Ritel Indonesia 2015

Jum'at, 05 Desember 2014 - 08:24 WIB
Ritel Indonesia 2015
Ritel Indonesia 2015
A A A
Waktu cepat sekali berlalu. Sekarang sudah Desember, sebentar lagi 2014 berakhir. Mungkin tahun ini bukan tahun yang cantik buat ditutup karena nilai tukar rupiah terhadap sejumlah mata uang asing masih tinggi.

Saya selalu memandang semua hal positif dan optimistis karena saya selalu diajarkan bahwa di setiap situasi, seburuk apa pun pasti ada peluang, sambil berharap dan berdoa kondisi Indonesia pada 2015 jauh lebih baik. Jika saya lagi berkumpul bersama sahabatsahabat dan ngobrol, pastinya saya merasa kadang orang asing atau pelaku bisnis internasional, terutama pelaku bisnis ritel, jauh lebih optimistis dari orang Indonesia.

Kemarin saya dihubungi salah satu media yang mempertanyakan pendapat saya tentang dibukanya sebuahdepartment store asal Thailand di Grand Indonesia dan mempertanyakan apakah department store itu bisa survive atau tidak. Menurut saya pribadi, dengan jumlah penduduk Indonesia dan kelas menengah ke atas yang sangat besar, rasanya masih menyisakan ruang bagi pelaku bisnis ritel lokal dan internasional untuk berekspansi di Indonesia.

Kalau ada modal, apalagi jika memasukkan modal dari luar negeri ke Indonesia, rasanya kita patut mengapresiasi. Paling tidak, semakin banyaknya pelaku bisnis ritel yang masuk ke Indonesia, pasar jadi semakin kompetitif, harga semakin bersaing, dan barang yang ditawarkan akan semakin variatif.

Pada akhirnya, yang akan diuntungkan itu masyarakat. Itu hukum pasar. Saya melihat ritel Indonesia 2015 pasti lebih ramai dan lebih seru dari 2014 karena beberapa label baru, department store internasional akan segera buka di Indonesia, terutama di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia.

Mungkin atau bisa dipastikan harganya lebih mahal dari di negara tetangga, tapi itu masih lebih menguntungkan daripada berbelanja langsung di negara asal atau di negara tetangga. Sebab, tidak semua orang Indonesia punya kesempatan bepergian keluar negeri dengan leluasa.

Kebijakan penghematan besar-besaran yang didengungkan pemerintah pasti akan membuat masyarakat dengan sendirinya mengendalikan pola konsumsinya. Bercandaan saya nih, kalau kemarin jadi ganasnya berbelanja bak ikan Piranha betina, ya sekarang jadi ikan tongkol yang manis dululah, sementara.

Tidak seperti teman-teman saya yang memandang imbauan itu secara sinis, buat saya, situasi seperti ini mungkin ada sisi positifnya, lho. Jadi, jangan dipikirkan secara negatif dulu. Hal ini pasti mau tidak mau membuat produsen jadi lebih kreatif dalam berproduksi dan berusaha memberikan harga yang sangat bersahabat.

Peritel pun pasti jadi semakin kreatif dalam berpromosi atau membuat program-program promosi satu paket dengan sweetener-nya. Tahun 2015 kita akan banyak melihat produkproduk yang di bundling sebagai “paket hemat”. Kita juga akan semakin sering melihat program-program cicilan yang semakin ringan dengan suku bunga yang semakin kompetitif.

Jadi, jangan heran jika kita akan semakin sering di-SMS bank penyelenggara kartu kredit dengan segala macam program cicilan tanpa bunga atau paket-paket cantik seperti buy one get one for free. Program sale, midnight sale akan semakin sering karena memang 2014 adalah tahun yang tidak manis buat pelaku ritel sehingga pasti banyak barang sisa untuk di-sale.

Daripada barang-barang itu menumpuk di gudang dan biaya gudang juga sekarang mahal banget, mending barang-barang itu diobral habis-habisan. Percaya deh, pada 2015 Anda akan melihat acara-acara sale yang fantastis. Jadi, buat yang maniak mengejar sale, siap-siap antre 5 lantai buat membeli sandal berkebun atau bantal guling terkenal. kidding? Ayo berani taruhan sama saya?

Tahun 2015, situasi politik juga semakin tenang (saya berharap), masa sih mau berantem terus? Jadi, perusahaan-perusahaan ritel juga mulai berpromosi lagi secara gencar. Berhubung pada 2014 budget promosi mereka kebanyakan hanya 50% dari tahun-tahun sebelumnya dan itu pun banyak yang tidak terpakai seluruhnya. Hal ini sering dikaitkan dengan hubungan adanya rasa ketakutan akan tidak kepastian situasi politik 2014.

