Pentingnya Merawat Gusi

Selasa, 25 November 2014 - 10:35 WIB
Pentingnya Merawat Gusi
Pentingnya Merawat Gusi
A A A
Tidak hanya gigi, gusi juga merupakan bagian dari mulut yang harus diperhatikan kesehatannya. Meskipun tidak menyebabkan kematian secara langsung, terutama bagi Anda penderita diabetes dan perokok, masalah pada gusi dapat memicu penyakit lain.

Gusi sepertinya belum menjadi bagian mulut yang dijaga kesehatannya oleh masyarakat di Tanah Air. Padahal, permasalahan gusi semakin banyak ditemukan dan menyebabkan penyakit lain yang lebih berbahaya. Menurut data Indonesia Dental Health Profile pada 2000, sekitar 88,67% masyarakat yang tinggal di perkotaan memiliki penyakit gusi.

Sementara survei kesehatan rumah tangga (SKRT) pada 2011 menunjukkan, sebanyak 60% orang di Indonesia memiliki masalah gusi. Berdasarkan World Oral Health Report pada 2003, gangguan pada gusi menjadi peringkat keempat perawatan kesehatan gigi dan mulut dengan biaya paling mahal, itu apabila gejalanya tidak ditindaklanjuti dari awal.

“Masalah gusi itu termasuk silent disease karena kadang-kadang tidak menimbulkan rasa sakit. Tahu-tahu penyakitnya sudah parah dan menyebabkan gigi goyang atau bahkan sudah tanggal,” kata drg Sandra Olivia MARS SpPerio, staf pengajar di Departemen Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKGUI) dalam diskusi media bertajuk “Permasalahan Gusi pada Penderita Diabetes dan Perokok” oleh Parodontax di Gedung ANZ Tower, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sandra menjelaskan, gusi merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan gigi dan mulut karena gusi berperan sebagai proteksi sekaligus penyangga bagi gigi. Gusi yang sehat bisa berfungsi dan melekat dengan baik pada gigi yang terhubung oleh lapisan penyangga atau bagian tulang gigi.

“Kesehatan gusi harus menjadi prioritas untuk menunjang kesehatan gigi dan mulut secara optimal karena jika gusi dan tulangnya sakit bagaimana mau menopang gigi,” ujarnya. Permasalahan gusi, lanjut Sandra, sebenarnya dapat mudah diidentifikasi dengan mengenali tanda-tanda tertentu. Salah satunya ketika gusi berdarah yang merupakan sinyal sistem tubuh akan terdapatnya sebuah masalah.

Gusi berdarah umumnya diketahui ketika seseorang melihat adanya darah saat membuang ludah usai menyikat gigi. Banyak yang mengira bahwa gusi berdarah itu disebabkan oleh penyikatan gigi yang terlalu keras ataupun penggunaan bulu sikat gigi yang terlalu kasar. Namun, hal ini sebenarnya kurang tepat.

Gusi berdarah sebenarnya disebabkan oleh plak yang menumpuk pada pangkal gigi yang kemudian menekan gusi sehingga membuat gusi mengalami radang dan mudah mengeluarkan darah apabila terkena sentuhan ringan, seperti saat tersentuh sikat gigi. Apabila tidak ditangani dengan seksama sejak dini, permasalahan pada gusi akan menimbulkan masalah pada jaringan pendukung gigi atau periodontal.

Dia menyebutkan, masalah pada jaringan pendukung gigi atau periodontal, di antaranya mulai dari susunan gigi yang tidak rapi atau berjejal, gusi bengkak atau gingivitis, hingga gigi tanggal dan penyakit berbahaya lain yang mengacu pada infeksi bakteri kronis pada gusi dan tulang penyangga gigi yang disebut periodontitis.

“Apalagi bila gigi sudah bengkak ditambah faktor-faktor lain yang membuat parah, seperti faktor lokal, sistemik atau pola kebersihan mulut,” ujar Sandra. Sandra mengemukakan, sejumlah orang yang berisiko tinggi terkena masalah gusi ini, di antaranya wanita hamil, penderita diabetes, manula, dan perokok.

Untuk pasien diabetes, mereka umumnya memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah dikarenakan adanya kelainan metabolik yang disebabkan tingginya kadar gula dalam darah. Akibatnya, bakteri akan tumbuh lebih cepat dan infeksi pun akan lebih mudah terjadi, termasuk pada bagian gusi dan jaringan penyangga gigi.

Selain itu, diabetesi juga akan mengalami manifestasi oral, seperti mulut terasa kering, ada sensasi mulut terbakar, dan aliran ludah berkurang. Padahal, kebersihan mulut yang buruk juga merupakan faktor utama penyebab penyakit gusi. “Jadi, risiko karies atau gigi berlubang semakin besar pada penderita diabetes. Makanya, diabetesi harus lebih rajin lagi membersihkan mulut,” katanya.

Sementara bagi perokok, akan berisiko 2,5 sampai 3,5 kali lebih tinggi terkena penyakit gusi, serta empat kali lebih mungkin mengembangkan penyakit gusi lanjut. Merokok bisa menyebabkan bakteri anaerob pada rongga mulut, yaitu porphyromonas gingivalis, aggregatibacter actinomycetemcomitans dan prevotella intermedia tumbuh subur. Akibatnya, gusi pun mudah infeksi.

Plak pada gigi akibat rokok juga bisa menyebabkan peradangan pada gusi. Sementara zat nikotin pada rokok dapat menyebabkan imunitas tubuh melemah sehingga perlawanan terhadap bakteri menjadi berkurang. Rokok juga mengganggu fungsi normal selsel dalam jaringan gusi dan menghalangi aliran darah ke gusi.

“Yang berbahaya, ketika ada masalah pada gusi berupa peradangan, para perokok tidak menimbulkan tanda peringatan berupa gusi berdarah. Ini membuat banyak pasien gingivitis muncul dalam keadaan sudah parah,” tutur Sandra. Untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi, Sandra menyarankan untuk menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari, yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur dengan pasta gigi yang tepat.

Rendra hanggara
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5311 seconds (0.1#10.140)