Penantian Lama Album Baru
A
A
A
Membuat album bukan perkara mudah. Butuh penantian panjang bagi para musisi untuk merangkum karya mereka dalam satu album baru. Apa yang membuat mereka begitu lama melakukannya? Bagi para musisi, album fisik bukan hanya sebuah kebanggaan, juga pembuktian akan kinerja mereka di dunia musik.
Faktor inilah yang membuat musisi seperti Sheila On 7 dan Rio Siddik sangat antusias membuat album baru meski harus ditempuh dalam waktu yang panjang. Buat Sheila on 7 (So7) butuh waktu 7 tahun untuk membuat album baru bertajuk “Musim Yang Baik”.Terakhir grup musik yang terdiri atas Duta (vokalis), Brian (drum), Eross (gitar), dan Adam (bass) akhirnya melepas album bertajuk “Berlayar” pada 2011 silam.
”Ini karya terbaru dari kami yang ditunggu-tunggu oleh Sheila Gank (fansSO7). Kami senang bisa mewujudkannya pada tahun ini,” ujar Duta di Hardrock Cafe, Jakarta Selatan, Rabu (10/12). Duta mengatakan album “Musim Yang Baik” merupakan refleksi perjalanan grup musik SO7 selama 18 tahun berkarier di industri musik. Proses pembuatannya sudah dikerjakan setelah album “Berlayar”.
”Sebenarnya album ini sudah mulai digarap sejak 2012, tapi baru bisa rilis sekarang karena beberapa hal,” kata Duta. Gitaris So7, Eross Candra, mengatakan, proses pembuatan album baru ini sedikit lama karena mereka masih mencari racikan yang tepat untuk album tersebut. Dia menuturkan, ketika pertama kali rekaman pada 1999, So7 menggunakan teknologi rekaman analog dengan pita kaset.
Setelah itu, di album kedua hingga album “Berlayar” yang dirilis pada 2011, grup musik asal Yogyakarta ini memaksimal teknologi rekaman digital. Nah, di album terbaru ini, mereka akhirnya memutuskan untuk membuat album dengan cara yang lebih sederhana. ”Sampai akhirnya kami jenuh dan berusaha memosisikan diri seperti kembali ke zaman dulu,” kata gitaris kelahiran 3 Juli 1979 ini.
Dalam album terbarunya ini, So7 berupaya memaksimalkan formasi empat personel tanpa tambahan suara gitar untuk memperkaya lagu. Diakui Eross, pada album sebelumnya, ia menambahkan suara instrumen gitar lain agar musik So7 terdengar lebih “penuh”.
”Sejak Sakti keluar, saya selalu usahakan untuk mengisi kekosongannya, tapi sekarang ingin benar-benar berempat saja. Kalau ada bagian yang susah dimainkan pas live,ya kami tidak masukkan di lagu,” ucapnya. Penantian panjang album baru juga dirasakan musisi jazz Rio Siddik. Setelah cukup lama melanglang buana di belantika musik jazz, akhirnya musisi asal Surabaya ini merilis album berjudul “Sound of the Mystical Vibe” bersama grup bandnya, Rio Sidik Quintet.
Meskipun namanya sebagai musisi masih asing di telinga pencinta musik Tanah Air, di luar negeri dan panggung musik jazz, Rio cukup dikenal. Bahkan, bersama band Quintet, Rio sukses melalang buana dari Australia, Afrika, Finlandia, Rusia, Korea Selatan hingga Amerika Serikat sehingga albumnya ini bisa dikatakan sebagai medium untuk lebih dikenal di negeri sendiri.
Menariknya, album ini dikemas dengan cara yang unik dan sangat berbeda. Album tersebut dibuat secara audio and video live recordingagar bisa menangkap energi saat manggung. “Saya sengaja buat audio and video live recording, soalnya biar bisa menangkap energi waktu kita manggung. Dengan konsep begini, energinya lebih spontan ke audiens. Mudah-mudahan yang ada semau bisa tercapture,” ujar Rio.