Pada 2015, pasti lebih seru karena akan ada acara-acara launching produk baru, acara-acara seru, gathering dengan klien setia dan roadshow ke daerahdaerah. Sudah rahasia umum, ada beberapahigh end fashion brand dan high end jeweller yang penda-patannya jauh lebih besar saat mereka road show daripada penda-patannya mereka di flagship store-nya.

Berkembangnya perekonomian dan peningkatan daya beli di daerah-daerah berhasil menggoda pelaku ritel untuk berekspansi ke daerah-daerah tersebut, sejalan dengan menjamurnya pembangunan mal-mal di daerah. Jakarta yang katanya high density dan ketatnya persaingan, membuat pelaku bisnis ritel berlomba-lomba masuk ke daerah-daerah, terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan.

Orang-orang daerah juga akan semakin terbuka dengan tren mode dan gaya hidup terkini. Mereka adalah konsumen yang manis banget karena duitnya cash dan tidak rewel. Berhubung hiburan itu kurang, di daerah (bahkan di Jakarta pun selalu terasa kurangnya hiburan, terutama outdoor ), shopping, baik shopping beneran maupun sekadar window shopping.

Duduk-duduk cantik adalah hiburan tersendiri bagi masyarakat urban. Saya kan pernah tinggal di Jambi selama 7 tahun, saya tahu banget rasanya jadi orang daerah yang kekurangan hiburan. Apalagi jika Anda tadinya tinggal di Jakarta dan harus pindah ke daerah. Melihat mal itu, walaupun malnya oh so last season, rasanya senang sekali. Hiburan banget.

Bisa makan di restoran franchise tuh, rasanya terhibur banget. Beli pakaian dengan harga yang jauh lebih mahal dan ketinggalan mode pula, rasanya pasrah-pasrah saja. Sebab, memang tidak ada pilihan. Orang daerah itu pasrah saja tidak menuntut terlalu banyak dalam berkonsumsi, terbukti selama puluhan tahun mereka tidak pernah protes membeli BBM dengan harga dua bahkan tiga kali lipat.

Berapa pun harga tetap mereka beli dan mereka tidak pernah unjuk rasa. Beda banget sama orang Jakarta kan? Saya selalu memberikan saran kepada pelaku ritel yang bekerja sama dengan saya, jika Anda fokus hanya ke konsumen di Jakarta, wahhh itu sudah strategi yang sangat ketinggalan zaman.

Kebanyakan urbanite Jakarta, the Jakartan, hidup dari gaji yang buat banyak orang hanya aman tujuh hari pertama, hari ke delapan dan selanjutnya, mereka banyak bergantung bantuan pernapasan CPR dari kartu kredit, mengandalkan program-program cicilan dalam membeli barang atau program-program diskon kalau ingin makan di restoran terkemuka.

Untuk itu semua, ada lho orangorang yang rela sampai saling bertukar kartu kredit dengan sahabat-sahabatnya. Jika Anda ingin data base konsumen yang cash oriented , masih polos dan seleranya bisa dibentuk, tidak rewel, Anda harus berekspansi ke daerah. Sudah rahasia umum, kota-kota seperti Palembang, Jambi, Samarinda, Balikpapan, dan Palangkaraya, adalah kota-kota yang menggiurkan buat para pelaku ritel.

Selain konsumen yang baik hati, biaya sewa ruangan ritel, biaya UMR, dan biaya promosi di daerah pasti juga lebih ringan dibandingkan di Jakarta. Kalaupun ada yang terasa lebih mahal, hanyalah biaya transportasi kargo ke daerah, terutama ke Indonesia Timur. Jadi buat teman-teman di daerah, sebentar lagi hidup akan jadi lebih menyenangkan karena shopping akan jadi hiburan yang asyik, tanpa harus terbang khusus ke Jakarta.

Banyak lho teman saya di daerah yang khusus ke Jakarta hanya untuk shopping barang-barang bermerek ternama yang lagi sale atau hanya kangen ngopi-ngopi di kedai kopi internasional yang hit. Keren banget deh rasanya, apalagi sekarang musimnya semua harus diunggah ke media sosial.

Antre sale di depan butik terkenal saja tuh bangga banget dan barang belanjaan beserta price tag dan sertifikatnya, serta harus segera diunggah di media sosial. Arggggghhh. Buat para pelaku ritel yang akan membuka gerai di daerah, jangan lupa undang saya ya. Happy shopping 2015.

Miss jinjing
Konsultan Fashion
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4408 seconds (0.1#10.140)