Menikmati Lunaknya Ikan Bader Mangut ala Mbah Juri
A
A
A
YOGYAKARTA - Bertandang ke Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), rasanya tak lengkap jika tak mencicipi sedapnya kopi Menoreh. Tapi, selain kopi ini, tak ada salahnya mencoba merasakan sensasi kuliner ikan bader lunak khas Sungai Progo.
Ikan bader atau ikan putihan banyak ditemukan di sungai-sungai kawasan Jawa, terutama di daerah Yogyakarta. Bentuknya mirip ikan tawes, tapi ada sedikit warna merah di bagian ujung siripnya.
Untuk bisa menikmati santapan lezat dari ikan ini, Anda bisa mampir ke Rumah Makan Mbah Juri. Tempat makan ini telah dibuka sejak 2008 dan beroperasi dari pukul 09.00—18.00 WIB. Lokasinya berada di sebelah barat Balai Desa Banjaroyo, arah tempat wisata ziarah Sendang Sono.
Beragam sajian olahan ikan air tawar tersedia di tempat ini. Khususnya ikan bader, ikan tawes, dan ikan melem yang berukuran panjang. Yang menarik, ikan-ikan tersebut dimasak hingga lunak dengan cara tradisional dan alami. Menggunakan tungku tanah liat dan kayu bakar, ikan ini diolah selama 6—24 jam. Proses memasak pun dilakukan tanpa melibatkan presto atau penambahan bahan kimia.
"Masak sendiri, dan bertahan pakai tungku dan kayu bakar. Kalau pakai gas boros dan nggak bisa selunak itu. Sudah pernah coba sebelumnya," ujar Mbah Ngadinah, 64, Pengelola Rumah Makan Mbah Juri.
Wanita yang akrab disapa dengan Mbah Juri (dari nama suami Jurianto) itu mengatakan, ikan khas Sungai Progo ini memiliki rasa dan tekstur yang berbeda dibandingkan ikan dari sungai lainnya. Lagipula, daripada digoreng atau dibakar, ikan ini paling cocok dimasak dengan bumbu mangut atau diberi bumbu rempah.
"Itu saya masak dengan bumbu mangut, seperti kencur, jahe, brambang (bawang merah), bawang (putih), cabai, kunyit, daun jeruk, kemiri, serai, tambah gula sedikit. Kalau sudah lunak, diberi santan. Masak cepat enam jam, dan kalau masak santai semalaman biar tambah lunak," ujar dia.
Sajian olahan ikan ini paling cocok disantap dengan sayur daun singkong, pepaya, buntil, gudeg, hingga sambal goreng kentang sebagai pelengkap. Tidak ketinggalan pula lauk pauk lainnya seperti ayam bumbu bacem, tempe dan tahu terik (tempe dan tahu yang diungkep dengan santan dan bumbu-bumbu), serta tahu telur dan telur ceplok.
Tapi, di antara menu pendamping itu, sayur lodeh lompong khas Kulonprogo adalah andalan rumah makan ini. Sayuran yang dimasak dari tanaman keladi lompong ini hanya bisa ditemui di musim hujan. Jadi, jika Anda beruntung, maka Anda bisa menikmati santapan ini di rumah makan Mbah Juri.
Untuk mengolah dan menghilangkan rasa gatal pada tanaman ini tidaklah sulit. Cukup direbus dalam air mendidih selama setengah jam, ditiriskan lalu masak dengan bumbu cabai, bawang merah dan putih, kemiri, rese, daun salam, gula, dan santan, maka jadilah sayur penggugah selera ini.
"Khas Mbah Juri memang masak sayur lodeh lompong, dan buntil yang gunakan daun keladi. Dalamnya berisi kelapa muda, teri, brambang, bawang, cabai, sedikit gula. Lalu untuk kuah santannya pakai kencur, brambang, bawang, kemiri, cabai, daun jeruk, dan gula," urai ibu dari tiga anak ini.
Untuk bisa menikmati menu-menu ini, Anda tak perlu merogoh koceh dalam-dalam. Cukup dengan Rp15.000—20.000, Anda sudah bisa menikmati satu porsi menu yang terdiri atas nasi, sayur, ikan, dan minuman. Bagi yang ingin menikmati sajian ikan saja juga bisa. Hanya dengan Rp75.000 per kg, Anda bisa menikmati 6—7 ekor ikan yang telah diolah.
