari, terutama di daerah pegunungan.

Jahe juga memiliki banyak manfaat. Manfaat jahe yang pertama adalah melancarkan peredaran darah. Gingerol yang terdapat pada jahe bersifat antikoagulan yang akan mencegah terjadinya penggumpalan darah. Dengan mencegah tersumbatnya pembuluh darah yang merupakan penyebab utama penyakit stroke dan serangan jantung.

Ekstrak jahe bermanfaat bagi yang sering mengalami perut kembung dan nyeri. Jahe dapat dimanfaatkan untuk mengobati gangguan pada pencernaan dan iritasi usus. Pada sebuah studi menunjukkan jahe dapat menghentikan prostaglandin , salah satu faktor penyebab sakit kepala. Dengan demikian, jahe dapat untuk mengurangi migrain atau sakit kepala sebelah.

Gingerol pada jahe yang sebelumnya sudah dijelaskan dapat melancarkan peredaran darah, kandungan gingerol juga dapat digunakan untuk mengurangi demam dan batuk. Mengonsumsi jahe berarti menekan timbulnya efek samping seperti yang terkandung dalam kandungan obatobatan kimia.

Jika mengonsumsi jahe secara rutin dan sebelum makan, maka dapat mencegah terjadinya perut buncit. Dengan mengetahui kandungan dan manfaat yang ada di dalam jahe, tidak ada salahnya kita mencoba jahe sebagai obat tradisional ketika sakit ringan (seperti batuk atau kedinginan).

SYLVANIA OKTYVANI USDOKO
Email: [email protected]
Twitter: @agnessylvn
Alumni DCT and Culinary Arts Academy Switzerland
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0796 seconds (0.1#10.140)