Tujuh Tanda Anda Memiliki Atasan Yang Buruk

Sabtu, 10 Januari 2015 - 15:12 WIB
Tujuh Tanda Anda Memiliki...
Tujuh Tanda Anda Memiliki Atasan Yang Buruk
A A A
Sering banyak pegawai menuding memiliki atasan yang buruk. Namun, apakah benar kesalahan berada pada atasan Anda? Apakah pegawai lain setuju dengan penilaian Anda? Atau jangan-jangan ternyata malah Anda yang bermasalah, bukan atasan?

Banyak kemungkinan yang bisa terjadi jika Anda tidak memiliki hubungan yang baik dengan atasan. Nah, untuk memastikan siapa yang paling bertanggung jawab atas hal tersebut, ada beberapa hal yang perlu dipastikan. Nah, berikut ini beberapa hal yang harus diperiksa, apakah kesalahan ada di Anda atau di atasan Anda.

Kurangnya kerja sama

Bila ternyata seluruh rekan kerja Anda mengeluh mengenai sikap atasan, maka ini adalah tanda bahwa permasalahan terdapat di atasan. Atasan memang tidak dapat menyenangkan semua pihak, namun situasi menjadi berbahaya bila banyak pegawai sampai mengundurkan diri karena atasan. Dibutuhkan kerja sama agar masalah ini dapat diselesaikan. Atasan Anda adalah atasan yang buruk bila tidak dapat memacu pegawainya untuk melakukan paling tidak pekerjaan utamanya dengan baik.

Tidak dapat melihat pegawai sebagai manusia

Memang terdapat pekerjaan yang harus diselesaikan, tujuan yang harus dicapai, dan uang yang harus dihasilkan, namun atasan yang baik melihat pegawai bukan sebagai robot yang beroperasi terus-menerus. Pegawai memang dibayar untuk bekerja, namun manusia memiliki perasaan.

Suatu waktu mungkin kinerja pegawai menurun karena masalah pribadi yang dihadapi. Seharusnya atasan dapat melihat hal ini dan berhenti untuk mempertanyakan alasan penurunan kinerja pegawainya tersebut. Akan lebih bermanfaat untuk memberikan beberapa hari libur bagi pegawai tersebut untuk bangkit dari masalah pribadinya dibandingkan memaksakannya untuk tetap bekerja.

Kebijakan ini akan membuat pegawai lebih loyal dan produktif pada masa mendatang. Atasan Anda adalah atasan yang buruk bila tidak memedulikan urusan pribadi pegawai dan sebaliknya malah menghakimi pegawainya atas penurunan kinerja.

Mengharapkan setiap orang untuk seperti dirinya

Banyak pegawai yang mengatakan atasannya menginginkan mereka harus melalukan hal yang sama seperti yang dilakukan atasannya, salah satunya datang pagi dan kerja lembur. Setiap orang memiliki kepribadian dan cara berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan. Orang yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat, tidak layak untuk dihakimi karena tidak ikut lembur. Atasan yang baik menyadari perbedaan kemampuan pegawainya, bukannya menginginkan semua pegawai sepertinya.

Memiliki ekspektasi yang tidak beralasan

Jika atasan Anda menentukan target yang tidak realistis, seperti meningkatkan penjualan empat kali lipat setiap 15 menit tanpa alasan jelas, atasan Anda adalah atasan yang buruk. Kerap atasan ingin memotivasi pegawai dengan cara yang kurang tepat dan malah sebaliknya, membuat pegawai tidak terpacu karena merasa target yang diberikan tidak realistis. Memberikan tantangan dengan meningkatkan target memang cara yang cerdas, namun atasan yang buruk akan memberikan jumlah target besar tanpa perhitungan yang matang.

Menghabiskan banyak waktu untuk mengawasi dan mencampuri pekerjaan pegawai

Memang setiap atasan harus mampu mengerjakan dan mengawasi pekerjaan yang dilakukan pegawai. Namun, terkadang hal itu dapat berdampak pada hilangnya rasa dipercaya pada pegawai. Hal ini sering terjadi pada pegawai di bidang yang dulu dikerjakan oleh atasan. Atasan yang baik harus mengetahui bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk mendelegasikan tugas dan mempercayakan sepenuhnya ke dalam kerja sama tim. Jika atasan Anda tidak dapat mempercayai pegawainya, atasan Anda adalah atasan yang buruk.

Tidak mengakui kesalahan

Pegawai telah melontarkan ide mengenai perbaikan sistem pada saat rapat yang berujung penolakan. Namun, ketika atasan baru menyadari bahwa sistem yang digunakan tidak tepat dan menimbulkan masalah, atasan sering enggan untuk mengakuinya. Bahkan yang lebih buruk, atasan baru menggunakan usulan tersebut setelah terdapat kesalahan dan tidak mengakui bahwa itu adalah ide dari pegawainya. Bila atasan Anda tidak pernah mau disalahkan, lebih baik Anda mempertimbangkan untuk bekerja di tempat lain.

Tidak ingin menjadi atasan

Salah satu hal yang paling buruk adalah seorang atasan yang tidak ingin menjadi atasan. Perusahaan masih sering beranggapan pegawai dengan kinerja terbaik akan secara otomatis menjadi atasan. Kenyataannya, banyak pegawai yang sesungguhnya tidak ingin menjadi pemimpin.

Mereka cenderung lebih nyaman dengan pekerjaan lamanya karena sesuai dengan kepribadiannya. Namun, tidak dengan mengatur orang lain. Mereka sering menerima kenaikan jabatan ini karena peningkatan gaji dan status sosial. Jadi, mereka tidak peduli dengan bawahannya.

Mungkin atasan Anda terjebak dalam situasi ini. Pikirkanlah hal ini setiap kali Anda merasa tertekan dengan perilaku atasan Anda. Anda boleh saja membenci atasan, namun bagaimanapun sikap atasan, Anda harus tetap menjalin komunikasi dan bernegosiasi dengan atasan.

Claudia carla/Salary
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4443 seconds (0.1#10.140)