Waspada Obesitas Usia Dini
A
A
A
PENELITIAN di Amerika mengungkapkan, makanan cepat saji dan kemasan untuk balita mengandung kadar gula dan garam yang tinggi. Inilah salah satu pencetus obesitas usia dini.
Ketika para orang tua tergesa-gesa untuk menyiapkan makanan untuk anak mereka yang masih balita, banyak orang tua yang memilih makanan kemasan dengan alasan lebih praktis. Sebuah penelitian menemukan, kebanyakan makanan kemasan untuk balita berusia 1 hingga 3 tahun yang beredar di pasaran mengandung garam dan gula tambahan dalam kadar yang tinggi.
Penelitian yang diterbitkan Jurnal Pediatric pada Senin (2/2), menemukan fakta, 72% dari makanan instan mengandung sodium yang jauh melebihi batas kandungan yang telah direkomendasikan. “Beberapa makanan mengandung kadar gula dan garam yang sama seperti yang ditemui dalam makanan orang dewasa,” kata Mary Cogswell, seorang asisten peneliti sekaligus ilmuwan senior dari divisi penyakit jantung dan pencegahan stroke di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC/Centers for Disease Control and Prevention).
Misalnya dalam kategori makanan ringan, rata-rata konsentrasi sodium atau jumlah sodium per 100 gram akan sama jumlahnya dengan yang terkandung dalam makanan ringan, seperti snack keripik kentang biasanya. Temuan ini tentu saja sangat memprihatinkan.
Cogswell mengatakan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak anak yang selera mereka telah dibentuk terlalu dini untuk konsumsi makanan sejenis ini. Jika dari kecil mereka sudah terbiasa dengan makanan yang banyak terkandung gula dan garam, kebiasaan ini akan terbawa sampai mereka dewasa.
Dalam penelitian ini, para peneliti telah mengumpulkan data terkait kandungan makanan untuk bayi dan balita yang dijual di beberapa penjual daerah Atlanta (Kroger, Publix, Target, Costco, dan Walmart) dan dari Pusat Data NutrisiGladson (Gladson Nutrition Database), sebuah pusat informasi makanan dalam kemasan. Penelitian ini mengecualikan penelitiannya pada susu formula bayi, susu, yoghurt, serta jus buah dan sayur tanpa gula tambahan.
Hasilnya, peneliti mengumpulkan sebanyak 1.074 produk. Berita baiknya, Cogswell menjelaskan, makanan tersebut yang beredar di pasaran sebagian besar mengandung garam dan gula tambahan dalam kadar rendah. Sekitar 657 produk makanan bayi, ditemukan 655 jenis makanan mengandung kurang dari 140 miligram garam tiap porsinya, yang mana kadar tersebut masih di bawah sebagaimana yang telah direkomendasikan label makanan dari Food and Drug Administration (FDA).
Sebagian besar produk makanan bayi menghindari penggunaan gula tambahan, dengan pengecualian makanan dengan campuran biji-bijian dan buah yang siap saji. Lebih dari setengahnya (sekitar 52%) dari campuran tersebut terkandung setidaknya satu jenis gula tambahan. Sekitar 44% dari produk tersebut mengandung lebih dari 35% kalori dari gula. Kondisi nutrisi bagi balita kian hari kian mengkhawatirkan.
Baik makanan pokok maupun makanan ringan kemasan untuk balita telah banyak mengandung kadar garam yang tinggi. Penelitian terhadap makanan ringan untuk balita menemukan, rata-rata konsentrasi sodium yang terkandung itu sekitar 496 miligram per 100 gram dari komposisi makanan. Yang lebih mengejutkan lagi, Cogswell menambahkan, mayoritas makanan pokok serta makanan ringan untuk balita juga mengandung gula tambahan.
Pemanis buatan ini banyak ditemui dalam makanan yang justru rasanya yang tidak manis di lidah, seperti makaroni dan keju kemasan, atau ayam dalam kemasan atau makanan berpasta. Memang balita akan cenderung memilih makan makanan yang lezat seperti yang rasanya yang manis dan asin. Namun, Cogswell menekankan untuk tetap memberikan makanan sehat kepada anak.
“Hasil penelitian menunjukkan, jika orang tua menyajikan makanan sehat seperti buah dan sayur, setidaknya hingga delapan kali berturut-turut, anak-anak akan cenderung membentuk selera makanan mereka terhadap makanan tersebut,” ungkapnya. Orang tua kini harus lebih berhatihati melihat kandungan nutrisi dalam makanan karena tidak semua makanan dalam kemasan disajikan dengan kandungan yang sama.
“Di antara makanan balita, kami menemukan variasi yang lebih banyak terhadap jumlah sodium tiap porsinya, ini sekitar 100 miligram per porsi sampai 905 miligram per porsi,” kata Cogswell. Temuan kadar gula bisa saja lebih sulit diketahui karena gula tambahan yang ditulis dalam label makanan sering menggunakan nama yang bervariasi. Kita bisa lihat dari kemasan sirup, dekstrosa, glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, trehalosa, konsentrat jus, tebu, malt, maltosa, atau turbinado.
Sekitar 74% dari kasus tersebut ditemukan bahwa jenis gula tambahan tersebut biasanya akan ditulis pada empat urutan pertama dalam daftar komposisi yang tertulis pada tiap kemasan makanan.
