Mengapa Speaker Bluetooth Booming?
A
A
A
MULANYA memang Jawbone yang merilis lini produk speaker Bluetooth nirkabel Jambox pada 2010. Speaker premium berbentuk persegi panjang dengan kualitas suara jernih dan dapat dikontrol lewat smartphone rupanya disambut positif oleh pasar.
Maklum, Jawbone, perusahaan asal San Francisco yang juga mendesain perangkat wearable seperti Up tersebut sudah sangat berpengalaman di teknologi nirkabel. Jambox seolah membuka celah pasar baru di segmen speaker nirkabel.
Buktinya, tidak lama setelah Jambox dirilis semakin banyak vendor besar yang membuat perangkat dengan konsep produk serupa: speakeryang mudah dibawa-bawa, berdesain unik atau catchy, dan dapat langsung dikontrol oleh smartphone tanpa kabel. Tahun ini, speakernirkabel bisa ditemukan dimana-mana, hadir dalam pilihan bentuk, kualitas, serta harga. Seperti yang terlihat di pameran Indocomtech 2014 silam. Ada puluhan model speakeryang bisa dipilih.
Mulai keluaran vendor besar seperti Sony, Huawei, Logitech, dan Bose, hingga merek yang bahkan belum pernah terdengar sebelumnya. Andre Djohan, Direktur eksekutif peritel elektronik Wellcomm Shop menilai bahwa perkembangan speaker nirkabel saat ini hampir sama dengan pengisi baterai portabel atau power bank. ”Industrinya mulai ramai. Pasarnya lengkap dari menengah keatas hingga entry level. Ini karena orang Indonesia sendiri sangat tech savvydan suka sekali dengan perangkat nirkabel,” ujar Andre.
Ia menyebut bahwa penjualan sebuah model speaker Bluetooth yang tahun lalu hanya 300 unit per bulan sekarang bisa menembus 3.000 unit di Wellcomm Shop. Bahkan, mereka baru saja mendatangkan merek baru SoundPlus asal Taiwan di Indonesia yang salah satu produknya, STYX Neos, adalah speaker nirkabel. STYX Neos yang memiliki desain warna-warni itu hanya dibanderol Rp450.000. ”Pasar Indonesia suka sekali dengan perangkat harganya murah, tapi kualitasnya bagus dan fiturnya banyak. Itu yang kami coba tawarkan,” katanya.
Teknologi Menjanjikan
Mengapa speaker Bluetooth bisa menjadi boomingseperti sekarang? Alasannya memang beragam. Pertama, berkaitan dengan teknologi ”mobile”. Semua smartphone dan tablet saat ini sudah memiliki teknologi Bluetooth. Karena itu, tercipta kebutuhan besar untuk memutar musik ke sebuah perangkat dengan cara streaming langsung.
Kedua, adalah soal perkembangan teknologi Bluetooth sendiri menjadi sangat baik. Terutama lewat implementasi codecs baru untuk memproses data dari file audio. Teknologi Advanced Audio Distribution Profile (A2DP) menjadikan Bluetooth sebagai media yang sangat digemari untuk menyalurkan musik antar perangkat.
Dari smartphone ke speaker, mobil, dan perangkat lainnya. Selain itu, proses pairing atau penyatuan antar perangkat menggunakan Bluetooth juga relatif mudah. Terakhir, speaker Bluetooth sendiri tergolong sangat terjangkau bagi konsumen. Ya, mereka bisa membeli Bose Soundlink Mini seharga Rp3,7 juta untuk mendapat kualitas yang baik. Tapi, ada juga model tanpa merek yang harga banderolnya hanya Rp120 ribu.
Tahun ini, ABI Research meramalkan ada 3 miliar perangkat Bluetooth yang dikapalkan pada 2014. Sedangkan pada 2018 angkanya justru melonjak ke 10 miliar. Jadi, perangkat dan teknologi Bluetooth ini belum akan tergantikan setidaknya hingga 5 tahun kedepan.
Danang arradian
Maklum, Jawbone, perusahaan asal San Francisco yang juga mendesain perangkat wearable seperti Up tersebut sudah sangat berpengalaman di teknologi nirkabel. Jambox seolah membuka celah pasar baru di segmen speaker nirkabel.
Buktinya, tidak lama setelah Jambox dirilis semakin banyak vendor besar yang membuat perangkat dengan konsep produk serupa: speakeryang mudah dibawa-bawa, berdesain unik atau catchy, dan dapat langsung dikontrol oleh smartphone tanpa kabel. Tahun ini, speakernirkabel bisa ditemukan dimana-mana, hadir dalam pilihan bentuk, kualitas, serta harga. Seperti yang terlihat di pameran Indocomtech 2014 silam. Ada puluhan model speakeryang bisa dipilih.
Mulai keluaran vendor besar seperti Sony, Huawei, Logitech, dan Bose, hingga merek yang bahkan belum pernah terdengar sebelumnya. Andre Djohan, Direktur eksekutif peritel elektronik Wellcomm Shop menilai bahwa perkembangan speaker nirkabel saat ini hampir sama dengan pengisi baterai portabel atau power bank. ”Industrinya mulai ramai. Pasarnya lengkap dari menengah keatas hingga entry level. Ini karena orang Indonesia sendiri sangat tech savvydan suka sekali dengan perangkat nirkabel,” ujar Andre.
Ia menyebut bahwa penjualan sebuah model speaker Bluetooth yang tahun lalu hanya 300 unit per bulan sekarang bisa menembus 3.000 unit di Wellcomm Shop. Bahkan, mereka baru saja mendatangkan merek baru SoundPlus asal Taiwan di Indonesia yang salah satu produknya, STYX Neos, adalah speaker nirkabel. STYX Neos yang memiliki desain warna-warni itu hanya dibanderol Rp450.000. ”Pasar Indonesia suka sekali dengan perangkat harganya murah, tapi kualitasnya bagus dan fiturnya banyak. Itu yang kami coba tawarkan,” katanya.
Teknologi Menjanjikan
Mengapa speaker Bluetooth bisa menjadi boomingseperti sekarang? Alasannya memang beragam. Pertama, berkaitan dengan teknologi ”mobile”. Semua smartphone dan tablet saat ini sudah memiliki teknologi Bluetooth. Karena itu, tercipta kebutuhan besar untuk memutar musik ke sebuah perangkat dengan cara streaming langsung.
Kedua, adalah soal perkembangan teknologi Bluetooth sendiri menjadi sangat baik. Terutama lewat implementasi codecs baru untuk memproses data dari file audio. Teknologi Advanced Audio Distribution Profile (A2DP) menjadikan Bluetooth sebagai media yang sangat digemari untuk menyalurkan musik antar perangkat.
Dari smartphone ke speaker, mobil, dan perangkat lainnya. Selain itu, proses pairing atau penyatuan antar perangkat menggunakan Bluetooth juga relatif mudah. Terakhir, speaker Bluetooth sendiri tergolong sangat terjangkau bagi konsumen. Ya, mereka bisa membeli Bose Soundlink Mini seharga Rp3,7 juta untuk mendapat kualitas yang baik. Tapi, ada juga model tanpa merek yang harga banderolnya hanya Rp120 ribu.
Tahun ini, ABI Research meramalkan ada 3 miliar perangkat Bluetooth yang dikapalkan pada 2014. Sedangkan pada 2018 angkanya justru melonjak ke 10 miliar. Jadi, perangkat dan teknologi Bluetooth ini belum akan tergantikan setidaknya hingga 5 tahun kedepan.
Danang arradian
(ars)