Menyusui Cegah Anak Obesitas
A
A
A
TIDAK ada keraguan lagi apabila air susu ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan satu-satunya bagi bayi hingga usia enam bulan.
“Menyusui untuk jangka waktu yang lebih lama, tampaknya memiliki efek perlindungan terhadap tanda-tanda awal kelebihan berat badan dan obesitas,” kata pemimpin penelitian Stacy Carling, seorang kandidat doktor bidang nutrisi di Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat, seperti dilansir laman HealthDay. Carling dan rekan-rekannya mengikuti 595 anak sejak lahir sampai mereka berusia dua tahun.
Mereka melacak berat badan dan panjang anakanak tersebut dari waktu ke waktu, dan membandingkan lintasan pertumbuhan masing-masing anak sampai berapa lama mereka diberi ASI. Anak-anak yang dianggap berisiko tinggi gemuk adalah mereka yang indeks massa tubuh (body mass index /BMI) naik lebih cepat dari rata-rata saat mereka tumbuh.
BMI adalah pengukuran berdasarkan tinggi dan berat badan seseorang. Anak dengan risiko tertinggi untuk mendapatkan berat badan berlebih termasuk mereka dengan ibu kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah dan ibu yang merokok selama kehamilan.
Hampir 59% dari anak-anak yang termasuk pada risiko kelebihan berat badan memiliki ibu dengan satu atau lebih dari karakteristik tersebut di atas dibandingkan dengan sekitar 43% dari anak-anak yang tidak berisiko untuk mendapatkan berat badan yang berlebihan. Di antara anak-anak dengan risiko lebih tinggi untuk obesitas, bayi yang diberi ASI selama kurang dari dua bulan lebih sebanyak dua kali lebih mungkin untuk menambah berat badan ekstra daripada mereka yang menyusui selama setidaknya empat bulan.
Penemuan ini akan dipublikasikan dalam edisi cetak jurnalPediatrics pada Januari lalu. Dr Lori Feldman-Winter, seorang profesor pediatri di Cooper University Hospital, di Camden, New Jersey, Amerika Serikat, mengatakan, selain untuk melatih pengaturan diri sendiri dalam hal makan, komposisi kandungan ASI cenderung tidak menyebabkan obesitas.
“Sifat mikroskopis ASI mengatur metabolisme dan mengurangi risiko obesitas,” sebut Feldman-Winter. Studi ini tidak mencakup informasi tentang apakah bayi yang diberikan ASI eksklusif atau seberapa sering mereka mendapatkan susu langsung dari ibu dibandingkan yang menggunakan botol, tapi waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko obesitas tidak terpaut lama.
“Perbedaan dari dua bulan menyusui mungkin cukup untuk menuai beberapa keuntungan,” kata Carling. “Namun, daftar alasan ibu tidak menyusui panjang dan beragam,” tambahnya.
Dalam penelitian ini, para ibu cenderung tidak menyusui selama empat bulan, termasuk ibu berusia muda, mereka yang berpendidikan kurang atau pendapatan rendah, ibu yang tidak berencana untuk secara eksklusif menyusui ketika mereka hamil dan ibu yang menilai karier dan pekerjaan hidup mereka sebagai hal yang amat penting.
Carling mengutarakan, meningkatkan jumlah ibu-ibu yang menyusui membutuhkan dukungan yang intensif dari semua pihak.
Rendra hanggara
“Menyusui untuk jangka waktu yang lebih lama, tampaknya memiliki efek perlindungan terhadap tanda-tanda awal kelebihan berat badan dan obesitas,” kata pemimpin penelitian Stacy Carling, seorang kandidat doktor bidang nutrisi di Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat, seperti dilansir laman HealthDay. Carling dan rekan-rekannya mengikuti 595 anak sejak lahir sampai mereka berusia dua tahun.
Mereka melacak berat badan dan panjang anakanak tersebut dari waktu ke waktu, dan membandingkan lintasan pertumbuhan masing-masing anak sampai berapa lama mereka diberi ASI. Anak-anak yang dianggap berisiko tinggi gemuk adalah mereka yang indeks massa tubuh (body mass index /BMI) naik lebih cepat dari rata-rata saat mereka tumbuh.
BMI adalah pengukuran berdasarkan tinggi dan berat badan seseorang. Anak dengan risiko tertinggi untuk mendapatkan berat badan berlebih termasuk mereka dengan ibu kelebihan berat badan atau obesitas. Selain itu, ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah dan ibu yang merokok selama kehamilan.
Hampir 59% dari anak-anak yang termasuk pada risiko kelebihan berat badan memiliki ibu dengan satu atau lebih dari karakteristik tersebut di atas dibandingkan dengan sekitar 43% dari anak-anak yang tidak berisiko untuk mendapatkan berat badan yang berlebihan. Di antara anak-anak dengan risiko lebih tinggi untuk obesitas, bayi yang diberi ASI selama kurang dari dua bulan lebih sebanyak dua kali lebih mungkin untuk menambah berat badan ekstra daripada mereka yang menyusui selama setidaknya empat bulan.
Penemuan ini akan dipublikasikan dalam edisi cetak jurnalPediatrics pada Januari lalu. Dr Lori Feldman-Winter, seorang profesor pediatri di Cooper University Hospital, di Camden, New Jersey, Amerika Serikat, mengatakan, selain untuk melatih pengaturan diri sendiri dalam hal makan, komposisi kandungan ASI cenderung tidak menyebabkan obesitas.
“Sifat mikroskopis ASI mengatur metabolisme dan mengurangi risiko obesitas,” sebut Feldman-Winter. Studi ini tidak mencakup informasi tentang apakah bayi yang diberikan ASI eksklusif atau seberapa sering mereka mendapatkan susu langsung dari ibu dibandingkan yang menggunakan botol, tapi waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi risiko obesitas tidak terpaut lama.
“Perbedaan dari dua bulan menyusui mungkin cukup untuk menuai beberapa keuntungan,” kata Carling. “Namun, daftar alasan ibu tidak menyusui panjang dan beragam,” tambahnya.
Dalam penelitian ini, para ibu cenderung tidak menyusui selama empat bulan, termasuk ibu berusia muda, mereka yang berpendidikan kurang atau pendapatan rendah, ibu yang tidak berencana untuk secara eksklusif menyusui ketika mereka hamil dan ibu yang menilai karier dan pekerjaan hidup mereka sebagai hal yang amat penting.
Carling mengutarakan, meningkatkan jumlah ibu-ibu yang menyusui membutuhkan dukungan yang intensif dari semua pihak.
Rendra hanggara
(ars)