Drama Di Balik Kerusuhan

Sabtu, 10 Januari 2015 - 15:08 WIB
Drama Di Balik Kerusuhan
Drama Di Balik Kerusuhan
A A A
Sutradara Lukman Sardi berusaha menangkap kisah-kisah individu dalam peristiwa Mei 1998. Rekonstruksi peristiwa kerusuhan berhasil disajikan secara dramatis.

Dalam sebuah peristiwa besar sejarah, selalu ada kisah-kisah kecil yang menarik, namun luput diceritakan. Lukman Sardi, dalam film panjang perdananya ini, berusaha menangkap hal yang luput tersebut. Dia membuat kisah fiksi untuk memperlihatkan nilai-nilai manusiawi dalam bingkai sejarah kelam bangsa. Lukman dan tim penulisnya menciptakan karakter-karakter menarik dalam film ini.

Tiga tokoh utamanya “sangat seksi”, yaitu tentara, pegawai Istana, dan aktivis mahasiswa yang hidup sebagai sebuah keluarga. Sang tentara adalah Bagus (Donny Alamsyah) yang berpangkat letnan dua. Istrinya, Salma (Ririn Ekawati), adalah pegawai dapur Istana yang tengah hamil tua. Diana (Chelsea Islan), adik Salma sekaligus mahasiswa Universitas Trisakti yang sering berdemo menuntut Soeharto mundur dari jabatan presiden.

Bersama mereka, ada kekasih Diana yang berdarah Tionghoa Daniel (Boy William) dan pemulung bernama Rahmat (Teuku Rifnu Wikana) beserta anaknya. Kemelut cerita bergerak saat Bagus dan Salma tak setuju jika Diana ikut-ikutan berdemo. “Apa kata orang kalau kakaknya kerja di Istana dan jadi tentara, tapi adiknya ikut demo,” kata Salma. Namun, Diana yang keras kepala tetap ngotot dengan prinsipnya.

Kejadian makin memanas saat Salma hilang di tengah-tengah Jakarta yang sedang bergejolak. Daniel juga kehilangan seluruh keluarganya. Film fiksi berlatar tragedi Mei 98 bukan pertama kali ini diangkat ke layar lebar. Sebelumnya sudah ada drama percintaan Ku Tunggu di Sudut Semanggi(2004) dan May(2008) yang bercerita tentang gadis Tionghoa korban perkosaan yang berusaha menata lagi hidupnya.

Berbeda dengan dua film ini, Di Balik 98cukup getol dan masif dalam menyajikan ulang peristiwa kerusuhan sejak 13 Mei hingga pengunduran diri Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998. Adegan penjarahan, sweepingwarga berdarah Tionghoa, bentrokan mahasiswa dan aparat, serta peristiwa kerusuhannya, berhasil digambarkan secara dramatis dan mengoyak emosi.

Tak hanya itu, peristiwa-peristiwa penting di Istana, Gedung DPR/MPR, dan markas TNI yang melibatkan para pejabat pemerintahan serta pejabat TNI juga disajikan dengan cukup gamblang, meski tetap dengan penuh kehatihatian. Amoroso Katamsi, yang pernah memerankan Soeharto muda dalam Pengkhianatan G 30 S PKI (1984), kembali sukses memerankan Soeharto yang tenang dan dingin.

Yang menarik, beberapa pejabat penting dalam peristiwa 98 justru diperankan oleh mereka yang dikenal sebagai komedian atau bermain di film komedi. Meski para pemain tidak bermaksud melawak, penonton bisa saja terpancing tawanya. Boleh jadi, Lukman diam-diam ingin menyajikan dimensi satire saat menempatkan komedian sebagai pemeran pejabat.

Meski sukses di bagian penggambaran tragedi kerusuhan dan satire tersembunyi, sayangnya tim penulis tampak abai berkonsentrasi pada pendalaman karakter tokoh-tokoh utamanya. Kisah individu Bagas, Salma, Diana, Daniel, dan Rahmat malah tampak seperti kisah selingan belaka di samping peristiwa kerusuhan dan drama pengunduran diri Soeharto.

Padahal, konflik antara Bagas dan Diana bisa sangat dieksplorasi menjadi adegan-adegan dan dialog menarik tentang hubungan kakakadik dan tentara-mahasiswa yang saling berhadap-hadapan di tengah demonstrasi. Juga karakter Dayu (Alya Rohali), bos Salma di dapur Istana yang diam-diam menangis saat Soeharto secara resmi mengundurkan diri sebagai presiden.

Jika digali lebih dalam, Dayu bisa jadi representasi menarik dari golongan dalam Istana yang punya hubungan emosional dengan presiden. Tentu, Di Balik 98memang bukan film sempurna. Namun tetap, perlu pula dihargai semangat membuka kembali salah satu peristiwa terkelam dalam sejarah bangsa Indonesia, lewat film yang dikemas dalam bentuk populer. Semakin banyak yang menyaksikan, semoga akan semakin banyak yang memahami.

Herita endriana
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0937 seconds (0.1#10.140)