Waktunya Peduli Kanker paru
A
A
A
ANCAMAN kanker paru tak boleh diabaikan lagi. Jumlah penderita kanker yang masih sulit disembuhkan ini terus meningkat. Nah kini saatnya masyarakat mulai peduli kanker paru.
Seperti semua jenis kanker, diagnosis dini adalah kunci untuk keberhasilan perawatan kanker paru. Tantangannya sekarang, bagaimana mendorong orangorang dengan gejala yang mencurigakan terkena kanker ini untuk mengunjungi dokter dan memastikan bahwa dokter mereka meminta untuk tes lagi.
“Ini adalah kanker yang dapat diobati jika diketahui sejak dini,” kata Dr Riyaz Shah, konsultan ahli onkologi medis di Kent Oncology Centre di Maidstone Hospital, Kent, Inggris, seperti dikutip laman Guardian .
“Sebuah revolusi terjadi untuk pengobatan pasien penyakit terminal, di mana mereka bisa hidup lebih lama daripada sebelumnya. Saya memiliki pasien yang datang ke klinik saya yang telah didiagnosis tiga, empat, bahkan lima tahun yang lalu,” lanjutnya. Di antara hambatan kurangnya kesadaran untuk diagnosis dini, fakta juga terungkap bahwa gejala kanker paru sering kabur dan tidak spesifik.
Dr Tom Newsom- Davis, konsultan ahli onkologi medis di rumah sakit Chelsea dan Westminster, Inggris mengutarakan, bahkan pasien yang mengalami gejala di bagian dada kadangkadang tidak berpikir bahwa hal itu berbahaya. Pasien lain mengaku mereka tidak bisa mendatangi dokter langganan mereka atau belum dapat mengatur waktu pertemuan.
Hal yang mesti menjadi perhatian, kata dokter konsultan bagian Dada Dr Mat Callister dari Leeds Teaching Hospitals NHS Trust, Inggris, sepertiga dari pasien dengan kanker paru meninggal dalam waktu 90 hari setelah didiagnosis. Namun, ada indikasi bahwa hal tersebut bisa dicegah. Di beberapa negara Eropa, terutama Swedia, tingkat ketahanan hidup pasien kanker paru selama satu tahun jauh lebih baik daripada di Inggris, yaitu 46%, dibandingkan dengan hanya 30% di Inggris.
Perbedaan utama di Swedia, ujar Dr Mick Peake, Kepala Klinis di Public Health England, orang-orangnya mampu menjalani pelayanan primer dan menyerahkan perawatan penyakitnya kepada dokter konsultan bagian dada. Kekhawatiran bahwa dokter umum kemungkinan luput mendiagnosis kanker paru lantas menyeruak.
Penelitian yang dipublikasikan beberapa hari kemudian di British Medical Jurnal menunjukkan, pasien yang meninggal telah mengunjungi dokter umum langganan mereka rata-rata lima kali dalam sebulan sebelum diagnosis. Callister mengatakan, strategi intervensi dini di tempatnya adalah memfokuskan pada dokter umum untuk merujuk ke konsultan bagian dada untuk mendiagnosis kanker paru lebih baik.
Selain mendorong dokter untuk menyarankan lebih banyak pasien untuk rontgen dada, pasien di Leeds, Inggris, juga diberi hak untuk merujuk diri mereka sendiri ke tempat pelayanan yang tepat. “Faktanya, rontgen dada terhitung murah dan paparan radiasinya dengan dosis yang amat rendah. Pesan yang ingin kami sampaikan, jika ada kecurigaan gejala pada pasien bahkan tingkat rendah, minta mereka untuk X-ray dada,” sebutnya.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara yang efektif untuk memperkenalkan skrining kanker paru? Para ahli memikirkan sebuah ide yang memiliki manfaat, meskipun ada kekhawatiran tentang kepraktisan. “Bukti yang menunjukkan bahwa metode skrining amat efektif sangat banyak,” kata Peake.
“Satu studi menyebutkan, penurunan 20% angka kematian dan dalam pandangan kami itu kurang memperhitungkan pengaruh skrining. Kita harus menerapkannya besok dan untuk setiap hari yang berlalu pada kehidupan yang hilang,” lanjut dia. Penny Woods, Chief Executive dari British Lung Foundation mengatakan, pasien terus-menerus bertanya mengapa ada program skrining belum berlangsung, terutama mereka yang berada pada risiko tinggi.
Sara Hiom, Direktur Diagnosis Dini di Cancer Research Inggris mengemukakan, program skrining akan memiliki manfaat untuk mengidentifikasi pasien. Seperti program skrining payudara yang akan memusatkan perhatian pada penyakitnya dan mengetahuinya secara cepat.
