Kuliner Pakistan Tak Sebabkan Kolesterol

Selasa, 17 Februari 2015 - 09:10 WIB
Kuliner Pakistan Tak...
Kuliner Pakistan Tak Sebabkan Kolesterol
A A A
DEPOK - Mengenalkan makanan ala Pakistan ke Indonesia bukan perkara mudah. Karena kebanyakan penikmat kuliner merasa khawatir dengan masakan ala Pakistan bisa menyebabkan kolesterol. Padahal, masakan Pakistan sebenarnya tidak menggunakan santan sebagai perasa, tetapi hanya menggunakan bumbu-bumbu khas Pakistan.

"Kare yang kami buat tidak menggunakan santan. Hanya bumbu utama seperti bawang bombay, tomat dan bumbu lokal seperti cengkeh dan kayu manis," kata Wasim, pemilik Warung Pakistan yang terletak di Jalan Raya Cinere No 29, Depok, Jawa Barat.

Untuk rempah-rempah lokal, menurutnya, memang tidak ada kesulitan mendapatkannya. Namun untuk beberapa jenis rempah khas Pakistan harus didatangkan langsung dari negara asal.

Misalnya saja untuk membuat Lamb Biryani, maka berasnya harus didatangkan langsung dari Pakistan. Termasuk juga gandum untuk membuat roti Parata. "Kami mengambil dari distributor untuk bumbu impor karena memang tidak ada di sini," ungkapnya.

Biasanya, Wasim memesan dari distributor seminggu sekali. Dia tidak ingin menyetok rempah-rempah dalam jumlah besar karena selalu ingin menyajikan masakan dengan citarasa asli Pakistan.

"Kalau terlalu banyak stoknya bumbunya jadi kurang fresh. Sengaja hanya sedikit-sedikit kalau pesan biar selalu fresh dan pelanggan tidak kecewa," ujarnya.

Warung Pakistan terletak tidak jauh dari Polsek Limo dan bersebelahan dengan toko karpet yang juga milik Wasim. Menu yang disediakan cukup beragam mulai dari Samosa (sejenis gorengan berbentuk segitiga berbungkus kulit lumpia), Roti Cane, Roti Paratha, Naan (roti pipih khas Pakistan), Dal Chana (sejenis kari yang terbuat dari kacang-kacangan) dan lain-lain.

Wasim menuturkan, makanan yang disajikan sudah disesuaikan dengan selera lidah orang Indonesia. Untuk membuat kari yang lezat, dia menggunakan bawang bombay dan tomat tanpa santan. Setiap hari warungnya dikunjungi sekitar 10 tamu dan pada akhir pekan bisa sampai 30 pelanggan.

Diakuinya, yang datang memang pelanggan yang sudah fanatik dengan masakan Pakistan. Tentunya berbeda dengan segmen rumah makan lainnya yang per hari bisa dikunjungi hingga ratusan pelanggan. "Biasanya keluarga yang datang. Mereka memesan roti cane dengan kari ayam," ungkap Wasim.

Sedangkan, minuman yang banyak dipesan adalah Lassy. Yaitu minuman yang terbuat dari yoghurt. Minuman ini diklaim bagus untuk mengobati panas dalam. "Yogurtnya kami buat sendiri jadi rasanya memang segar dan berbeda dengan yogurt di pasaran," katanya.

Harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau Rp4.000 hingga Rp50.000. Dirinya mengaku, saat ini belum banyak orang yang mengenal makanan Pakistan. Sehingga, bisnisnya hingga kini masih berjalan statis.

"Kendalanya karena belum banyak yang tahu. Dan banyak yang masih ragu dan takut kalau mencicipi makanan ini kolesterolnya akan naik padahal kan kari yang kami gunakan tidak menggunakan santan dan aman dikonsumsi," tutupnya.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6442 seconds (0.1#10.140)