Rio berharap, albumnya itu mampu meramaikan pasar musik Indonesia khususnya, dan mancanegara pada umumnya. “Semoga dengan hadirnya album ini, makin banyak masyarakat yang mendengarkan musik saya, makin happy,” harapnya.
Thomasmanggalla
Faktor inilah yang membuat musisi seperti Sheila On 7 dan Rio Siddik sangat antusias membuat album baru meski harus ditempuh dalam waktu yang panjang. Buat Sheila on 7 (So7) butuh waktu 7 tahun untuk membuat album baru bertajuk “Musim Yang Baik”.Terakhir grup musik yang terdiri atas Duta (vokalis), Brian (drum), Eross (gitar), dan Adam (bass) akhirnya melepas album bertajuk “Berlayar” pada 2011 silam.
”Ini karya terbaru dari kami yang ditunggu-tunggu oleh Sheila Gank (fansSO7). Kami senang bisa mewujudkannya pada tahun ini,” ujar Duta di Hardrock Cafe, Jakarta Selatan, Rabu (10/12). Duta mengatakan album “Musim Yang Baik” merupakan refleksi perjalanan grup musik SO7 selama 18 tahun berkarier di industri musik. Proses pembuatannya sudah dikerjakan setelah album “Berlayar”.
”Sebenarnya album ini sudah mulai digarap sejak 2012, tapi baru bisa rilis sekarang karena beberapa hal,” kata Duta. Gitaris So7, Eross Candra, mengatakan, proses pembuatan album baru ini sedikit lama karena mereka masih mencari racikan yang tepat untuk album tersebut. Dia menuturkan, ketika pertama kali rekaman pada 1999, So7 menggunakan teknologi rekaman analog dengan pita kaset.
Setelah itu, di album kedua hingga album “Berlayar” yang dirilis pada 2011, grup musik asal Yogyakarta ini memaksimal teknologi rekaman digital. Nah, di album terbaru ini, mereka akhirnya memutuskan untuk membuat album dengan cara yang lebih sederhana. ”Sampai akhirnya kami jenuh dan berusaha memosisikan diri seperti kembali ke zaman dulu,” kata gitaris kelahiran 3 Juli 1979 ini.
Dalam album terbarunya ini, So7 berupaya memaksimalkan formasi empat personel tanpa tambahan suara gitar untuk memperkaya lagu. Diakui Eross, pada album sebelumnya, ia menambahkan suara instrumen gitar lain agar musik So7 terdengar lebih “penuh”.
”Sejak Sakti keluar, saya selalu usahakan untuk mengisi kekosongannya, tapi sekarang ingin benar-benar berempat saja. Kalau ada bagian yang susah dimainkan pas live,ya kami tidak masukkan di lagu,” ucapnya. Penantian panjang album baru juga dirasakan musisi jazz Rio Siddik. Setelah cukup lama melanglang buana di belantika musik jazz, akhirnya musisi asal Surabaya ini merilis album berjudul “Sound of the Mystical Vibe” bersama grup bandnya, Rio Sidik Quintet.
Meskipun namanya sebagai musisi masih asing di telinga pencinta musik Tanah Air, di luar negeri dan panggung musik jazz, Rio cukup dikenal. Bahkan, bersama band Quintet, Rio sukses melalang buana dari Australia, Afrika, Finlandia, Rusia, Korea Selatan hingga Amerika Serikat sehingga albumnya ini bisa dikatakan sebagai medium untuk lebih dikenal di negeri sendiri.
Menariknya, album ini dikemas dengan cara yang unik dan sangat berbeda. Album tersebut dibuat secara audio and video live recordingagar bisa menangkap energi saat manggung. “Saya sengaja buat audio and video live recording, soalnya biar bisa menangkap energi waktu kita manggung. Dengan konsep begini, energinya lebih spontan ke audiens. Mudah-mudahan yang ada semau bisa tercapture,” ujar Rio.
Rio berharap, albumnya itu mampu meramaikan pasar musik Indonesia khususnya, dan mancanegara pada umumnya. “Semoga dengan hadirnya album ini, makin banyak masyarakat yang mendengarkan musik saya, makin happy,” harapnya.
Thomasmanggalla
(bbg)