Rendra hanggara
Seperti semua jenis kanker, diagnosis dini adalah kunci untuk keberhasilan perawatan kanker paru. Tantangannya sekarang, bagaimana mendorong orangorang dengan gejala yang mencurigakan terkena kanker ini untuk mengunjungi dokter dan memastikan bahwa dokter mereka meminta untuk tes lagi.
“Ini adalah kanker yang dapat diobati jika diketahui sejak dini,” kata Dr Riyaz Shah, konsultan ahli onkologi medis di Kent Oncology Centre di Maidstone Hospital, Kent, Inggris, seperti dikutip laman Guardian .
“Sebuah revolusi terjadi untuk pengobatan pasien penyakit terminal, di mana mereka bisa hidup lebih lama daripada sebelumnya. Saya memiliki pasien yang datang ke klinik saya yang telah didiagnosis tiga, empat, bahkan lima tahun yang lalu,” lanjutnya. Di antara hambatan kurangnya kesadaran untuk diagnosis dini, fakta juga terungkap bahwa gejala kanker paru sering kabur dan tidak spesifik.
Dr Tom Newsom- Davis, konsultan ahli onkologi medis di rumah sakit Chelsea dan Westminster, Inggris mengutarakan, bahkan pasien yang mengalami gejala di bagian dada kadangkadang tidak berpikir bahwa hal itu berbahaya. Pasien lain mengaku mereka tidak bisa mendatangi dokter langganan mereka atau belum dapat mengatur waktu pertemuan.
Hal yang mesti menjadi perhatian, kata dokter konsultan bagian Dada Dr Mat Callister dari Leeds Teaching Hospitals NHS Trust, Inggris, sepertiga dari pasien dengan kanker paru meninggal dalam waktu 90 hari setelah didiagnosis. Namun, ada indikasi bahwa hal tersebut bisa dicegah. Di beberapa negara Eropa, terutama Swedia, tingkat ketahanan hidup pasien kanker paru selama satu tahun jauh lebih baik daripada di Inggris, yaitu 46%, dibandingkan dengan hanya 30% di Inggris.
Perbedaan utama di Swedia, ujar Dr Mick Peake, Kepala Klinis di Public Health England, orang-orangnya mampu menjalani pelayanan primer dan menyerahkan perawatan penyakitnya kepada dokter konsultan bagian dada. Kekhawatiran bahwa dokter umum kemungkinan luput mendiagnosis kanker paru lantas menyeruak.
Penelitian yang dipublikasikan beberapa hari kemudian di British Medical Jurnal menunjukkan, pasien yang meninggal telah mengunjungi dokter umum langganan mereka rata-rata lima kali dalam sebulan sebelum diagnosis. Callister mengatakan, strategi intervensi dini di tempatnya adalah memfokuskan pada dokter umum untuk merujuk ke konsultan bagian dada untuk mendiagnosis kanker paru lebih baik.
Selain mendorong dokter untuk menyarankan lebih banyak pasien untuk rontgen dada, pasien di Leeds, Inggris, juga diberi hak untuk merujuk diri mereka sendiri ke tempat pelayanan yang tepat. “Faktanya, rontgen dada terhitung murah dan paparan radiasinya dengan dosis yang amat rendah. Pesan yang ingin kami sampaikan, jika ada kecurigaan gejala pada pasien bahkan tingkat rendah, minta mereka untuk X-ray dada,” sebutnya.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara yang efektif untuk memperkenalkan skrining kanker paru? Para ahli memikirkan sebuah ide yang memiliki manfaat, meskipun ada kekhawatiran tentang kepraktisan. “Bukti yang menunjukkan bahwa metode skrining amat efektif sangat banyak,” kata Peake.
“Satu studi menyebutkan, penurunan 20% angka kematian dan dalam pandangan kami itu kurang memperhitungkan pengaruh skrining. Kita harus menerapkannya besok dan untuk setiap hari yang berlalu pada kehidupan yang hilang,” lanjut dia. Penny Woods, Chief Executive dari British Lung Foundation mengatakan, pasien terus-menerus bertanya mengapa ada program skrining belum berlangsung, terutama mereka yang berada pada risiko tinggi.
Sara Hiom, Direktur Diagnosis Dini di Cancer Research Inggris mengemukakan, program skrining akan memiliki manfaat untuk mengidentifikasi pasien. Seperti program skrining payudara yang akan memusatkan perhatian pada penyakitnya dan mengetahuinya secara cepat.
Rendra hanggara
(ars)