Valentine
A
A
A
esok, hari Valentine , hari yang katanya penuh cinta dan kasih sayang. Ada yang pro, ada yang kontra, dan ada yang menganggapnya haram. Bukan itu sih bahasan kita hari ini.
Buat saya pribadi, Valentine merupakan salah satu hari yang paling komersial setelah Lebaran, Tahun Baru, dan Natal, serta jadi momen yang dimanfaatkan para peritel untuk mendulang keuntungan sebesar-besarnya pada bulan Februari. Apalagi tahun ini hari cantik ini jatuhnya hari Sabtu, seru banget kan!
Bagaimana tidak komersial, harga sebatang bunga mawar segar berwarna pink mendadak menjadi Rp50.000 per batang , harga sekeping kecil cokelat home made berbentuk hati Rp100.000 dan harga sekeping butter cookies berbentuk hati berbalut gula berwarna pink, Rp35.000.
Seminggu ini saya juga kebanjiran e-mail penawaran dinner di fine dining restaurant ternama dan weekend gateaway package di berbagai hotel berbintang lima bernuansa Valentine yang harganya jadi jauh lebih mahal daripada biasanya dan penawaran paket tiket buat berdua dari sebuah penerbangan bintang lima.
Sepertinya Valentine jadi hari paling seru sedunia buat pasangan yang lagi “lope-lope” istilah seru di kalangan perempuan-perempuan sekarang. Buat saya, ada fenomena yang jauh lebih seru dari “template” Valentine yang biasa akhir-akhir ini.
Jika zamannya ibu saya pacaran, perempuan tabu mentraktir pasangannya atau pacarnya di restoran mahal, tabu membelikan hadiah-hadiah mewah buat pacarnya, dan rasanya tidak mungkin membelikan bunga buat pacarnya. Itu karena memang “katanya” jatahnya lakilaki yang membelikan bunga buat pacarnya, sekarang semua template itu sudah dianggap usang.
Kemandirian finansial perempuan modern akhir-akhir ini membuat semua itu berubah dan ada fenomena yang jauh lebih seru. Cinta ternyata memang terbukti tidak hanya dapat meluluhkan hati, tapi juga dompet. Belum lama ini saya ngobrol sambil duduk-duduk cantik bersama sahabat-sahabat saya di sebuah kafe yang lagi hits banget di Jakarta.
Padahal, makanannya sih sebenarnya biasa banget. Sahabat-sahabat saya yang cantik ini, entah siapa yang memulai duluan, tiba-tiba membahas soal memanjakan pacar atau pasangan masing-masing. Adalah hal yang biasa buat mereka, membelikan pasangannya hadiah tas kerja, high end brand dari Paris, sabuk berlogo huruf H yang harganya rasanya buat orang kebanyakan cukup buat bayar DP motor.
Salah satu sahabat saya juga cerita sudah jauh-jauh hari booking , dan dia yang bayar paket weekend gateaway pada hari Valentine di sebuah resor di Lombok untuk pacarnya, seorang dokter spesialis. Saat lagi serunya inden smartphone termahal, beberapa teman saya selalu inden untuk dua paket biar kembaran sama pacarnya, katanya dengan enteng sambil tertawa renyah.
Coba deh sesekali Anda main dan duduk mengamati selama beberapa jam di butik high end yang hanya menjual barang-barang fashion mewah untuk laki-laki. Pasti Anda akan melihat pemandangan perempuan cantik, keren berbusana kerja bermerek ternama yang sibuk mencari hadiah kecil buat pasangan atau pacarnya, baik sekadar dasi, dompet atau bahkan jaket kulit dari Italia seharga puluhan juta rupiah.
Padahal, bukan buat hadiah ulang tahun loh, hanya untuk menunjukkan rasa sayang mereka terhadap pasangannya. Membelikan hadiah-hadiah mahal, rasanya sekarang jadi bentuk romantisme baru di kalangan perempuan modern dan bahkan jadi kebanggaan tersendiri buat diceritakan saat duduk-duduk cantik bersama sahabatsahabat.
Bahkan, ada juga loh teman saya yang hobi banget membelikan pacarnya hadiah-hadiah kecil, yang harganya tidak kecil pastinya, sebelum diberikan kepada yang bersangkutan di-share dulu ke grup BlackBerry Messenger , lalu diunggah ke media sosial, seperti biasa sih pamer.
Adalah hal yang biasa di zaman sekarang, perempuan yang lebih seru mengajak pasangannya liburan dari menghabiskan cuti tahunan, memanfaatkan momen hari kejepit nasional sampai sekadar iseng-iseng bolos karena butuh angin segar setelah semua kepenatan kantor menghabiskan energi. Mereka sama sekali tidak pernah tuh berharap dibayari sama pasangannya.
Gengsi banget kata mereka. Sambil bercanda, mereka pernah bilang kalau lakilaki itu tahu banget kita ngarep apalagi minta-minta, jadi “besar kepala” dan “bertingkah banget”. Kalau kita ada, buat apa ngarep kata mereka. Maaf ya, buat para pria, tapi ini kenyataan lho. Termasuk kenyataan bahwa sekarang, banyak banget perempuan cantik yang tidak lagi identik dengan isu otaknya kosong.
