Ambulans Berfasilitas Canggih Ala RS
A
A
A
Kabupaten Banteang yang terletak di wilayah selatan,Sulawesi Selatan (120 km dari Kota Makasar),terus memperlihatkan sejumlah terobosannya. Mengusung tagline “The new Banteang”,sang bupati Nurdin Abdullah langsung fokus pada peningkatan kesehatan masyarakat.
Memiliki wilayah sekitar 395, 83 km persegi dengan delapan kecamatan, 21 kelurahan, dan 46 desa, kabupaten berjuluk Butta Toa (tanah bersejarah) itu terus membuat terobosan dan memberikan angin segar bagi masyarakatnya. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah membenahi kebutuhan dasar manusia yakni kesehatan.
Nurdin yang dilantik pada 6 Agustus 2008 lalu, membuat program kemanusiaan melalui penyediaan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang dianggap sangat urgent adalah mobil ambulans dengan personel dan fasilitas rumah sakit. Banyak alasan yang membuat Nurdin harus melihat serius persoalan tersebut, di antaranya saat awal kepemimpinannya saja, tak ada mobil jenazah di rumah sakit.
Tak ayal, angka kematian ibu melahirkan cukup tinggi yaitu 17 orang meninggal per tahun. Kondisi memprihatinkan ini lantaran terlambat mendapatkan bantuan kesehatan. “Bayangkan saja, ada masyarakat yang dehidrasi tidak dapat pertolongan, karena masyarakat tidak mengetahui bahaya dehidrasi sehingga tak dapat bantuan,” jelas dia.
Melihat keprihatinan itu, Nurdin lantas berpikir untuk menyediakan mobil ambulans. Namun, dia terkendala anggaran untuk pengadaannya. Tak kurang akal, Nurdin yang pernah sekolah di Jepang selama enam tahun ini mencoba mencari bantuan. Karena hubungan dengan beberapa pihak di Jepang cukup baik, akhirnya dia mendapat bantuan mobil ambulans dari negeri Sakura tersebut.
Usaha Nurdin membuahkan hasil dengan mendapat bantuan dua mobil ambulans Jepang berteknologi sepadan rumah sakit. Tehnologi yang ada didalamnya di antaranya alat pacu jantung, oksigen, tempat tidur serta beberapa alat kesehatan lainnya. Dua mobil ambulans hibah dari Jepang tersebut membuat angka kematian ibu melahirkan turun drastic.
Bahkan dalam waktu tiga tahun dia sudah berhasil menekan angka kematian ibu menjadi nol. Untuk semakin meningkatkan pelayanan kesehatan, dia kemudian membangun Badan Siaga Bencana (BSB), yang didalamnya terdapat gabungan dari Pemadam Kebakaran, Taruna Siaga Bencana ( Tagana) dan juga Ambulans.
Warga kemudian bisa mengakses 24 jam dengan menelepon call centre 113, karena tim yang disiapkan juga berganti- gantian. Ambulans dengan merek Nissan Elgrand sudah memiliki alatalat canggih yang ada didalamnyam yakni bisa melakukan operasi kecil saat dalam perjalanan atau melakukan tindakan darurat, ketika pasien didalam UGD. Jenisnya sendiri ada yang Paramedic dan Supermedic.
Sesuai dengan protap Ambulans, maka pihaknya memberikan dokter dan perawat untuk memberikan pertolongan awal di dalam ambulans sebelum dirujuk ke rumah sakit. Bahkan ambulans siap mengantar hingga ke Makassar untuk mendapat penanganan yang lebih baik. Karena terdapat fasilitas lengkap sekaligus dokter dan perawat, selama perjalanan pasien akan merasa aman.
Bahkan untuk pasien kecelakaan, sudah mendapat perawatan di ambulans sehingga ketika tiba di RS hanya tinggal memperbaiki kondisi pasien. Sistem BSB sendiri, khususnya untuk tim kesehatan yang bertanggungjawab terhadap mobil ambulans disiapkan total 20 dokter, 16 perawat, 4 sopir.
Fungsi dari BSB sendiri adalah meluruskan puskesmas sebagai layanan dasar dan rumah sebagai rujukan. Sehingga, bagi masyarakat yang akan mengaksesnya bisa langsung menelpon ke 113, dan kemudian dijemput di rumah warga yang membutuhkan.
