6 Tipe Kota Masa Depan versi Penelitian Shell
A
A
A
Political Analyst in the Global Business Environment dari Shell International, Cho-Oon Khong, mengatakan bahwa ada 6 tipe kota yang akan terbentuk pada masa depan. Keenam kota itu terungkap lewat penelitian terbaru Shell, yakni “New Lenses on Future Cities” (Lensa Baru di Kota-Kota Masa Depan).
Keenam kota itu, menurut Cho-Oon Kon, terbentuk dari penggunaan energi dan urbanisasinya. Keenamnya adalah sprawling metropolises, prosperous communities, urban powerhouses, developing mega-hubs, underprivileged crowded, dan underdeveloped urban centres. Kota metropolitan (sprawling metropolises ), cirinya selalu sibuk, padat penduduk, tetapi tidak banyak konsumsi energi untuk rumah dan transportasi.
Adapun kota yang makmur (proseperous communities ), cirinya penduduk berpendapatan tinggi, kotanya tak terlalu besar, dan sangat layak huni. Sementara, kota dengan energi besar (urban powerhouse ), biasanya sangat padat dengan penduduk berpendapatan tinggi dan banyak memakai energi, contohnya Hong Kong, Singapura, dan New York.
Adapun contoh kota berkembang yang berpenyangga (developing mega-hubs ) seperti Jakarta, dan Chongqing di China Barat daya yang berpenduduk hampir 30 juta. Untuk kota tidak terlalu ramai (underprivileged crowded ), misalnya Manila dan Bangalore. Terakhir, pusat kota yang belum berkembang (underdeveloped urban centres ) yang paling banyak ditemukan, yang penggunaan energinya masih rendah.
Cho-Oon mengatakan masyarakat kota membutuhkan suatu lingkungan yang layak huni untuk mereka atau disebut livable city. Livable city menjadi kata kunci dalam perencanaan kota karena dapat menyelesaikan berbagai masalah kota yang mengganggu kenyamanan dengan cara meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. “Shell sudah melakukan riset bertahun-tahun dan mendukung terciptanya sebuah kota layak huni bagi penduduknya pada masa depan,” katanya.
Eahyu sibarani
Keenam kota itu, menurut Cho-Oon Kon, terbentuk dari penggunaan energi dan urbanisasinya. Keenamnya adalah sprawling metropolises, prosperous communities, urban powerhouses, developing mega-hubs, underprivileged crowded, dan underdeveloped urban centres. Kota metropolitan (sprawling metropolises ), cirinya selalu sibuk, padat penduduk, tetapi tidak banyak konsumsi energi untuk rumah dan transportasi.
Adapun kota yang makmur (proseperous communities ), cirinya penduduk berpendapatan tinggi, kotanya tak terlalu besar, dan sangat layak huni. Sementara, kota dengan energi besar (urban powerhouse ), biasanya sangat padat dengan penduduk berpendapatan tinggi dan banyak memakai energi, contohnya Hong Kong, Singapura, dan New York.
Adapun contoh kota berkembang yang berpenyangga (developing mega-hubs ) seperti Jakarta, dan Chongqing di China Barat daya yang berpenduduk hampir 30 juta. Untuk kota tidak terlalu ramai (underprivileged crowded ), misalnya Manila dan Bangalore. Terakhir, pusat kota yang belum berkembang (underdeveloped urban centres ) yang paling banyak ditemukan, yang penggunaan energinya masih rendah.
Cho-Oon mengatakan masyarakat kota membutuhkan suatu lingkungan yang layak huni untuk mereka atau disebut livable city. Livable city menjadi kata kunci dalam perencanaan kota karena dapat menyelesaikan berbagai masalah kota yang mengganggu kenyamanan dengan cara meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. “Shell sudah melakukan riset bertahun-tahun dan mendukung terciptanya sebuah kota layak huni bagi penduduknya pada masa depan,” katanya.
Eahyu sibarani
(bbg)