Perempuan-perempuan cantik sekarang, banyak banget yang sangat terpelajar, punya pekerjaan atau bisnis yang berhasil dan jago cari duit. Buat perempuan modern dan mandiri finansial, mengharapkan ditraktir pacar, dibawakan bunga, dibelikan hadiah mewah seperti cincin berlian, adalah cerita dongeng Cinderella yang sudah usang.
Versi modernnya, justru perempuan yang sibuk mencari cari terbaik memanjakan pasangannya luar dan dalam. Rasanya memanjakan pasangan zaman sekarang tidak lagi cukup dengan hanya mempercantik diri. Karena di luar sana, begitu banyak perempuan cantik, termasuk yang desperate mencari laki-laki demi kehidupan yang lebih baik.
Persaingan zaman sekarang rasanya vulgar dan buas banget, jauh lebih buas dari sekumpulan piranha yang lagi berebut makanan di Sungai Amazon. Saya sempat berpikir salah satu kemungkinan penyebabnya adalah semakin kecilnya rasio perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki sehingga rasa takut akan kehilangan begitu membuat perempuan-perempuan cantik begitu memanjakan pasangannya?
Mungkin lebih ke faktor gengsi atau malah persaingan? Pada saat semakin hari para pria, boro-boro romantis, yang ada rasanya semakin hari semakin terasa pelit dan sering akting pura-pura miskin, beralibi mau ngetes pacarnya, matre atau enggak? Padahal sih memang pelit beneran .
Atas nama cinta dan romantisme, perempuan-perempuan modern sekarang semakin royal dalam memanjakan pasangannya. Sepertinya laki-laki zaman sekarang sungguh sangat beruntung ya. Rasanya fenomena seperti ini harus disikapi para pelaku ritel di Indonesia.
Laki-laki bukan lagi pengambil keputusan satu-satunya di keluarga dan bukan pula target utama untuk diolah dalam beriklan atau aktivasi promosi dalam bentuk apa pun. Semua sudah berubah. Membeli mobil mewah, smartphone canggih terbaru, jam tangan mewah limited edition bukan lagi “mainan” para bapak-bapak berduit.
Perempuan modern sekarang adalah target market baru yang harus dieksplorasi sebaik-baiknya, royal dan penuh cinta selalu. Sudah terbuktikan, cinta sanggup mengalahkan segalanya! Happy Valentine semuanya, penuh cinta selalu
Miss Jinjing
Konsultan Fashion
Buat saya pribadi, Valentine merupakan salah satu hari yang paling komersial setelah Lebaran, Tahun Baru, dan Natal, serta jadi momen yang dimanfaatkan para peritel untuk mendulang keuntungan sebesar-besarnya pada bulan Februari. Apalagi tahun ini hari cantik ini jatuhnya hari Sabtu, seru banget kan!
Bagaimana tidak komersial, harga sebatang bunga mawar segar berwarna pink mendadak menjadi Rp50.000 per batang , harga sekeping kecil cokelat home made berbentuk hati Rp100.000 dan harga sekeping butter cookies berbentuk hati berbalut gula berwarna pink, Rp35.000.
Seminggu ini saya juga kebanjiran e-mail penawaran dinner di fine dining restaurant ternama dan weekend gateaway package di berbagai hotel berbintang lima bernuansa Valentine yang harganya jadi jauh lebih mahal daripada biasanya dan penawaran paket tiket buat berdua dari sebuah penerbangan bintang lima.
Sepertinya Valentine jadi hari paling seru sedunia buat pasangan yang lagi “lope-lope” istilah seru di kalangan perempuan-perempuan sekarang. Buat saya, ada fenomena yang jauh lebih seru dari “template” Valentine yang biasa akhir-akhir ini.
Jika zamannya ibu saya pacaran, perempuan tabu mentraktir pasangannya atau pacarnya di restoran mahal, tabu membelikan hadiah-hadiah mewah buat pacarnya, dan rasanya tidak mungkin membelikan bunga buat pacarnya. Itu karena memang “katanya” jatahnya lakilaki yang membelikan bunga buat pacarnya, sekarang semua template itu sudah dianggap usang.
Kemandirian finansial perempuan modern akhir-akhir ini membuat semua itu berubah dan ada fenomena yang jauh lebih seru. Cinta ternyata memang terbukti tidak hanya dapat meluluhkan hati, tapi juga dompet. Belum lama ini saya ngobrol sambil duduk-duduk cantik bersama sahabat-sahabat saya di sebuah kafe yang lagi hits banget di Jakarta.
Padahal, makanannya sih sebenarnya biasa banget. Sahabat-sahabat saya yang cantik ini, entah siapa yang memulai duluan, tiba-tiba membahas soal memanjakan pacar atau pasangan masing-masing. Adalah hal yang biasa buat mereka, membelikan pasangannya hadiah tas kerja, high end brand dari Paris, sabuk berlogo huruf H yang harganya rasanya buat orang kebanyakan cukup buat bayar DP motor.
