Akhir Epik Kisah Hobbit

Sabtu, 20 Desember 2014 - 12:03 WIB
Akhir Epik Kisah Hobbit
Akhir Epik Kisah Hobbit
A A A
THE Battle of the Five Armies mengakhiri kisah petualangan Bilbo Baggins dengan tanpa basa-basi; bertempo cepat, penuh adegan laga spektakuler, tapi tetap punya kisah manusiawi.

Layaknya sebuah aliran air di sungai yang panjang, The Battle of the Five Armies adalah muara segala hal. Pada seri ketiga ini, semua konflik mencapai klimaks dan semua ras serta tokoh berkumpul dan beradu.

Hasilnya, kumpulan scene menakjubkan yang akan memaksa kita bertahan di bangku penonton hingga akhir cerita. Kita tentu masih ingat, di akhir seri kedua, Smaug (disuarakan Benedict Cumberbatch) si naga penunggu Erebor marah karena Bilbo (Martin Freeman) mengusik ketenangannya. Bilbo juga ingin mencuri permata Arkenstone. Pada pembuka film ketiga, Smaug akhirnya benar-benar murka.

Dia turun gunung dan membumihanguskan Kota Danau. Namun, ini tak berlangsung lama. Smaug akhirnya tewas di tangan Bard (Luke Evans). Lalu, apakah artinya film langsung habis, padahal baru saja dimulai? Tentu tidak. Ini baru awal dari sebuah tragedi yang lebih besar. Setelah berita kematian Smaug tersebar, seluruh ras pun mengincar Erebor.

Tujuannya satu; mengincar emas dan harta lainnya yang kini tak bertuan. Jika bicara soal harta yang berlimpah, tak ada satu pun ras yang bisa berpikir jernih. Semua terbawa nafsu serakah. Perang besar pun tak terhindarkan. Kaum peri, manusia, kurcaci, dan orc pun bertarung untuk saling menumpahkan darah lawan. Demi emas di Erebor. Karena semua ras berkumpul di satu arena, jadi bisa dibayangkan betapa tingginya tensi keseruan saat pertarungan di Erebor.

Di sini pula, tim sinematografi dan efek visual bekerja keras menciptakan adegan-adegan pertarungan yang variatif dan tidak membosankan. Kadang kita disuguhi adegan klasik pertarungan dengan pedang, berikutnya disuguhi pertarungan mendebarkan di jembatan batu yang rentan hancur. Belum lagi adegan baku hantam antara Thorin Oakenshield (Richard Armitrage) dan Azog (Manu Bennet) di danau yang membeku.

Adapun yang juga tak kalah spektakuler, tentu saja saat pasukan orc mulai muncul di arena. Mulai dari kehadiran monster cacing raksasa, orc raksasa, hingga binatang-binatang buas dalam wujud luar biasa. Singkatnya, penonton akan dihujani pertarungan dengan kecanggihan gambar yang membuat decak kagum. Belum lagi lanskap Middle-Earth -yang walau kadang permainan CGI-nya masih terlihat kasartetap patut dipuji kesuksesannya menerjemahkan fantasi di kepala ke wujud visual.

Selain drama pertempuran, skenario juga sempat menyelipkan kisah cinta segitiga antara Legolas (Orlando Bloom), Tauriel (Evangeline Lilly), dan Kili (Aidan Turner). Bibit cinta antara Tauriel dan Kili yang sempat dimunculkan di seri kedua, kini semakin dipertegas. Bagi penonton yang sentimentil, siapkan diri untuk adegan haru yang muncul tiba-tiba menjelang akhir cerita.

Cerita manusiawi lainnya juga muncul dari tokoh utamanya, Bilbo. Karakter inilah yang membuat The Battle of the Five Armies tak sekadar film soal unjuk otot dan kekuatan.

Dengan kebijaksanaannya, Bilbo membuat hati penonton menjadi hangat. Bilbo juga yang membuat film ini tak hanya menghibur, tapi juga menyimpan makna yang dalam.

Herita endriana
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8055 seconds (0.1#10.140)