Larissa huda
Ketika para orang tua tergesa-gesa untuk menyiapkan makanan untuk anak mereka yang masih balita, banyak orang tua yang memilih makanan kemasan dengan alasan lebih praktis. Sebuah penelitian menemukan, kebanyakan makanan kemasan untuk balita berusia 1 hingga 3 tahun yang beredar di pasaran mengandung garam dan gula tambahan dalam kadar yang tinggi.
Penelitian yang diterbitkan Jurnal Pediatric pada Senin (2/2), menemukan fakta, 72% dari makanan instan mengandung sodium yang jauh melebihi batas kandungan yang telah direkomendasikan. “Beberapa makanan mengandung kadar gula dan garam yang sama seperti yang ditemui dalam makanan orang dewasa,” kata Mary Cogswell, seorang asisten peneliti sekaligus ilmuwan senior dari divisi penyakit jantung dan pencegahan stroke di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC/Centers for Disease Control and Prevention).
Misalnya dalam kategori makanan ringan, rata-rata konsentrasi sodium atau jumlah sodium per 100 gram akan sama jumlahnya dengan yang terkandung dalam makanan ringan, seperti snack keripik kentang biasanya. Temuan ini tentu saja sangat memprihatinkan.
Cogswell mengatakan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak anak yang selera mereka telah dibentuk terlalu dini untuk konsumsi makanan sejenis ini. Jika dari kecil mereka sudah terbiasa dengan makanan yang banyak terkandung gula dan garam, kebiasaan ini akan terbawa sampai mereka dewasa.
Dalam penelitian ini, para peneliti telah mengumpulkan data terkait kandungan makanan untuk bayi dan balita yang dijual di beberapa penjual daerah Atlanta (Kroger, Publix, Target, Costco, dan Walmart) dan dari Pusat Data NutrisiGladson (Gladson Nutrition Database), sebuah pusat informasi makanan dalam kemasan. Penelitian ini mengecualikan penelitiannya pada susu formula bayi, susu, yoghurt, serta jus buah dan sayur tanpa gula tambahan.
Hasilnya, peneliti mengumpulkan sebanyak 1.074 produk. Berita baiknya, Cogswell menjelaskan, makanan tersebut yang beredar di pasaran sebagian besar mengandung garam dan gula tambahan dalam kadar rendah. Sekitar 657 produk makanan bayi, ditemukan 655 jenis makanan mengandung kurang dari 140 miligram garam tiap porsinya, yang mana kadar tersebut masih di bawah sebagaimana yang telah direkomendasikan label makanan dari Food and Drug Administration (FDA).
Sebagian besar produk makanan bayi menghindari penggunaan gula tambahan, dengan pengecualian makanan dengan campuran biji-bijian dan buah yang siap saji. Lebih dari setengahnya (sekitar 52%) dari campuran tersebut terkandung setidaknya satu jenis gula tambahan. Sekitar 44% dari produk tersebut mengandung lebih dari 35% kalori dari gula. Kondisi nutrisi bagi balita kian hari kian mengkhawatirkan.
Baik makanan pokok maupun makanan ringan kemasan untuk balita telah banyak mengandung kadar garam yang tinggi. Penelitian terhadap makanan ringan untuk balita menemukan, rata-rata konsentrasi sodium yang terkandung itu sekitar 496 miligram per 100 gram dari komposisi makanan. Yang lebih mengejutkan lagi, Cogswell menambahkan, mayoritas makanan pokok serta makanan ringan untuk balita juga mengandung gula tambahan.
Pemanis buatan ini banyak ditemui dalam makanan yang justru rasanya yang tidak manis di lidah, seperti makaroni dan keju kemasan, atau ayam dalam kemasan atau makanan berpasta. Memang balita akan cenderung memilih makan makanan yang lezat seperti yang rasanya yang manis dan asin. Namun, Cogswell menekankan untuk tetap memberikan makanan sehat kepada anak.
“Hasil penelitian menunjukkan, jika orang tua menyajikan makanan sehat seperti buah dan sayur, setidaknya hingga delapan kali berturut-turut, anak-anak akan cenderung membentuk selera makanan mereka terhadap makanan tersebut,” ungkapnya. Orang tua kini harus lebih berhatihati melihat kandungan nutrisi dalam makanan karena tidak semua makanan dalam kemasan disajikan dengan kandungan yang sama.
“Di antara makanan balita, kami menemukan variasi yang lebih banyak terhadap jumlah sodium tiap porsinya, ini sekitar 100 miligram per porsi sampai 905 miligram per porsi,” kata Cogswell. Temuan kadar gula bisa saja lebih sulit diketahui karena gula tambahan yang ditulis dalam label makanan sering menggunakan nama yang bervariasi. Kita bisa lihat dari kemasan sirup, dekstrosa, glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, trehalosa, konsentrat jus, tebu, malt, maltosa, atau turbinado.
Sekitar 74% dari kasus tersebut ditemukan bahwa jenis gula tambahan tersebut biasanya akan ditulis pada empat urutan pertama dalam daftar komposisi yang tertulis pada tiap kemasan makanan.
Larissa huda
(ftr)