Pengobatan Kanker Makin Maju

Selasa, 13 Januari 2015 - 13:48 WIB
Pengobatan Kanker Makin Maju
Pengobatan Kanker Makin Maju
A A A
PERKEMBANGAN teknologi pengobatan telah membawa perubahan signifikan dalam penatalaksanaan kanker. Lebih dari separuh pasien kanker bisa tertahan hidup, setidaknya lima tahun sejak terdiagnosis.

Penyakit kanker telah menjadi persoalan dunia. Yang menjadi perhatian, sekitar 47% kasus kanker dan 55% kematian akibat kanker terjadi di negara berkembang. Situasi ini diperkirakan akan memburuk pada 2030 dan bisa berlanjut menjadi meningkat sebesar 81% jika tidak dilakukan upaya penanggulangan yang tepat. Namun, ilmu kedokteran secara perlahan dan pasti, berhasil menaklukkan ”serangan” sel kanker.

Berkat pengembangan konsep anti-angiogenesis, lebih dari separuh pasien kanker bisa tertahan hidup setidaknya lima tahun sejak terdiagnosis akibat kemajuan dalam pengobatan kanker tersebut. Konsep ini berkembang sejak Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Association/FDA) Amerika Serikat pertama kali menyetujui penggunaannya untuk pengobatan kanker usus besar atau kolorektal pada 2004.

Sejak itu, anti-angiogenesis terus diteliti dan dikembangkan untuk mengobati jenis kanker lainnya seperti kanker paru dan ovarium. Di Indonesia, pengobatan dengan konsep anti-angiogenesis telah tersedia di BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial). Pakar hematologi onkologi medik dari Rumah Sakit Kanker Dharmais Dr Ronald Hukom SpPD-KHOM menjelaskan, angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru dalam tubuh manusia, dan merupakan proses alamiah yang berperan penting dalam penyembuhan luka dan reproduksi.

Tubuh, lanjut dia, mengontrol proses angiogenesis dengan mempertahankan keseimbangan antara faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan penghambatannya dalam sel-sel sehat. Apabila keseimbangan ini terganggu, terjadi proses angiogenesis yang terlalu sedikit atau sebaliknya. Angiogenesis berperan penting dalam pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Pasokan darah diperlukan bagi tumor untuk tumbuh.

”Tumor bisa mendapatkan pasokan darah dengan cara mengeluarkan sinyal-sinyal kimia yang menyebabkan terjadinya angiogenesis,” kata Ronald dalam acara Media Health Forum bertema ”Ketika Sel Kanker Kelaparan: 10 tahun Inovasi Pengobatan Kanker dengan Konsep Angiogenesis oleh PT Roche Indonesia” di Jakarta, beberapa waktu lalu. Tumor, kata Ronald, juga dapat merangsang sel-sel normal di sekitarnya untuk menghasilkan molekul yang mengirim sinyal angiogenesis.

Pembuluh darah baru yang dihasilkan akan memberi makan sel tumor dengan oksigen dan nutrisi yang membuat sel kanker mendesak jaringan di sekitarnya, berkembang ke seluruh tubuh, dan membentuk koloni sel-sel kanker baru.

Kondisi inilah yang disebut metastasis. Pengobatan kanker dengan konsep anti-angiogenesis tidak langsung menyerang sel kanker, tetapi menyasar pembuluh darah yang dibutuhkan oleh sel kanker untuk tumbuh dan berkembang. Melalui cara ini, tumor tak dapat berkembang, bahkan mengecil jika pasokan darah dihentikan.

”Anti-angiogenesis termasuk golongan terapi target atau targeted therapy yang menggunakan obat-obatan untuk menghentikan tumor membentuk pembuluh darah baru. Tanpa pembuluh darah baru yang memasok nutrisi dan oksigen, tumor tak dapat tumbuh,” imbuhnya. Para ilmuwan telah menemukan beberapa jalur yang bisa menghambat pertumbuhan pembuluh darah dan masing-masing jalur ini dapat dikembangkan untuk menjadi sasaran terapi kanker.

Salah satu protein terpenting bagi pertumbuhan pembuluh darah baru adalah vascular endothelial growth factor (VEGF). Protein ini berikatan dengan protein yang disebut reseptor VEGF (VEGFR) dan mengirim sinyal untuk tumbuh dan membentuk pembuluh darah baru. Obat anti-angiogenesis Bevacizumab pertama kali disetujui oleh FDA di Amerika Serikat pada 2004.

Hingga kini, Bevacizumab merupakan obat biologi yang paling banyak digunakan untuk mengobati lebih dari 1,5 juta pasien di dunia dan telah mendapatkan persetujuan FDA untuk tujuh jenis kanker yaitu kanker payudara, kolorektal, paru, ginjal, otak, dan ovarium. Di Indonesia, terapi anti-angiogenesis yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk indikasi kanker kolorektal, payudara tipe tertentu, paru, dan ovarium.

Lebih lanjut Ronald mengatakan, hal terpenting yang harus diketahui oleh masyarakat adalah mengetahui faktor risiko, secara rutin melakukan deteksi dini dan segera berkonsultasi ke dokter jika menemukan tandatanda kanker. ”Saya harap masyarakat tidak lagi takut memeriksakan diri dengan ketersediaan akses terhadap layanan kesehatan melalui BPJS,” ujarnya.

Niken Wastu Palupi MKM, Kepala Subdit Penyakit Kanker Direktorat PPTM Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan mengemukakan, kanker tergolong dalam penyakit tidak menular. Pada kasus penyakit kanker, pemerintah melakukan tiga kegiatan utama, yaitu preventif, promotif, dan rehabilitatif.

Kegiatan preventif dilakukan untuk membantu mengendalikan faktor risiko terjadinya kanker, misalnya edukasi akan pentingnya deteksi dini. Kegiatan promotif antara lain edukasi mengenai pola makan sehat. Kemudian untuk kegiatan rehabilitatif, lebih ke arah paliatif, yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker stadium lanjut.

”Misalnya, bisa menyediakan home care yang bekerja sama dengan puskesmas. Terkait dengan akses, selain BPJS, kami juga menyediakan sistem rumah sakit rujukan regional yang diharapkan bisa memudahkan akses masyarakat, tanpa harus langsung merujuk ke rumah sakit pusat di mana dari segi jarak dan waktu tempuh bisa memakan waktu lama untuk pasien mendapatkan tindakan medis,” tuturnya.

Pada bagian lain, Lucia Erniawati, Head of Corporate Affairs and Access PT Roche Indonesia menjelaskan, sebagai perusahaan farmasi berbasis riset, Roche berkomitmen untuk terus mengembangkan solusi pengobatan yang lebih baik. Tugas selanjutnya mengupayakan agar inovasi tersebut dapat diakses oleh pasien di Indonesia yang membutuhkan.

Rendra hanggara
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6871 seconds (0.1#10.140)