Jadi Supermom Mengapa Tidak?

Minggu, 21 Desember 2014 - 13:07 WIB
Jadi Supermom Mengapa Tidak?
Jadi Supermom Mengapa Tidak?
A A A
Tidak ada salahnya jika Anda memilih tetap berkarir di luar rumah. Namun, musti dipahami betul peran ganda Anda selain sebagai wanita karir juga seorang ibu yang mempunyai tanggungjawab moril dalam membesarkan anak.

Anda wanita bekerja yang sudah memiliki anak kerap dihadapkan pada pilihan menjadi ibu sempurna, bisa menyeimbangkan karir dan rumah tangga. Ini seringkali jadi dilema yang membuat Anda pusing kepala. Sejatinya, keputusan menjadi wanita yang bekerja di luar rumah memang tidak salah, dan hak setiap orang.

Sekarang ini, wanita yang memilih tetap berkarier didasarkan pada tidak hanya kebutuhan finansial, tetapi juga keinginan untuk mengembangkan diri melalui ilmu dan wawasan yang didapat dari bangku kuliah. Adanya propaganda besar-besaran tentang emansipasi wanita, persamaan jender, aktualisasi diri, secara langsung atau tidak telah menyebabkan banyak wanita memilih bekerja di luar rumah dengan segala konsekuensinya.

Namun ketika hal tersebut dilakukan, muncul banyak masalah dalam keluarga karena kurangnya waktu yang digunakan untuk mengurus suami dan buah hati. Isu yang mengemuka adalah anak-anak yang kurang mendapat kasih sayang karena ibunya terlalu sibuk di luar rumah. Tak ayal, seringkali para wanita karir tersebut menyerahkan segala urusan rumah tangga kepada seorang pengasuh.

Akibatnya anak-anak menjadi lebih dekat dengan pengasuh ini, Anda harus mencari solusi bagaimana peran sebagai ibu rumah tangga tetap dijalankan secara optimal ketika Anda memutuskan untuk membina karir. Tentu saja tidak perlu dengan meninggalkan karirnya hanya karena masalah anak-anak dan suami. Karena, keintiman keluarga dapat dibentuk apabila setiap hari tersedia waktu untuk bergaul dan bercengkrama secara intensif.

Pada saat-saat demikian, Anda harus menumpahkan perhatian sepenuhnya kepada si anak. Bagi si anak, bukan jumlah waktu yang dia tuntut, tetapi intensitas interaksi itulah yang dia inginkan. ”Buat kejutan-kejutan kecil kepada anak yang membuat dia merasa ibunya tetap dekat dan perhatian dengan dia,” ujar psikolog keluarga, Sani B Hermawan, Psi.

Memberikan perhatian kepada buah hati, terang dia, dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, membelikan sesuatu yang berhubungan dengan hobi anak. Bisa juga dengan mengajak rekreasi bersama, ikut membantunya dalam pekerjaan sekolah dan mendampinginya belajar setiap malam. Buat dia, hal kecil semacam itu sudah merupakan bentuk sebuah perhatian.

”Saat weekend atau hari libur masak nasi goreng buat dia. Atau ganti dekorasi kamar tidurnya secara berkala. Libatkan anak dan suami saat mengerjakannya. Hal ini bisa mengembalikan kehangatan yang hilang saat Anda dan suami bekerja.” kata Sani. Saat-saat bersama tersebut, lanjut dia, isi dengan percakapan atau dialog komunikatif yang tidak sekedar basabasi.

Contohnya, tanyakan kegiatan di sekolahnya, bagaimana hubungan dengan teman serta gurunya dan lainnya. Intinya, ujar Sani, Anda musti membagi waktu yang seimbang antara pekerjaan dan menemani anak dalam masa-masa kanak-kanaknya yang indah dan berwarna. Sesibuk apa pun pekerjaan di kantor, sempatkan juga untuk menelepon si kecil di rumah untuk membangun ikatan emosional yang kuat.

Anda dapat memanfaatkan waktu istirahat di kantor ketika jam makan siang, misalnya. Atau mungkin setiap ada waktu senggang ketika pekerjaan Anda sedang tidak terlalu menumpuk. Dengan demikian anak Anda merasa diperhatikan walaupun intensitas pertemuan sangat sedikit.

Sesampainya di rumah, jangan lupa untuk berikan ciuman hangat selamat malam sebagai pengantar tidur atau bahkan meski buah hati Anda sudah tertidur lelap. Karena, ungkapan kasih sayang seperti itu sangat penting dalam membina ikatan batin antara Anda dan anak.

”Jika tidak adil membagi waktu, biasanya anak memberontak karena merasa haknya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang ibu tidak terpenuhi,” katanya. Sani menuturkan, anak yang kekurangan perhatian ujung-ujungnya akan berakibat buruk dan cenderung berperilaku negatif. Anda harus garis bawahi, tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anaknya.

Jangan sampai dengan menjadi ibu bekerja, Anda menelantarkan anak-anak. Semua yang Anda lakukan adalah untuk anakanak, termasuk saat bekerja di luar rumah. Kuncinya adalah mengontrol dengan baik semua bentuk aktivitas dan waktu Anda. Anak-anak harus tetap menduduki prioritas utama.

Membangun kekompakan bersama suami untuk berbagai tugas, mencari pengasuh berkualitas dari yayasan profesional yang bisa menjaga sekaligus mendidik anak, menitipkan anak pada orang tua, atau cara lain yang memberikan rasa tenang juga merupakan salah satu solusi untuk memecahkan masalah ini.

Bagi Anda yang masih memiliki anak balita, sebaiknya dapat memilih penitipan anak (daycare) yang baik, yang mampu memberikan ilmu sosial dan juga pendidikan untuk menghasilkan anak yang tangguh, memiliki daya saing, daya banding, membangun empati, teamwork, semangat untuk membantu, dan tidak pencemburu. Dengan demikian Anda merasa lebih tenang ketika harus meninggalkan anak untuk bekerja.

Rendra hanggara
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5516 seconds (0.1#10.140)