Desain Fasad Undang Selera
A
A
A
Selain lokasi, aksesibilitas, kualitas lingkungan, spesifikasi bahan bangunan hingga harga, desain fasad pun bisa mengundang selera konsumen untuk membeli rumah.
Membeli rumah ternyata bukan hanya terdorong oleh lokasi yang strategis, harga yang bersaing, serta tata letak ruang yang modern.
Fasad atau wajah rumah pun bisa menjadi bagian penting pada saat memutuskan membeli rumah. Maklum, fasad dinilai bisa menguatkan citra dan identitas pemilik rumah. Unsur estetikanya dapat memberi nilai lebih karya arsitektur rumah tersebut.
Selain lokasi, harga, dan desain tata letak rumah, faktor fasad juga sangat berpengaruh dalam mendongkrak penjualan rumah. Pengaruh fasad terhadap penjualan rumah juga ternyata mendorong konsumen dalam menentukan huniannya. “Awalnya konsumen pasti melihat rumah dari fasadnya,” kata Budi Setiawan arsitek dari Legenda Wisata Cibubur.
Hal senada pun datang dari Edi Kreshna, direktur perencanaan pakuan Regency Bogor. Dia mengatakan, saat ini tren fasad yang minimalis, modern, dan berkelas sangat dicari, bahkan pembeli biasanya tertarik pada model fasadnya dulu, baru kemudian ke organisasi ruang di dalamnya. Sementara itu, Eded Wahyudi, senior arsitek Summarecon Serpong, Tangerang, mengatakan, pihaknya selalu minimal membuat dua rumah contoh (show unit) sebelum konsumen benar-benar memilihnya.
Ketika konsumen berkomentar tentang desain atau model, mereka bisa dengan sendirinya memodifikasinya. Maka itu, tidak ada desain rumah yang betul-betul baru . “Semuanya modifikasi atau varian dari gaya desain rumah yang sebelumnya sukses di pasaran,” lanjutnya. Faktor selera konsumen tentu berbeda- beda ketika memilih rumah dengan asumsi fasad mana saja yang mengundang simpati. Apalagi, kecenderungan konsumen lebih banyak menekankan fasad sebagai sesuatu yang menguatkan citra dan identitas sebuah bangunan.
Coba saja kita telusuri berbagai fasad yang ditentukan di berbagai proyek properti yang ada. Semua lebih banyak menyesuaikannya dengan tema yang diusung oleh propertinya. Selain itu, faktor fasad pula yang memberikan kekhasan tersendiri bagi pemilik rumah sehingga fasad menjadi ciri untuk mengenal siapa pengembang propertinya. Lantas, pengembang mana saja yang lebih menonjolkan fasad sebagai ciri utama proyek propertinya?
Sejatinya, secara kasatmata bisa dilihat saat mereka menawarkan proyek propertinya. Ambil contoh, pengembang yang menawarkan rumah bergaya minimalis. Warna fasadnya kebanyakan menggunakan warna-warna gradasi antara putih menuju hitam seperti batu candi, andesit, paras, maupun batu tempel. Sementara pola maupun bentuk yang dipilih cenderung yang berpola horizontal maupun vertikal seperti penggunaan batu alam yang dipotong dengan mesin.
Ataupun penggunaan beton yang diberi alur garis lurus. Selain itu, pengembang yang menawarkan rumah minimalis juga tidak banyak bermain dengan pengolahan bentuk, namun menekankan pada gaya atau bidang-bidang dan penggunaan kombinasi antara material dan tekstur. Pendeknya, kehadiran fasad bisa mengundang selera konsumen untuk membeli hunian sesuai keinginannya. Bagaimana dengan Anda?
Aprilia s andyna
Membeli rumah ternyata bukan hanya terdorong oleh lokasi yang strategis, harga yang bersaing, serta tata letak ruang yang modern.
Fasad atau wajah rumah pun bisa menjadi bagian penting pada saat memutuskan membeli rumah. Maklum, fasad dinilai bisa menguatkan citra dan identitas pemilik rumah. Unsur estetikanya dapat memberi nilai lebih karya arsitektur rumah tersebut.
Selain lokasi, harga, dan desain tata letak rumah, faktor fasad juga sangat berpengaruh dalam mendongkrak penjualan rumah. Pengaruh fasad terhadap penjualan rumah juga ternyata mendorong konsumen dalam menentukan huniannya. “Awalnya konsumen pasti melihat rumah dari fasadnya,” kata Budi Setiawan arsitek dari Legenda Wisata Cibubur.
Hal senada pun datang dari Edi Kreshna, direktur perencanaan pakuan Regency Bogor. Dia mengatakan, saat ini tren fasad yang minimalis, modern, dan berkelas sangat dicari, bahkan pembeli biasanya tertarik pada model fasadnya dulu, baru kemudian ke organisasi ruang di dalamnya. Sementara itu, Eded Wahyudi, senior arsitek Summarecon Serpong, Tangerang, mengatakan, pihaknya selalu minimal membuat dua rumah contoh (show unit) sebelum konsumen benar-benar memilihnya.
Ketika konsumen berkomentar tentang desain atau model, mereka bisa dengan sendirinya memodifikasinya. Maka itu, tidak ada desain rumah yang betul-betul baru . “Semuanya modifikasi atau varian dari gaya desain rumah yang sebelumnya sukses di pasaran,” lanjutnya. Faktor selera konsumen tentu berbeda- beda ketika memilih rumah dengan asumsi fasad mana saja yang mengundang simpati. Apalagi, kecenderungan konsumen lebih banyak menekankan fasad sebagai sesuatu yang menguatkan citra dan identitas sebuah bangunan.
Coba saja kita telusuri berbagai fasad yang ditentukan di berbagai proyek properti yang ada. Semua lebih banyak menyesuaikannya dengan tema yang diusung oleh propertinya. Selain itu, faktor fasad pula yang memberikan kekhasan tersendiri bagi pemilik rumah sehingga fasad menjadi ciri untuk mengenal siapa pengembang propertinya. Lantas, pengembang mana saja yang lebih menonjolkan fasad sebagai ciri utama proyek propertinya?
Sejatinya, secara kasatmata bisa dilihat saat mereka menawarkan proyek propertinya. Ambil contoh, pengembang yang menawarkan rumah bergaya minimalis. Warna fasadnya kebanyakan menggunakan warna-warna gradasi antara putih menuju hitam seperti batu candi, andesit, paras, maupun batu tempel. Sementara pola maupun bentuk yang dipilih cenderung yang berpola horizontal maupun vertikal seperti penggunaan batu alam yang dipotong dengan mesin.
Ataupun penggunaan beton yang diberi alur garis lurus. Selain itu, pengembang yang menawarkan rumah minimalis juga tidak banyak bermain dengan pengolahan bentuk, namun menekankan pada gaya atau bidang-bidang dan penggunaan kombinasi antara material dan tekstur. Pendeknya, kehadiran fasad bisa mengundang selera konsumen untuk membeli hunian sesuai keinginannya. Bagaimana dengan Anda?
Aprilia s andyna
(ars)