“Jadi tidak mutlak semua pasien harus dirujuk ke rumah sakit, kalau bisa diselesaiakan di rumah dengan memberikan infus, obat atau di mobil ambulans, maka hal itu bisa saja dilakukan,” ujar Alumnus Universitas Kyusus, Jepang tersebut. Saat ini, total armada ambulans sebanyak delapan unit, menyusul empat unit lagi yang rencananya diberikan ke Parepare dan Jeneponto.
Kenapa daerah lain juga mendapatkan bantuan, karena Nurdin ingin memberikan bantuan kesehatan kepada wilayah-wilayah yang membutuhkan. Bahkan sebelumnya, Kabupaten Bantaeng juga telah membantu ambulans dari Jepang ini ke Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan juga Pemrov Sulawesi Selatan masing- masing satu unit.
“Memang saya ingin bagi- bagi, agar masyarakat Indonesia bisa menikmati fasilitas ambulans yang berstandar internasional dan bagus,” jelas Nurdin. Nurdin berpendapat jika kesehatan adalah hal penting bagi masyarakat. Karena jika masyarakat sehat, maka mereka akan produktif.
Dia bahkan berharap, anggaran kesehatan bisa turun, karena hal itu menunjukan bahwa masyarakat yang sakit terus berkurang. Untuk mewujudkannnya, maka pihaknya menghadirkan ruang publik, seperti alun-alun, memperbaiki sanitasi, menyiapkan ruang terbuka hijau, serta lokasi- lokasi wisata yang bisa membuat masyarakat lebih rileks.
Untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan lebih cepat dalam hal pelayanan mobil ambulans, maka pihaknya akan menambahkan stasiun BSB di Kecamatan Pa’jukukang, Tompobulu, Bisappu dan Uluere. Saat ini, pihaknya juga terus melakukan pembenahanpembenahan. Salah satunya adalah masyarakat yang masuk ke rumah sakit harus dilayani dulu, kemudian persoalan administrasinya menyusul.
Guna melakukan kelengkapan data administrasi yakni pihak rumah sakit bekerjasama dengan pemerintah kecamatan dan kelurahan, sehingga saat di rumah sakit data masyarakat sudah langsung terkoneksi. Hal itu, semata- mata agar proses mengurus BPJS bisa lebih mudah dengan memberikan data lengkap dan bisa lebih cepat. Rencana efektif program tersebut pada Tahun 2015.
Rahmi djafar
Memiliki wilayah sekitar 395, 83 km persegi dengan delapan kecamatan, 21 kelurahan, dan 46 desa, kabupaten berjuluk Butta Toa (tanah bersejarah) itu terus membuat terobosan dan memberikan angin segar bagi masyarakatnya. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah membenahi kebutuhan dasar manusia yakni kesehatan.
Nurdin yang dilantik pada 6 Agustus 2008 lalu, membuat program kemanusiaan melalui penyediaan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan yang dianggap sangat urgent adalah mobil ambulans dengan personel dan fasilitas rumah sakit. Banyak alasan yang membuat Nurdin harus melihat serius persoalan tersebut, di antaranya saat awal kepemimpinannya saja, tak ada mobil jenazah di rumah sakit.
Tak ayal, angka kematian ibu melahirkan cukup tinggi yaitu 17 orang meninggal per tahun. Kondisi memprihatinkan ini lantaran terlambat mendapatkan bantuan kesehatan. “Bayangkan saja, ada masyarakat yang dehidrasi tidak dapat pertolongan, karena masyarakat tidak mengetahui bahaya dehidrasi sehingga tak dapat bantuan,” jelas dia.
Melihat keprihatinan itu, Nurdin lantas berpikir untuk menyediakan mobil ambulans. Namun, dia terkendala anggaran untuk pengadaannya. Tak kurang akal, Nurdin yang pernah sekolah di Jepang selama enam tahun ini mencoba mencari bantuan. Karena hubungan dengan beberapa pihak di Jepang cukup baik, akhirnya dia mendapat bantuan mobil ambulans dari negeri Sakura tersebut.
Usaha Nurdin membuahkan hasil dengan mendapat bantuan dua mobil ambulans Jepang berteknologi sepadan rumah sakit. Tehnologi yang ada didalamnya di antaranya alat pacu jantung, oksigen, tempat tidur serta beberapa alat kesehatan lainnya. Dua mobil ambulans hibah dari Jepang tersebut membuat angka kematian ibu melahirkan turun drastic.
