Inovasi Parrot

Selasa, 20 Januari 2015 - 11:15 WIB
Inovasi Parrot
Inovasi Parrot
A A A
Sebagian mengenal mereka melalui produk komunikasi dan audio mobil aftermarket. Lainnya lebih akrab lewat drone mainan.

Di CES 2015, perusahaan asal Prancis bernama Parrot ini mengejutkan lewat berbagai inovasi yang mereka lakukan. Seperti apa? Jika industri pesawat tanpa awak (UAV) atau drone baru ramai pada 2014 silam, Parrot AR.Drone yang bisa dikendalikan oleh smartphone sudah diluncurkan sejak 2010. Itulah pionir drone untuk konsumen yang sudah memiliki kamera untuk merekam video dan memotret.

Hingga saat ini pun Parrot masih membuat drone. Model terbaru mereka, Parrot Bebop Drone, mendifinisikan ulang bagaimana sebuah drone yang begitu mudah digunakan, canggih, dan powerful. Yang menarik, sebenarnya Parrot bukanlah perusahaan yang mengkhususkan diri membuat drone. Ketika berdiri pada 1994, mereka lebih banyak bergerak dibidang komunikasi dan audio mobil.

Pendiri dan CEO Parrot Henri Seydoux, 54, mengatakan bahwa langkah perusahaannya untuk membuat drone adalah kebetulan dan ”jodoh”. ”Saya dijuluki orang gila oleh semua staff Parrot. Tidak ada satupun yang setuju akan ide saya untuk membuat drone,” katanya. Tapi, ide itupun dijalankan. 9 tahun lalu mereka mulai mengembangkan drone secara diam-diam.

Pada Januari 2010, akhirnya Parrot AR.Drone dikenalkan ke publik. Quadcopter tersebut menarik perhatian dan membuat orang terkejut karena cara mengendalikannya yang unik: melalui smartphone ataupun tablet dengan sistem operasi iOS atau Android. Ini adalah inovasi yang belum pernah dicoba sebelumnya.

Penjualan Parrot AR.Drone ternyata sangat baik. Bahkan mampu menyelamatkan perusahaan karena pemasukan mereka di industri automotif sedang lesu. Lalu, apakah Seydoux punya rencana besar terhadap ide gila membuat drone itu? Lagi-lagi ia menjawab santai: “Tidak. Waktu itu saya hanya ingin membuat drone mainan,” katanya.

Para Makers

Walau sudah berusia 20 tahun dan melantai di bursa saham Prancis, Parrot tetap mengusung identitas dan moto sebagai perusahaan startup. Karyawan mereka memiliki passion untuk menjadi makers. Engineer mereka memiliki kemampuan untuk mendesain chip sendiri bila diperlukan. Pada 2011 mereka mengakuisisi perusahaan chip asal Prancis diBcom yang menjadi aset besar bagi Parrot.

Kendati produk automotif, drone, dan berbagai perangkat yang terkoneksi ke internet terlihat tidak saling berhubungan, tapi Seydoux mengaku ketiganya memiliki benang merah yang sama. ”Di Parrot, apa yang kami buat selalu connected (terhubung). Kami membuat produk yang unik dan orginial, yang terhubung ke ponsel,” katanya.

Visi masa depan Seydoux itu sudah lama ada jauh sebelum istilah Internet of Things mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. Dan yang lebih penting adalah bagaimana Parrot bisa mendesain arsitektur software maupun hardware yang membuat produk mereka bisa dapat terhubung dengan baik ke smartphone. Ketika teknologi smartphone semakin canggih, maka produk buatan Parrot pun juga semakin canggih.

Danang Arradian
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5519 seconds (0.1#10.140)