Tren Ponsel Retro

Selasa, 20 Januari 2015 - 11:16 WIB
Tren Ponsel Retro
Tren Ponsel Retro
A A A
Ini benar-benar terjadi: ketika kualitas smartphone sudah semakin mendekati PC, ternyata sejumlah selebriti dan ikon fashion dunia justru kembali menggunakan ponsel retro yang seharusnya layak masuk museum.

Seperti apa? Ketika menonton pertandingan tenis U.S Open di New York pada September 2014 silam, pemimpin redaksi majalah Vogue Anna Wintour tampak sibuk mengutak-atik ponselnya. Ponsel yang dipegang wanita yang jadi inspirasi film Devils Wears Prada itu bukan iPhone 6 atau Samsung Galaxy Note 4 terbaru. Namun, sebuah ponsel bergaya flip (clamshell) warna hitam dengan layar hitam putih yang mungkin dirilis 10 tahun lalu.

Hanya ada satu alasan mengapa Anna Wintour yang memiliki kekayaan USD30 juta (Rp350 miliar) menggunakan ponsel jadul: identitas fashion. Dan Wintour, 64, ternyata tidak sendirian. Selebiritis kelas A Hollywood seperti Rihanna, Scarlett Johansson, serta Kate Beckinsale juga terlihat menggunakan ponsel flip bergaya lama. Benarkah ponsel retro kembali ngetren?

Di situs seperti Ebay, ternyata memang cukup banyak penjual yang memasang harga tinggi untuk ponsel-ponsel lama yang populer pada jamannya. Tapi, mengapa pasar para selebritis itu kembali memakai ponsel jadul disaat smartphone sudah secanggih komputer? Jawabannya tentu saja beragam. Ponsel retro memiliki keunggulannya sendiri.

Dari segi daya tahan baterai, misalnya, ponsel jadul bisa bertahan lebih dari beberapa hari tanpa harus di-charge, bahkan hingga sebulan dalam kondisi standby. Dari sisi komunikasi, para selebritis hanya perlu ponsel untuk berkomunikasi secara pribadi melalui SMS atau suara. Tidak menghabiskan waktunya untuk berjejaring sosial, browsing, atau berbagai hal lainnya. Bentuk ponsel retro pun memberikan daya tarik tersendiri.

Sederhana, ringan, kecil, dan mudah dibawa-bawa. Dan jika bicara soal daya tahan, rasanya ponsel retro yang memilki layar kecil dan komponen sederhana benar-benar tahan banting jika dibandingkan smartphone. Faktor lainnya adalah soal keamanan. Bisa jadi kesederhanaan dalam berkomunikasi ini akan menjauhkan mereka dari peretas seperti ketika gambar pribadi lebi dari 100 selebritis termasuk Jennifer Lawrence dan Kate Upton di iCloud diretas dan tersebar ke internet.

Selebirits seperti Miley Cyrus mengaku tidak ingin terlalu tergantung dengan teknologi. Terakhir, retro sendiri tidak pernah kehilangan pamor untuk dijadikan tren. Kamera Polaroid yang populer pada 1980-an, misalnya, dalam tiga tahun terakhir ini justru kebanjiran permintaan. Di era serbadiigital, ternyata ada kebutuhan untuk menghasilkan gambar dengan efek jadul dan mencetaknya di kertas foto.

Penyanyi seperti Lana Del Rey, misalnya, juga mengaku sangat mengidolakan kamera polaroid. Di Indonesia, tidak sedikit orang yang menggemari ponsel retro. Bahkan, para pecinta ponsel jadul tersebut memiliki komunitas yang disebut Joker (Jadoel Oenik Keren). Para anggotanya umumnya tertarik dengan ponsel jadul untuk mengoleksi seri tertentu.

Misalnya ponsel dengan antena, seri ponsel yang sangat populer pada jamannya, dan masih banyak lagi. Bahkan, penjual ponsel jadul pun banyak sekali ditemukan di berbagai toko online seperti Kaskus. Dan ini pun terjadi juga di negara maju seperti Prancis. ”Kalau sudah suka, para pehobi berani bayar mahal,” ujar Djassem Haddad, pendiri situs vintagemobile.fr yang sudah beroperasi sejak 2009.

Menurutnya, ponsel-ponsel jadul bisa dihargai sangat mahal. Terutama model yang dicetak terbatas pada masanya dan susah ditemukan. Misalnya saja Nokia 8800 Arte Gold yang disitusnya dibanderol dengan harga mencapai USD1,360. Tahun lalu, ada juga yang menjual iPhone 2G di situsnya dengan banderol USD2,190.

Danang Arradian
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8853 seconds (0.1#10.140)