Bahkan dalam waktu tiga tahun dia sudah berhasil menekan angka kematian ibu menjadi nol. Untuk semakin meningkatkan pelayanan kesehatan, dia kemudian membangun Badan Siaga Bencana (BSB), yang didalamnya terdapat gabungan dari Pemadam Kebakaran, Taruna Siaga Bencana ( Tagana) dan juga Ambulans.
Warga kemudian bisa mengakses 24 jam dengan menelepon call centre 113, karena tim yang disiapkan juga berganti- gantian. Ambulans dengan merek Nissan Elgrand sudah memiliki alatalat canggih yang ada didalamnyam yakni bisa melakukan operasi kecil saat dalam perjalanan atau melakukan tindakan darurat, ketika pasien didalam UGD. Jenisnya sendiri ada yang Paramedic dan Supermedic.
Sesuai dengan protap Ambulans, maka pihaknya memberikan dokter dan perawat untuk memberikan pertolongan awal di dalam ambulans sebelum dirujuk ke rumah sakit. Bahkan ambulans siap mengantar hingga ke Makassar untuk mendapat penanganan yang lebih baik. Karena terdapat fasilitas lengkap sekaligus dokter dan perawat, selama perjalanan pasien akan merasa aman.
Bahkan untuk pasien kecelakaan, sudah mendapat perawatan di ambulans sehingga ketika tiba di RS hanya tinggal memperbaiki kondisi pasien. Sistem BSB sendiri, khususnya untuk tim kesehatan yang bertanggungjawab terhadap mobil ambulans disiapkan total 20 dokter, 16 perawat, 4 sopir.
Fungsi dari BSB sendiri adalah meluruskan puskesmas sebagai layanan dasar dan rumah sebagai rujukan. Sehingga, bagi masyarakat yang akan mengaksesnya bisa langsung menelpon ke 113, dan kemudian dijemput di rumah warga yang membutuhkan.
“Jadi tidak mutlak semua pasien harus dirujuk ke rumah sakit, kalau bisa diselesaiakan di rumah dengan memberikan infus, obat atau di mobil ambulans, maka hal itu bisa saja dilakukan,” ujar Alumnus Universitas Kyusus, Jepang tersebut. Saat ini, total armada ambulans sebanyak delapan unit, menyusul empat unit lagi yang rencananya diberikan ke Parepare dan Jeneponto.
Kenapa daerah lain juga mendapatkan bantuan, karena Nurdin ingin memberikan bantuan kesehatan kepada wilayah-wilayah yang membutuhkan. Bahkan sebelumnya, Kabupaten Bantaeng juga telah membantu ambulans dari Jepang ini ke Kabupaten Gunung Kidul (DIY) dan juga Pemrov Sulawesi Selatan masing- masing satu unit.
“Memang saya ingin bagi- bagi, agar masyarakat Indonesia bisa menikmati fasilitas ambulans yang berstandar internasional dan bagus,” jelas Nurdin. Nurdin berpendapat jika kesehatan adalah hal penting bagi masyarakat. Karena jika masyarakat sehat, maka mereka akan produktif.
Dia bahkan berharap, anggaran kesehatan bisa turun, karena hal itu menunjukan bahwa masyarakat yang sakit terus berkurang. Untuk mewujudkannnya, maka pihaknya menghadirkan ruang publik, seperti alun-alun, memperbaiki sanitasi, menyiapkan ruang terbuka hijau, serta lokasi- lokasi wisata yang bisa membuat masyarakat lebih rileks.
Untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan lebih cepat dalam hal pelayanan mobil ambulans, maka pihaknya akan menambahkan stasiun BSB di Kecamatan Pa’jukukang, Tompobulu, Bisappu dan Uluere. Saat ini, pihaknya juga terus melakukan pembenahanpembenahan. Salah satunya adalah masyarakat yang masuk ke rumah sakit harus dilayani dulu, kemudian persoalan administrasinya menyusul.
Guna melakukan kelengkapan data administrasi yakni pihak rumah sakit bekerjasama dengan pemerintah kecamatan dan kelurahan, sehingga saat di rumah sakit data masyarakat sudah langsung terkoneksi. Hal itu, semata- mata agar proses mengurus BPJS bisa lebih mudah dengan memberikan data lengkap dan bisa lebih cepat. Rencana efektif program tersebut pada Tahun 2015.
Rahmi djafar
(bbg)