Merawat Furnitur Rotan

Selasa, 09 Desember 2014 - 08:50 WIB
Merawat Furnitur Rotan
Merawat Furnitur Rotan
A A A
TAK hanya furnitur kayu, furnitur rotan juga rentan terkena hama. Menjamur atau menyiram rotan ini dengan minyak tanah atau tiner, biasanya menjadi solusi yang umum dilakukan orang untuk membunuh hama yang bersarang di dalam rotan.

Sayangnya, kedua solusi ini bersifat temporer karena masalah hama pada rotan bermuara dari kualitas rotan itu sendiri dan proses pengolahannya dari bahan mentah menjadi furnitur. Memilih material rotan yang kualitasnya baik merupakan langkah awal menghindari hama pada rotan.

Desainer interior Rina Renvil menyebutkan alasan utama material rotan rentan berhama, karena seleksi kontrol yang buruk saat proses pengolahan bahan baku. Secara umum, rotan di Indonesia didapat dari 3 daerah utama, yaitu Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Meski Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rotan terbanyak di dunia, sebanyak 90% rotan ditanam di hutan alam secara liar sehingga tak dapat terkontrol dengan baik.

“Idealnya rotan dipanen setelah berusia 15 tahun. Namun, karena tumbuh secara liar, tidak ada data pasti tentang umur rotan,” kata Rina. Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi kesalahan panen, yaitu rotan yang masih muda dengan usia kurang dari 15 tahun ikut terpanen. Padahal, rotan muda cenderung gembos dan tidak kokoh sehingga rentan diserang hama. Proses perendaman dengan obat antihama tidak menjamin rotan bebas dari hama sepenuhnya.

Selain masalah panen yang terlalu prematur, diserang hama atau tidaknya furnitur rotan juga dipengaruhi oleh jenis material rotan itu sendiri. Secara umum, Indonesia memiliki lebih dari 380 spesies rotan yang tumbuh di alam bebas. Masing-masing wilayah menghasilkan jenis rotan yang berbeda, yaitu rotan berbatang besar yang ada di Sumatera dan Sulawesi dan rotan yang berbatang kecil seperti di daerah Kalimantan.

Sebanyak 20 sampai 30 jenis rotan dimanfaatkan secara komersial dengan fungsi masing-masing. Jenis rotan berbatang besar untuk struktur, antara lain manau, batang, mandola, tahiti, dan semambu. Adapun rotan berbatang kecil untuk anyaman, antara lain slimit, pulut, dan vega. Di antara beberapa jenis rotan tersebut, jenis yang paling dimusuhi hama manau dan tohiti, sedangkan jenis lainnya lebih rentan berkutu.

Namun, kedua jenis ini termasuk jenis material rotan premium sehingga banyak produsen yang memilih jenis material lainnya untuk pembuatan furnitur. “Sebenarnya membunuh hama gampang, tapi kita tidak bisa mendeteksi di mana hamanya. Kita hanya bisa mendeteksi jalan hama dan jalur makannya,” sebut Rina.

Penyakit rotan ini memang baru bisa terdeteksi setelah hama yang semula hidup di dalam rotan tumbuh dewasa dan melubangi rotan untuk keluar. Menurut Deni Wahyudi, Branch Manager Rentokil Cikarang, hama pada rotan bisa dicegah.

“Jika furnitur rotan terlanjur berkutu, harus dilakukan fumigasi, yaitu peracunan dengan gas pada suhu dan kelembapan udara tertentu. Proses ini berlangsung selama dua sampai lima hari dalam ruang tertutup, serta harus diulangi setiap enam bulan sekali agar tidak terjadi reinvestasi hama atau penyuntikan hama dari luar,” tutur Deni.

Aprilia s andyna
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6112 seconds (0.1#10.140)