Ikan bader atau ikan putihan banyak ditemukan di sungai-sungai kawasan Jawa, terutama di daerah Yogyakarta. Bentuknya mirip ikan tawes, tapi ada sedikit warna merah di bagian ujung siripnya.
Untuk bisa menikmati santapan lezat dari ikan ini, Anda bisa mampir ke Rumah Makan Mbah Juri. Tempat makan ini telah dibuka sejak 2008 dan beroperasi dari pukul 09.00—18.00 WIB. Lokasinya berada di sebelah barat Balai Desa Banjaroyo, arah tempat wisata ziarah Sendang Sono.
Beragam sajian olahan ikan air tawar tersedia di tempat ini. Khususnya ikan bader, ikan tawes, dan ikan melem yang berukuran panjang. Yang menarik, ikan-ikan tersebut dimasak hingga lunak dengan cara tradisional dan alami. Menggunakan tungku tanah liat dan kayu bakar, ikan ini diolah selama 6—24 jam. Proses memasak pun dilakukan tanpa melibatkan presto atau penambahan bahan kimia.
"Masak sendiri, dan bertahan pakai tungku dan kayu bakar. Kalau pakai gas boros dan nggak bisa selunak itu. Sudah pernah coba sebelumnya," ujar Mbah Ngadinah, 64, Pengelola Rumah Makan Mbah Juri.
Wanita yang akrab disapa dengan Mbah Juri (dari nama suami Jurianto) itu mengatakan, ikan khas Sungai Progo ini memiliki rasa dan tekstur yang berbeda dibandingkan ikan dari sungai lainnya. Lagipula, daripada digoreng atau dibakar, ikan ini paling cocok dimasak dengan bumbu mangut atau diberi bumbu rempah.
"Itu saya masak dengan bumbu mangut, seperti kencur, jahe, brambang (bawang merah), bawang (putih), cabai, kunyit, daun jeruk, kemiri, serai, tambah gula sedikit. Kalau sudah lunak, diberi santan. Masak cepat enam jam, dan kalau masak santai semalaman biar tambah lunak," ujar dia.
Sajian olahan ikan ini paling cocok disantap dengan sayur daun singkong, pepaya, buntil, gudeg, hingga sambal goreng kentang sebagai pelengkap. Tidak ketinggalan pula lauk pauk lainnya seperti ayam bumbu bacem, tempe dan tahu terik (tempe dan tahu yang diungkep dengan santan dan bumbu-bumbu), serta tahu telur dan telur ceplok.
Tapi, di antara menu pendamping itu, sayur lodeh lompong khas Kulonprogo adalah andalan rumah makan ini. Sayuran yang dimasak dari tanaman keladi lompong ini hanya bisa ditemui di musim hujan. Jadi, jika Anda beruntung, maka Anda bisa menikmati santapan ini di rumah makan Mbah Juri.
Untuk mengolah dan menghilangkan rasa gatal pada tanaman ini tidaklah sulit. Cukup direbus dalam air mendidih selama setengah jam, ditiriskan lalu masak dengan bumbu cabai, bawang merah dan putih, kemiri, rese, daun salam, gula, dan santan, maka jadilah sayur penggugah selera ini.
"Khas Mbah Juri memang masak sayur lodeh lompong, dan buntil yang gunakan daun keladi. Dalamnya berisi kelapa muda, teri, brambang, bawang, cabai, sedikit gula. Lalu untuk kuah santannya pakai kencur, brambang, bawang, kemiri, cabai, daun jeruk, dan gula," urai ibu dari tiga anak ini.
Untuk bisa menikmati menu-menu ini, Anda tak perlu merogoh koceh dalam-dalam. Cukup dengan Rp15.000—20.000, Anda sudah bisa menikmati satu porsi menu yang terdiri atas nasi, sayur, ikan, dan minuman. Bagi yang ingin menikmati sajian ikan saja juga bisa. Hanya dengan Rp75.000 per kg, Anda bisa menikmati 6—7 ekor ikan yang telah diolah.
(alv)