Salah satu sahabat saya juga cerita sudah jauh-jauh hari booking , dan dia yang bayar paket weekend gateaway pada hari Valentine di sebuah resor di Lombok untuk pacarnya, seorang dokter spesialis. Saat lagi serunya inden smartphone termahal, beberapa teman saya selalu inden untuk dua paket biar kembaran sama pacarnya, katanya dengan enteng sambil tertawa renyah.
Coba deh sesekali Anda main dan duduk mengamati selama beberapa jam di butik high end yang hanya menjual barang-barang fashion mewah untuk laki-laki. Pasti Anda akan melihat pemandangan perempuan cantik, keren berbusana kerja bermerek ternama yang sibuk mencari hadiah kecil buat pasangan atau pacarnya, baik sekadar dasi, dompet atau bahkan jaket kulit dari Italia seharga puluhan juta rupiah.
Padahal, bukan buat hadiah ulang tahun loh, hanya untuk menunjukkan rasa sayang mereka terhadap pasangannya. Membelikan hadiah-hadiah mahal, rasanya sekarang jadi bentuk romantisme baru di kalangan perempuan modern dan bahkan jadi kebanggaan tersendiri buat diceritakan saat duduk-duduk cantik bersama sahabatsahabat.
Bahkan, ada juga loh teman saya yang hobi banget membelikan pacarnya hadiah-hadiah kecil, yang harganya tidak kecil pastinya, sebelum diberikan kepada yang bersangkutan di-share dulu ke grup BlackBerry Messenger , lalu diunggah ke media sosial, seperti biasa sih pamer.
Adalah hal yang biasa di zaman sekarang, perempuan yang lebih seru mengajak pasangannya liburan dari menghabiskan cuti tahunan, memanfaatkan momen hari kejepit nasional sampai sekadar iseng-iseng bolos karena butuh angin segar setelah semua kepenatan kantor menghabiskan energi. Mereka sama sekali tidak pernah tuh berharap dibayari sama pasangannya.
Gengsi banget kata mereka. Sambil bercanda, mereka pernah bilang kalau lakilaki itu tahu banget kita ngarep apalagi minta-minta, jadi “besar kepala” dan “bertingkah banget”. Kalau kita ada, buat apa ngarep kata mereka. Maaf ya, buat para pria, tapi ini kenyataan lho. Termasuk kenyataan bahwa sekarang, banyak banget perempuan cantik yang tidak lagi identik dengan isu otaknya kosong.
Perempuan-perempuan cantik sekarang, banyak banget yang sangat terpelajar, punya pekerjaan atau bisnis yang berhasil dan jago cari duit. Buat perempuan modern dan mandiri finansial, mengharapkan ditraktir pacar, dibawakan bunga, dibelikan hadiah mewah seperti cincin berlian, adalah cerita dongeng Cinderella yang sudah usang.
Versi modernnya, justru perempuan yang sibuk mencari cari terbaik memanjakan pasangannya luar dan dalam. Rasanya memanjakan pasangan zaman sekarang tidak lagi cukup dengan hanya mempercantik diri. Karena di luar sana, begitu banyak perempuan cantik, termasuk yang desperate mencari laki-laki demi kehidupan yang lebih baik.
Persaingan zaman sekarang rasanya vulgar dan buas banget, jauh lebih buas dari sekumpulan piranha yang lagi berebut makanan di Sungai Amazon. Saya sempat berpikir salah satu kemungkinan penyebabnya adalah semakin kecilnya rasio perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki sehingga rasa takut akan kehilangan begitu membuat perempuan-perempuan cantik begitu memanjakan pasangannya?
Mungkin lebih ke faktor gengsi atau malah persaingan? Pada saat semakin hari para pria, boro-boro romantis, yang ada rasanya semakin hari semakin terasa pelit dan sering akting pura-pura miskin, beralibi mau ngetes pacarnya, matre atau enggak? Padahal sih memang pelit beneran .
Atas nama cinta dan romantisme, perempuan-perempuan modern sekarang semakin royal dalam memanjakan pasangannya. Sepertinya laki-laki zaman sekarang sungguh sangat beruntung ya. Rasanya fenomena seperti ini harus disikapi para pelaku ritel di Indonesia.
Laki-laki bukan lagi pengambil keputusan satu-satunya di keluarga dan bukan pula target utama untuk diolah dalam beriklan atau aktivasi promosi dalam bentuk apa pun. Semua sudah berubah. Membeli mobil mewah, smartphone canggih terbaru, jam tangan mewah limited edition bukan lagi “mainan” para bapak-bapak berduit.
Perempuan modern sekarang adalah target market baru yang harus dieksplorasi sebaik-baiknya, royal dan penuh cinta selalu. Sudah terbuktikan, cinta sanggup mengalahkan segalanya! Happy Valentine semuanya, penuh cinta selalu
Miss Jinjing
Konsultan Fashion
(ftr)