Irit dan Bertenaga

Kamis, 22 Januari 2015 - 10:44 WIB
Irit dan Bertenaga
Irit dan Bertenaga
A A A
PERUSAHAAN gas negara (PGN) mengajak KORAN SINDO menguji dua mobil berbahan bakar compressed natural gas (CNG) milik mereka. Seperti apa performa dan durabilitasnya?

Bayangkan perasaan Anda saat mengemudikan sebuah mobil yang di belakangnya ada sebuah tabung gas? Mungkin perasaan deg-degan muncul di sudut-sudut kepala Anda. Hal itulah yang KORAN SINDO rasakan ketika diajak oleh PGN menguji mobil-mobil berbahan bakar CNG, Kamis (15/1).

”Jangan nge -rokok ya Mas di dalam mobil,” ujar salah satu staf PGN. Saya memang tidak merokok, tapi permintaan itu justru membuat saya penasaran. Rokok, api, dan tabung gas, sebuah kombinasi yang mengerikan. Rasa khawatir itu justru baru hilang setelah mendengarkan penjelasan Ridha Ababil, Vice President Corporate Communication PGN mengenai bahan bakar CNG.

”CNG itu sangat aman karena lebih ringan dari udara. Kalau ada kebocoran dia langsung menguap. Perlu saya tekankan mobil CNG ini sangat aman. Tidak ada peristiwa merugikan terjadi karena teknologi ini yang terjadi justru karena kurangnya perawatan,” ujarnya. Begitu dijelaskan, saya pun tersenyum simpul ketika diberikan kunci Toyota Camry 2.5 V produksi 2013 dengan transmisi otomatis.

Setidaknya, mobil ini lebih keren dibandingkan empat mobil lainnya, yakni 2 Toyota Innova dan 2 Daihatsu Terios. Saya pun bergegas mengisi tabung gas berukuran 20 liter yang ada di bagasi mobil. Keberadaan tabung gas di bagasi memang membuat muatan bagasi jadi berkurang. Jangan berharap menaruh tas golf Anda di bagasi ini karena pasti tidak muat. Sesi pengisian bahan bakar CNG sangat menarik dilakukan.

Cukup kaget karena harga per liternya Rp3.100. Tidak sampai Rp100.000 untuk membuat tabung gas itu terisi penuh. Semakin menarik ketika dikatakan dengan tabung gas terisi penuh maka jarak yang ditempuh bisa mencapai 220 kilometer.

Belum lagi dikombinasikan dengan bahan bakar minyak yang memang masih bisa digunakan. Ya, kelima mobil ini memang masih dual fuel . Jadi ibarat hybrid , ketika bahan bakar gas habis, pembakaran konvensional pun bisa dijalankan. Hal tersebut bisa dimonitor lewat sebuah tombol kotak yang diletakkan di bagian belakang palang kemudi.

Di tombol tersebut terdapat status yang menginformasikan ketersediaan bahan bakar gas. Begitu perjalanan pengujian dimulai menuju Ancol, Jakarta Utara, saya cukup terkejut dengan performa mobil ini. Tidak ada yang berbeda dengan Toyota Camry yang pernah saya coba. Rute yang ditempuh dari Ketapang, Jakarta Pusat ke Ancol, Jakarta Utara, memang tidak begitu jauh.

Alhasil, lima bar status yang ada di tombol kontrol tidak turun sama sekali. Entah karena irit atau karena rutenya tidak terlalu jauh. Sedikit perbedaan terjadi ketika KORAN SINDO bertukar mobil dengan Daihatsu Terios. Ketika mobil dijalankan, pengalaman berbeda didapatkan. Performa mobil ini sedikit tersendat. Bahkan lag antara pedal gas dan kecepatan mobil kerap terjadi.

Hanya, Budi Prijanto Soesilo, staf ahli GAIKINDO yang dijadikan narasumber dalam pengujian mobil tersebut memiliki jawabannya. Mobil berbahan bakar gas memang memerlukan tuning yang tepat untuk menjaga performanya. Kemungkinan besar tuning yang dilakukan di Daihatsu Terios dan Toyota Camry memang berbeda. Alhasil, Daihatsu Terios kurang begitu baik dari segi performa.

”Mungkin memang converter kit -nya belum di-tuning . Kalau saya rasakan mobil gas ketika di Jepang. Sensasinya sama sekali tidak ada bedanya dengan mobil bensin, karena memang butuh tuning yang pas,” kata Budi.

Penjelasan ini cukup masuk akal, karena meskipun CNG diklaim lebih bersih dan punya oktan setara dengan 120, tetap saja karakter jenis bahan bakar yang semua cair menjadi gas, butuh penyesuaian lagi.

Wahyu sibarani
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1656 seconds (0.1#10.140)