Pola Asuh Penyebab Anak Konstipasi

Selasa, 25 November 2014 - 10:37 WIB
Pola Asuh Penyebab Anak Konstipasi
Pola Asuh Penyebab Anak Konstipasi
A A A
Pola pengasuhan orang tua yang kurang tepat diketahui dapat mengganggu kesehatan anak.

Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, cara dan sikap orang tua dalam mendidik bisa jadi faktor penting yang berkontribusi ketika anak memiliki masalah kesulitan buang air besar atau konstipasi kronis Marieke van Dijk yang memimpin penelitian mengatakan, penanganan konstipasi atau disebut juga sembelit dan masalah perilaku yang umum pada anak-anak sembelit serta membesarkan seorang anak dengan sembelit kronis sangat menantang.

“Masalah interaksi orang tua dan anak dapat dengan mudah menyebabkan sembelit kronis,” ujar Van Dijk, seorang psikolog klinis di Emma Childrens Hospital di Amsterdam, Belanda, kepada Reuters. Sikap orang tua serta hubungan orang tua dan anak telah diakui sebagai pemicu utama keseluruhan perkembangan perilaku, emosional dan kognitif anak, peneliti menulis dalam jurnal Archives of Disease in Childhood.

Meskipun penelitian mengenai topik ini terbatas, faktor pengasuhan diakui memainkan peran baik dalam pengembangan maupun penanganan masalah konstipasi pada anak. “Ketika mengobati anak yang sembelit, dokter juga harus menangani masalah pengasuhan dan berkomunikasi bahwa orang tua mungkin berkontribusi terhadap kondisi penyakit kronis pada anak mereka,” tutur Van Dijk.

Untuk penelitian ini, Van Dijk dan rekan mengumpulkan informasi dari orang tua 133 anak-anak antara usia 4 tahun dan 18 tahun yang mendatangi sebuah klinik rawat jalan pencernaan di Emma Childrens Hospital. Anak-anak partisipan tersebut umumnya menderita sembelit fungsional, yang tampaknya tidak memiliki penyebab fisik atau medis yang mendasari dan divonis secara klinis oleh dokter umum, dokter sekolah, dan dokter anak.

Para orang tua yang membawa anak ke klinik diminta untuk mengisi kuesioner yang menilai bagaimana sikap mereka saat membesarkan anak. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berupaya menggali seberapa besar independensi oleh orang tua yang diberikan ke anak mereka, seperti memungkinkan anak untuk memiliki pendapat sendiri dan mendorong inisiatif anak.

Bagian lain dari kuesioner, yaitu mengukur apakah orang tua mengasihani diri sendiri yang berkaitan dengan frustrasi dan mudah tersinggung karena membesarkan anak. Van Dijk dan rekan-rekannya kemudian melihat gejala dari anak-anak yang menderita sembelit fungsional dan menilai apakah sikap orang tua yang terkait dengan kesakitan mereka.

Tim peneliti menemukan, anak-anak dengan kemandirian yang rendah atau tinggi, berdasarkan pada sikap orang tua mereka, memiliki frekuensi buang air besar lebih jarang dibanding anak-anak dengan kemandirian rata-rata. Skor yang lebih tinggi dan lebih rendah pada skala sikap independensi dikaitkan dengan episode tambahan dalam inkontinensia tinja, seperti sikap sangat overprotektif dari sang orang tua.

Anak-anak dari orang tua dengan skor mengasihani diri sendiri yang tinggi juga berpotensi mengalami sembelit. Efek jelas lebih kuat terjadi di kalangan anak laki-laki dan anak-anak di atas usia enam tahun. Van Dijk menekankan, pengamatan ini tidak dapat membuktikan sikap orang tua dapat menyebabkan gejala konstipasi pada anak-anak.

“Kami tidak bisa menyimpulkan bahwa orang tua yang harus disalahkan untuk sembelit kronis anak mereka,” katanya. Dia mencatat, bagaimanapun orang tua tidak sengaja menjadi penyebab sembelit kronis pada anak mereka.

Rendra hanggara
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5101 seconds (0.1#10.140)